TRADISI PERESEHAN YANG ADA DI LOMBOK

This post was written by jovimitarem on Juli 7, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

 

peresehan_l

Presean merupakan salah satu dari sekian banyak warisan kekayaan budaya di Gumi Lombok Sileparang. warisan budaya yang satu ini tergolong unik dan mempunyai daya tarik yang luar biasa dibidang pariwisata baik lokal maupun manca Negara.disamping unik presean juga terbukti dapat memacu adrenalin, bagaimana tidak?untuk mengikuti presean dibutuhkan cukup keberanian untuk menghadapi rasa sakit terkena pukulan lawan menggunakan senjata rotan yang berlapis aspal. tidak sedikit dari mereka yang ikut di ajang presean ini mendapatkan luka memar(bilet=sasak) dan bahkan mengeluarkan darah. presean berlangsung selama tiga ronde dengan pada masing-masing ronde berdurasi 3 menit. presean akan dihentikan dan pemain dikatakan kalah ketika mengluarkan darah dari kepala (bocor).

 

Presean atau bertarung dengan rotan adalah budaya dari Suku Sasak yang unik. Pada awalnya Presean hanya dilakukan saat upacara adat yang selalu dilaksanakan pada bulan tujuh (kalender Sasak) untuk meminta hujan. Namun kini Presean kerap dilakukan pada perayaan hari kemerdekaan RI dan menjadi tontonan yang unik dan diminati wisatawan.presean yang ada di lombok sama juga dengan presehan yang ada di bali,yaitu di daerah karang asem,jika di banding kan dengan peresehan di lombok,memang memiliki kesemaan yang tidak bisa di bedakan,alat untuk bermain peresehan pun juga tidak ada bedanya,yaitu menggunakan kayu penyalin,kemudian menggunakan pelindung untuk badan yang di genggam di tangan,dan para pemainnya juga menggunakan kain dan udeng sebagai kostum untuk berperang presehan.

Presean ini dilakukan oleh dua orang lelaki Sasak yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan memakai perisai sebagai pelindung yang terbuat dari kulit kerbau tebal yang biasa disebut Ende. Pertarungan ini dipimpin oleh dua wasit. Yakni Pakembar Sedi yaitu wasit yang berada di pinggi lapangan dan Pakembar Tengaq, yaitu wasit yang berada di tengah lapangan. Selama pertarungan berlangsung, masing-masing petarung atau pepadu saling menyerang dan menangkis sabetan lawan dengan menggunakan Ende. Petarungan diadakan dengan sistem 5 ronde. Pemenang dalam Presean ditentukan dengan dua cara yaitu ketika kepala atau anggota badan salah satu petarung mengeluarkan darah, maka pertarungan dianggap selesai dan pihak yang menang adalah yang tidak mengeluarkan darah. Kedua, jika petarung sama-sama mampu bertahan selama 5 ronde, maka pemenangnya ditentukan dengan skor tertinggi. Skor didasarkan pada pengamatan pekembar sedi terhadap seluruh jalannya pertarungan.

Uniknya, Presean juga diiringi musik yang disebut gendang (gending) presean. Alat-alat musiknya terdiri dari dua buah gendang, satu buah petuk, satu set rencek, satu buah gong dan satu buah suling. Jenis-jenis gending Presean dibagi menjadi 3 macam, yakni gending rangsang yaitu gending yang dimainkan pada saat Pakembar dengan dibantu pengadol mencari petarung dan lawan tandingnya. Kedua, gending mayuang, yaitu gending yang bertujuan untuk memberi tanda bahwa telah ada dua pepadu yang siap dan sama-sama berani melakukan Presean. Yang ketiga adalah gending beradu yaitu gending yang bertujuan untuk membangkitkan semangat petarung maupun penonton dan dimainkan selama berlangsungnya pertarungan.

berbahaya bukan..??lalu kenapa orang sasak berani??apa imbalan yang diberikan..?? saya sendiri pernah menanyakan kepada seorang pepadu (petarung presean, petarung kawakan, pendekar) ketiga pertanyaan tersebut, dengan santai beliau menjawab “selalu ada bagian sakit dan berbahaya yang akan kita hadapi didalam hidup begini salah satu cara untuk mengatasi takut akan bahaya, dan imbalan?saya tidak mengharapkan imbalan, tapi begini cara saya menghargai budaya dan kebangga’an saya, saya bangga berdiri dengan sarung di depan orang-orang dan menunjukkan saya berani” bahkan beberapa dari mereka mengaku, mereka tidak merasakan sakit ketika diarena bahkan dengan luka memar (bilet) yang banyak sekalipun

 

Presean bukan ajang pukul pukulan, adu berani, unjuk gigi, akan tetapi banyak pesan moril yang sangat dalam yang disampaikan terutama jiwa sportifitas yang tinggi dan persabatan. pertandingan antar pepadu hampir tidak pernah menyisakan dendam walaupun menyisakan bekas luka dimasing-masing badan,  pertandingan presean biasanya berakhir dengan berpelukan dan mempererat persabatan, bahkan ketika selesai bertanding tidak jarang dari para pepadu saling mengundang untuk mendatangi rumah masing-masing sambil membicarakan tentang pertandingan mereka di arena dengan akrab dan senyum sembari menikmati segelas kopi.Para petarung dilengkapi rotan sebagai pemukul disebut penjalin yang ujungnya dilapisi balutan aspal dan pecahan beling ditumbuk sangat halus dan ende (perisai) sebagai pelindung yang terbuat dari kulit sapi atau kulit kerbau.

Dituturkan Mursip, salah seorang pelestari Budaya Sasak di Yayasan Pulayakendase Lombok Timur, Peresean telah dilakukan oleh Suku Sasak di Pulau Lombok sejak ratusan tahun yang lalu.

Tradisi atau budaya Peresean ini sangat disakralkan masyarakat suku Sasak di Pulau Lombok. Pada mulanya Peresean adalah ritual adat yang biasanya digelar disaat musim kemarau tiba untuk memanggil hujan.

Sumber lain menyebutkan, Peresean bermula hanya upacara adat dari luapan emosi para prajurit zaman kerajaan dahulu sehabis mengalahkan lawan di medan perang.
Tetapi seiring perkembangan zaman saat ini Peresean juga dilakukan pada perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI, dan kegiatan-kegiatan lainnya dengan tujuan untuk menarik perhatian masyarakat untuk hadir. Seiring dengan itu juga, Peresean ini berubah menjadi unik ketika dipadukan gaya bela diri unik dan lucu dari pemainnya.

Dengan bertelanjang badan dan sebuah rotan di tangan kanan serta perisai di tangan kiri, dua pemuda bersiap saling mengadu kejantanan didepan ratusan penonton yang mengelilingi mereka diluar arena.

Sembari menari-nari diiringi musik gamelan (musik Lombok), kedua Pepadu saling menghalau lawan dengan penjalin tanpa rasa cemas ataupun takut akan luka atau cedera. Uniknya Peresean ini para peserta tidak pernah disiapkan, para penonton pun bisa ikut serta mengambil alih menjadi seorang petarung.

 

Satu rasa yang sangat kuat yang tertanam dihati saya saat itu melihat para pepadu bertarung sambil sesekali menampilkan tarian dengan gerakan khas Lombok yang sanagat erotis dan elegan.  Saya bangga menjadi anak pemuda lombok,yang ikut mewariskan tradisi nenek moyang agar tidak punah di makan oleh komedernan jaman.

Pepadu bukan tukang pukul yang menyakiti orang, akan tetapi pepadu orang yang mampu menguasai dan mengontrol amarahnya. dia memperlihatkan jiwa professional ketika diarena, ini ditunjukkan dari caranya menghadapi lawan dengan sekuat tenaga, segenap kemampuan dan dengan pukulan mematikan, namum sekejap setelah selesai di arean Pepadu menunjukkan senyum termanis penghapus luka dan penyayang kepada sesama.

sumeber: buku dinas kebudayaan dan pariwisata lombok mataram NTB

Comments are closed.