Musik diatonis
Diatonis dipetik dari bahasa latin, diatonicus, maksudnya nada-nada yang terdiri dari tujuh jenis bunyi yang ditulis diatas garis titi, yaitu do, re, mi, fa, sol, la, si. Orang pertama yang menemukan aturan nada diatonis adalah Guido Aretinius d’Arezzo. Ia seorang pastor katolik dari mazhab Benediktus. Selain itu dia juga seorang guru,dia lahir di Prancis kemudian menetap di Italia.
Nada-nada diatonis ini berasal dari rentetan kata-kata pujaan kepada Sancta Ioannis, yaitu :
Ut queant laxis
Renonare fibris
Mira gestorum
Famuli tuorum
Solve polluti
Labii reatum
Sancta Ioannis
Susunan kata-kata diatas kalau kita baca baris demi baris, dengan mengambil suku kata yang pertama, akan kita peroleh bunyi ut,re,mi,fa,sol,la,si. Bunyi si merupakan singkatan dari kata Sancta Ioannis. Lalu bunyi ut diubah menjadi do,yang diambil dari kata Dominus,yang berarti Tuhan.
Ciri musik
Musik berasal dari bahasa Yunani, mousai,yakni sembilan dewi yang menguasai seni-seni murni dan ilmu pengetahuan. Dalam sejarah Yunani, musik menduduki tempat istimewa sebagai perwujudan pikiran dan perasaan. Kebudayaan Eropa sepenuhnya bersumber dari kebudayaan Yunani. Ketika agama kristen berkembang di Eropa, dasar-dasar ilmu musik orang Yunani itu jugalah yang dikembangkan. Kemudian, untuk membedakan mana musik yang sifatnya kudus, yaitu musik yang dipakai sebagai bahan tata ibadah dalam gereja, dan mana musik bukan kudus. Sejarah musik membagi dua jenis musik, yaitu musik gerejawi dan musik duniawi. Kedua jenis musik tersebut mengenal cara permainan melalui alat peraga dan alat suara. Musik dengn alat peraga disebut musik instrumental, dan musik melalui suara manusia disebut musik vokal. Apabila vokal diiringi instrumen, maka disebut akompanimen, dan vokal tanpa iringan disebut a capella.
Didalam bunyi dan suara, ada tat tertib yang mewujudkannya menjadi indah,baik, dan betul, yaitu unsur nada, unsur irama, dan unsur keselarasan (melodi,ritme,harmoni).
Musik Timur
Musik musik Timuir dari abad ke abad tak banayak berubah. Demikianlah, gamelan yang dikenal nenek moyang kiota di Pulau Jawea dahulu kala, hampir sama saja seperti yang kiat kenal sekarang. Gamelan [aling tua di Jawa kemungkina berasal dario zaman raj Syailendra. Pembenhahan gamelan di Jawa berlangsung pada zaman penyiaran agama islam oleh para wali. Salah satu yang terkenal adaalh Sunan Kalijaga. Ia menciptakan tembang, wayang punakawan, serta perangkat instrumen pelengkap gamelan, yakni kenong, kempul, kendang, dan genjur. Ciptaan-ciptaannya iotu semua dihubungkan dengan dakwah Islam.
Yunani Klasik
Pertama, klasik berarti semua karya kesenian dalam masyarakat yunani sebelukm masehi. Kedua, klasik juga berarti semua krya musik yang dianggap bermutu tinggi. Ketiga, klasik adalah karya-karya musik menurut kurun tahun setelah masehi. Pad azaman Yunani klasik, seni dianggap mufrad, yaitu semuanya untuk panggung teater. Yang dipertunjukkan di atas teater adalah seni drama, seni musik, seni tari dan sastra.
Musik pada Zaman Modern
Salah satu intisari terpenting yang perlu engkau ketahui atas perubahan dalam musik adalah timbulnya pandangan baru yang menganggap seni tidak melulu bersandar kepada keindahan.
Pandangan iotu mencakup hal aturan kunci dan aturan nada. Aturan kunci diterjang bahkan ditinggalkan. Kemudian aturan nada disebut “nada bukan nada”. Pada abad ini orang mulai berpikir perihal musik sebagai barang dagang. Pandangan itu didukung pula oleh kemajuan-kemajuan dalam lapangan ilmu pengetahuan yang menghasilkan alat-alat perhubungan seperti radio dan televisi. Dengan alat-alat itu kegiatan musik dapat dinikmati orang tanpa meninggalkan rumahnya.
Musik Orang Hitam
Adpaun musik baru dan khas itu berasal dari pergumulan orang-orang Negro atas nasibnya. Ada tiga corak musik kulit hitam yang terkenal, yaitu jazz, blues, dan spiritual. Musik orang-orang Negro itu sangat penting pada saat ini, sebab bersama musik mereka seluruh dunia dapat menjadi satu. Musik mereka dapat dikatakan sebagai satu-satunya jembatan yang sanggup menghubungkan jurang prasangka antara bangsa satu dengan bangsa lainnya, antara orang tua dengan anak, juragan dengan pembantu, dan seterusnya.
Jazz, musik ini hanya dapat dimainkan, bukan untuk diomongkan, begitu kata pepatah lama sebab sangat sulit untuk menerangkan jenis musik ini.
Blues. Jenis musik ini berisi syair-syair tentang rasa gelisah dan gusar, baik terhadap rasa kemanusiaan yang kering maupun terhadap hukum yang tidak tegas.
Spiritual. Karena corak nyanyian ini timbul dari kalangan negro, maka nyanyian ini pun sering disebut Negro Spiritual. Musik ini menggambarkan permintaan tolong kepada Tuhan dan mereka yakin Tuhan selalu mendengar permintaan oraang saleh dan bersungguh-sungguh.
Pop
Musik pop dimaksudkan sebagai nyanyian yang mudah hidup dan dihapal masyarakat.
Dapat cepatnya lagu jenis ini memasuki kehidupan masyarakat, pada abad ini sangat bergantung kepada kemajuan ilmu pengetahuan yang menyebabkan kita mengenal radio dan televisi serta rekaman piringan hitam dan kaset. Dengan penemuan-penemuan itu, maka musik menjadi barang industri dan masyarakat membelinya. Pesatnya penjualan musik populer berlangsung setelah musik jenis ini dipertunjukkan oleh film-film. Melalui film kita dapat menyaksikan pertunjukkan musik, baik musik yang bagus dan berfaedah, maupun yang bersifat meracuni penonton.
Judul buku : Bhagawadgita ( Pancama Veda )
Oleh : G. Pudja MA. SH
Penerbit : Penerbit Paramita Surabaya 1999
Bhagawadgita adalah bagian dari Mahabrata yang termasyur, dalam bentuk dialog yang dituangkan dalam bentuk syair. Dalam dialog ini, Kresna, Keprebadian Tuhan Yang Maha Esa adalah pembicaraan utama yang menguraikan ajaran-ajaran filsafat vdanta, sedangkan Arjuna, murid langsung Sri Kresna yang menjadi pendengarannya. Secara harfiah, arti Bhagavat-gita adalah “ Nyanyian Sri Bhagawan” ( Baga= kehebatan sempurna, van = memiliki, Bhagavan = memiliki kehebatan sempurna, ketampanan sempurna, kekayaan yang tak terbatas, kemasyuran yang abadi, kekuatan yang tak terbatas, kecerdasan yang tak terbatas, dan ketidak terikatan yang sempurna, yang dimiliki sekaligus secara bersamaan)
Syair ini merupakan inter polasi atau sisipan yang dimasukan kepada “ Bhismaparwa”. Adegan ini terjadi pada permulaan Baratayuda, atau perang di Kurukshetra. Saat itu Arjuna berdiri di tengah – tengah medan perang Kurukshetra diantara pasukan Korawa dan Pandawa. Arjuna bimbang dan ragu-ragu berperang karena yang dilawannya adalah sanak sodara, teman-teman dan guru-gurunya. Lalu Arjuna diberikan pengetahuan sejati mengenai rahasia kehidupan (spiritual) yaitu Bhagawadgita oleh Kresna yang berlaku sebagai sais Arjuna pada saat itu.
Adapun sloka yang disebutkan di Bhagawadgita :
Sloka I – 15
Pancajanyam hrsikeso
Devadattam dhananjayah
Paundram dadhmau maha-sankham
Bima-karma vrkodarah
Artinya :
Krsna meniup terompet pancajanya dan arjuna meniup terompet devadatta. Bima yang tingkahnya menakutkan galak bagaian serigala meniup terompetnya yang hebat,Paundra.
Nama pancajanya mungkin mengandung arti simbolis yang ada kaitannya dengan ajaran Samkhya ( Rasional ) mengingat peranan dan fungsi. Krsna sebagai penasehat pandawa yang dinilai bersikap pandangan yang rasionalis. Terompet Arjuna yang disebut Devadatta mungkin ada hubungannya dengan ajaran Weda.
Disini, dari pihak pandawa juga menyambut tantangan bertempur itu juga dengan meniup terompet karangnya masing-masing,yang merupakan terompet-terompet surgawi,dengan suara yang mendirikan bulu roma.
Sloka II – 16
Anantavijayam raja
Kunti-putro yudhisthirah
Nakulah sahadevas ca
Sughosa-manipuspakau
Artinya :
Putera kunti, prabu Yudhisthira meniup terompet anantavijaya, sedangkan nakula dan sahadewa meniup terompet sughosa dan manipuspaka
Yang dimaksudkan dengan anantavijaya adalah kemenangan abadi,jadi pada saat Yudhisthira meniup terompet anantavijaya diharapkan kemenangan abadi akan dicapai dengan keluarnya semangat yang berkobar seiring suara terompet itu dibunyikan.
Dan nakula meniup terompet Sughosa, Sughosa disini diartikan suara nan menakutkan.jadi pada saat Nakula meniup terompet Sughosa diharapkan agar mental musuh semakin tertekan karena mendengar suara terompet Sughosa tersebut.
Sahadewa meniup terompet Manipuspaka,berfungsi agar pandawa diselimuti dalam ketenangan.karena disini Manipuspaka diartikan kecerahan atau ketenangan.
Kendang Dalam Karawitan Bali
Membicarakan kendang Bali tentunya tidak bisa dipisahkan dari seni karawitan yang dimilikinya. Yang dimaksud dengan karawitan Bali atau karawitan dalam arti yang lebih luas adalah music tradisional Indonesia. Namun secara khusus , seni karawitan Bali adalah music tradisional yang berasal dari Bali yang nilai-nilai musikalnya tidak bisa dipisahkan dengan kehidupan sosiokultural masyarakatnya.
Secara umum seni karawitan Bali dapat dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu: seni karawitan vokal (tembang), seni karawitan instrumental, dan seni karawitan vokal-instrumental. Seni karawitan vokal (tembang adalah suatu bentuk music tradisi yang mempergunakan vokal manusia sebagai media ungkap, seni karawitan instrumental adalah seni karawitan bali yang mempergunakan instrument atau gambelan sebagai media ungkap berkreativitas, sedangkan seni karaitan vokal-instrumental adalah seni karawitan yang di dalamnya menggabungkan unsure vokal dan instrumental.
Kendang Bebarongan
Kendang Bali dapat dimainkan secara berpasangan maupun secara individu. Jika dimainkan secara berpasangan maka kendang itu dinamakan kendang lanang dan kendang wadon. Kendang lanang ialah kendang yang mempunyai suara lebih kecil atau tinggi, sedangkan kendang wadon ialah kendang yang suaranya lebih besar ataupun lebih rendah. Dalam karawitan Bali dapat ditemukan berbagai macam jenis kendang.
Jenis-jenis Kendang Bali
Keanekaragaman jenis kendang bisa dilihat dari bermacam ukurannya mulai dari yang besar sampai dengan yang kecil. Beberapa contoh jenis kendang Bali diantaranya, kendang mebarung, kendang cedugan, kendang tambur, kendang gupekan, kendang bebarongan, kendang krumpungan, kendang batel dan kendang angklung.
Kendang mebarung merupakan jenis kendang dengan ukuran yang terbesar dalam karawitan Bali. Ukuran kendang ini bisa mencapai panjang 185-200cm dengan diameter 74-80cm.
Kendang tambur merupakanjenis kendang dengan ukuran terbesar kedua. Kendang tambur dapat dijumpai di Kabupaten Karangasem dan dipergunakan untuk dua hal yaitun sebagai pelengkap dalam konteks upacara Dewa Yadnya dan juga untuk mengiringi prajurit kerajaan yang akan berangkat ke medan perang.
Kendang bedug atau bebedug salah satu jenis kendang yang mirip bentuk dan cara permainannya dengan kendang tambur, akan tetapi memiliki ukuran yang lebih kecil.
Kendang cedugan adalah kendang yang dalam teknik permainanya menggunakan panggul. Oleh karena itu, kendang ini juga disebut dengan nama kendang pepanggulan.
Kendang gupekan merupakan salah satu jenis kendang yang cara memainkanya adalah dengan memukul memakai tangan. Kendang ini kerap kali dipergunakan untuk mengiringi gamelan Gong Kebyar.
Kendang bebarongan adalah kendang yang secara khusus terdapat dalam barunga gambelan bebarongan. Jenis kendang ini mempunyai panjang sekitar 62-65cm, garis tengah tebokan besar 26-28cm dan garis tengah tebokan kecil 21,5-23cm. Kendang bebarongan ini termasuk dalam ukuran kendang yang tanggung.
Kendang krumpungan, kata krumpungan berasal dari kata pung yaitu menirukan suara kendang tersebut (onomatopea atau peniruan bunyi). Jenis kendang ini dipukul hanya menggunakan tangan. Kendang ini biasanya dipergunakan untuk mengiringi gambelan pegambuhan dan gambelan palegongan.
Kendang batel mempunyai banyak kesamaan dengan kendang krumpungan baik dari segi bentuk maupun cara memainkannya. Adapun perbedaan antara kendang batel dengan kendang krumpungan adalah kendang batel memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil dari kendang krumpungan.
Kendang angklung merupakan jenis kendang terkecil dari semua jenis kendang di Bali. Kendang ini mempunyai ukuran panjang antara 25-27cm, diameter tebokan besar 12-17cm dan diameter tebokan kecil antara 7-12cm.
Proses Pembuatan Kendang Bebarongan
Secara umum proses pembuatan kendang Bali adalah sama. Langkah pertama yang dilakukan dalam pembuatan kendang bebarongan adalah mencari dewasa ayu—waktu yang baik- agar mendapatkan keselamatan dalam bekerja dan kendang yang diciptakan nantinya memiliki kualitas yang baik. Mulai dari hari untuk menebang pohon ditentukan dengan mempertimbangkan sistem sasih – masa – dan pawukon (wewaran). Sasih yang baik adalah sasih karo, kawulu, dan kesanga yang biasanya disebut sasih berag (kurus). Dalam perhitungan wewaran yang terpenting tidak jatuh pada ingkel taru, wewaran : was (beteng) dan menghindari pasah. Sebelum menebang pohon, biasanya akan dihaturkan canang sari dan segehan. Waktu penebangan sangat diperhitungkan agar tidak termakan rayap, tidak mudah pecah dan mempunyai ketahanan dari segi usia.
Setelah kayu di potong lalu mencari hari baik untuk memulai bekerja atau nuasen. Hari tersebut adalah hari-hari yang bertepatan dengan dewasa: karna sula, kala geger, aswajag turun dan bojog turun. Setelah kendang tersebut selesai digarap lalu diupacarai yang disebut dengan istilah ngulapin atau masupati, maksud dari upacara ini adalah memohon kjepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa agar instrument tersebut menghasilkan suara sesuai dangan yang diinginkan, sekaligus dapat dipergunakan dalam konteks upacara.
Adapun jenis-jenis kayu yang dipergunakan untuk pembuatan bantang kendang bebarongan, antara lain : kayu tewel- nangka-,intaran, mahoni, waru, Kendal, poh gading, cempaka, kayu soren, belalu, nayur, taeb, sentul, tenggulun, temuli gending, waru lod, dan seseh. Kayu yang dianggap paling bagus untuk bantang kendang bebarongan adalah kayu nangka.
Selain dari pemilihan kayu, penentuan jenis kulit sebagai penukup kendang juga harus diperhatikan. Dalam nukub kendang bebarongan, jenis kulit yang dipergunakan adalah kulit sapi yang masih muda atau godel. Jenis godel yang dipergunakan adalah godel betina karena mempunyai jenis kulit yang lebih lemas dan lentur dari pada yang jantan.
Fungsi Kendang Bebarongan
Gambelan bebarongan merupakan salah satu barungan gambelan Bali yang memakai laras pelog lima nada. Barungan gambelan ini terdiri dari beberapa instrument yaitu
- Sebuah kendang bebarongan
- Dua tungguh gender rambat dengan jumlah bilah 13 atau 14
- Dua tungguh gender barangan dengan jumlah bilah 13 atau 14
- Empat tungguh gangsa gantung pemade dengan jumlah bilah 5 atau 6
- Empat tungguh gangsa gantung kantil dengan jumlah bilah 5 atau 6
- Dua tungguh gansa jongkok pemade dengan jumlah bilah 5 atau 6
- Dua tungguh gansa jongkok kantil dengan jumlah bilah 5 atau 6
- Dua tungguh jublag dengan jumlah bilah 5 atau 6
- Dua tungguh jegogan dengan jumlah bilah 5 atau 6
- Sebuah gong bebarongan
- Sebuah kemong
- Sebuah klenang
- Satu tungguh gentorag
- Sebuah kajar
- Satu pangkon cengceng
- Beberapa buah (4-5) suling
- Sebuah rebab
Teknik Menabuh Kendang Bebarongan
Ada satu hal yang penting yang harus diperhatikan oleh juru kendang, yaitu sikap duduk dalam bermain kendang sebab sikap duduk yang baik dan benar akan sangat menentukan kenyamanan dalam bermain kendang. Dalam memainkan kendang bebarongan, juru kendang harus duduk bersila dengan posisi kendang di atas paha. Bagian depan kendangberada di sebelah kanan. Posisi kendang sejajar dengan bahu kanan penabuh, badan harus tegak dan perut harus ‘dikunci’. Dengan posisi badan yang tegak dan pandangan kedepan akan menambah kewibawaan seorang pemain kendang, disebut dengan istilah nogdog jejerih.
Untuk mendapat suara kendang sesuai dengan yang diinginkan dilakukan dengan jalan mengatur posisi sompe (pengatur suara kendang yang berbentuk cincin terbuat dari jangat). Cara mengatur tinggi rendahnya suara kendang adalah dengan jalan mengatur sompe baik kearah muwa kanan maupun muwa kiri kendang. Pengaturan suara kendang dapat juga dilakukan dengan cara memukul bagian wakis –salah satu bagia dari kendang yang terbuat dari bamboo dan kawat yang berbentuk cincin dan berfungsi untuk memegang penukub dan tali- dan penukub kendang pada kedua bagian (muwa).
Menurut I Wayan Suweca baik buruknya suara kendang juga ditentukan oleh faktor-faktor seperti :
- Ukuran kendang (panjang dan diameternya)
- Bentuk ruang dalamnya, termasuk besarnya pakelit
- Tebal dan lemasnya kulit
- Jenis kayu bantang kendang
- Suhu dan kelembaban udara (pada cuaca yang sangat lembab atau dingin, suara kendang akan berubah)
- Ketrampilan juru kendangnya
- Pemeliharaan kendang
Warna Suara Kendang Bebarongan
Adapun yang dimaksud dengan warna suara kendang bebarongan adalah jenis jenis suara yang dihasilkan. Apabila menggunakan panggul maka muwa kanan dapat menghasilkan tiga jenis suara yaitu Dug, Tek dan Tep. Suara tek diperoleh dengan cara memukul muwa kanan dengan panggul dan muwa kiri ditutup sepenuhnya dengan tangan kiri. Sedangkan muwa kiri menghasilkan dua warna suara yaitu pak dan kung.
Pupuh Kendang Bebarongan
Pupuh kendang bebarongan adalah gabungan dari beberapa warna suara kendang sehingga menghasilkan suatu pola kekendangan khas bebarongan. Pupuh kekendangan bebarongan terdiri dari pupuh kekendangan pokok dan pupuh kekendangan yang dikembangkan. Pupuh kekendangan yang dikembangkan pada dasarnya mengacu pada pupuh kekendangan pokok. Dalam hal pengembangan ini sangat tergantung dari kemampuan atau skill dan rasa estetis dari juru kendang itu sendiri.
Pupuh Kekendangan Pokok Dengan Menggunakan Panggul
Yang dipakai dasar dalam pupuh kekendangan pokok adalah gending jenis gilak yang sering disebut gilak bebarongan. Gilak bebarongan terdiri dari delapan ketukan dalam satu frasenya (satu gong-an). Pada pupuh kekendangan pokok bebarongan pukulan pak atau keplak jatuh tepat pada ketukan, sedangkan cedugannya megantung atau sering disebut dengan istilah nyatotin. Dengan jatuhnya keplakan tepat pada ketukan dan cedugan megantung maka tangan kiri akan berfungsi sebagai pemegang mat sedangkan tangan kanan memalui cedugan akan bermain megantung atau off beat. Dengan demikian akan terjadi keseimbangan sebagai dasar dari pupuh kekendangan barong.
Pupuh Kekendangan Pengembangan
Berdasarkan pupuh pokok di atas maka, seara bertahap pupuh pokok itu akan dikembangkan sesuai dengan kemampuan juru kendang itu sendiri. Caranya adalah sebagai berikut ini :
- Langkah pertama adalah membuat keplakan menjadi megantung sehingga keplakan dan cedugan akan megantung.
- Pengembangan kedua dilakukan dengan jalan melipatkan jatuhnya cedugan pada gong kedua
- Pengembangan ketiga keplakan tetap megantung, sedangkan cedugan ditambah variasinya naming tetap dipukul megantung.
- Pengembangan lebih lanjut adalah dengan jalan melipatkan keplakan maupun cedugan dengan teknik megantung, sehingga pupuhnya menjadi sangat rumit.
Pupuh Kekendangan Pokok Tanpa Menggunakan Panggul
Pada dasarnya sama dengan pupuh kekendangan pokok yang menggunakan panggul, yaitu sama-sama nyatotin baik keplakan,ceditan, maupun suara pung.
Pupuh Kekendangan Pengembangan
Pupuh kekendangan pengembangan tanpa menggunakan panggul pada prinsipnya adalah sama dengan teknik pengembangan dengan mempergunakan panggul, dan masih mempertahankan cirri khas bebarongan yakni nyatotin.
Hubungan Antara Pupuh kekendangan Dengan tari Barong
Dilihat dari hubungan antara pupuh kekendangan dengan tari barong , ternyata keduanya memiliki hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, tari (juru bapang) akan bertindak sebagai pemberi aba-aba dan selanjutnya direspon oleh tukang kendang dan seluruh pemain gamelan sehingga terjadilah perubahan dinamika gending yang disebut dengan istilah angsel. Ada empat jenis angsel yang didapatkan dalam hubungan ini yaitu : angsel bawak (pendek), angsel numpuk (berlipat), angsel kado (tidak sempurna) dan angsel lantang (panjang). Selain keempat angsel tersebut, apabila juru bapang memberi aba-aba berupa kipekan (menoleh kekanan atau kekiri) maka akan direspon oleh juru kendang dengan keplakan.
“Party Rock Anthem” adalah sebuah lagu yang dilantunkan oleh duo elektro Amerika yaitu LMFAO (Stefan dan Skyler Gordy), yang menampilkan penyanyi Inggris Lauren Bennett dan GoonRock . Dirilis sebagai single pertama dari album kedua mereka yaitu ’Sorry for Party Rocking” pada 2011.lagu ini sebagian besar memiliki komposisi musik elektronik.
Di dalam sebuah video klip musik, banyak elemen yang mendukung terciptanya sebuah video yang berkualitas. Elemen – elemen tersebut dapat berupa unsur lighting, teknik pengambilan gambar, dan dari faktor sound system. Apabila dari semua elemen tersebut dapat diimplementasikan secara baik dalam pembuatan suatu video klip, niscaya hasilnya pun akan baik.
Berdasarkan dari elemen – elemen diatas,maka yang dapat saya komentari dari video klip “party Rock Anthem” yakni yang pertama dari unsur lighting. Dari unsur ini terlihat video ini sudah sangat baik. Diambil pada siang hari ditengah studio, lighting video ini tampak memukau. Apalagi ditambah efek lampu silhouette biru yang membuat tampilan video ini makin artistik.
Dari teknik pengambilan gambar, dapat saya komentari bahwa teknik pengambilan gambarnya sudah baik. Hal ini terlihat dari hasil video yang halus dan tidak monoton. Penonton dimanjakan dengan tampilan video yang seperti film, dan diajak melihat suatu oeristiwa dari sudut-sudut yang menarik.
Terakhir, sound system video ini terdengar “enak” di telinga. Apalagi didukung oleh instrumen-instrumen elektronik yang menghasilkan suara techno dan remix. Hanya saja menurut saya, bass-nya sedikit “tenggelam” diantara lentunan bunyi elektronik lainnya.
Seniman I Made Sudama asal Br. Lumintang ini merupakan sesepuh karawitan yang khusus menekuni tabuh palegongan . Beliau dilahirkan di Denpasar tanggal 31-12-1949 dari keluarga yang kurang mampu. Beliau sempat mengikuti pendidikan yang pada saat itu masih dikenal dengan sebutan Sekolah Rakyat (SR). Walaupun kondisi perekonomian keluarganya yang berkecukupan tidak berpengaruh pada dirinya di dalam mengabdikan karirnya dibidang tabuh pada Br. Lumintang
Bapak I Made Sudama merupakan sosok laki-laki yang menekuni seni tabuh Palegongan khususnya di Br. Lumintang. Beliau belajar megambel tidak mengikuti kursus ataupun pelatihan khusus untuk bisa menekuni hobinya megambel melainkan hanya mendengarkan dan mengikuti acara ngayah megambel saat ada acara piodalan di pura – pura, maka dari itu Bapak I Made Sudama dapat dikatakan sebagai seniman alam yang berasal dari Br.. Lumintang. Banyak tabuh-tabuh Pekak Lotering yang di tuangkan di Br. Lumintang oleh beliau sesuai dengan kemampuannya, diantaranya:
- Tabuh Tebog
- Tabuh Jagung
- Pengrangrang Ageng
- Tabuh Solo
- Tabuh Lyar samas
- Tabuh Kompyang
- Tabung Sekar Gendot
- Tabuh Lebeng dll.
Diusianya yang ke-62 tahun ini tidak menyurutkan aktifitasnya untuk membina tabuh-tabuh klasik di Br. Lumintang. Namun sangat disayangkan kepiawaian beliau dalam tabuh palegongan tidak ada yang meneruskan, karena Bapak I Made Sudama sampai saat ini belum kawin. Melihat keberadaan tersebut menyurutkan genetik maestro bapak I Made Sudama.
Kehidupan bapak I Made Sudama sehari-hari sebagai pengajar ( pelatih tabuh ), beliau juga merupakan undagi yang lebih berkonsentrasi mengerjakan bangunan rumah, walaupun juga jarang-jarang mengerjakan wadah atau tempat jenasah orang meninggal. Beliau melakukan kesenimanannya betu-betul didasari oleh keikhlasan dan kepolosan sosok seniman I Made Sudama membuat masyarakat Br. Lumintang menjadi bangga dan simpati pada beliau, yang telah banyak mengabdi baik diwilayahnya sendiri maupun diwilayah lain
Berikut pengabdiannya dibidang karawitan khususnya tabuh Palegongan:
- Tahun 1969 ikut sebagai sekaa Palegongan di Br. Lumintang dan Br. Binoh Kelod
- Tahun 1972 sebagai Pembina tabuh Palegongan di Br. Lumintang sampai tahun 1990
- Tahun 1976 bergabung di sekaa Palegongan di Br. Gerenceng Denpasar
- Tahun 1980 bergabung di sekaa Palegongan Br. Kelandis