Sudah menjadi konsumsi publik bahwa tidak lama lagi Indonesia akan mengalami suatu kegiatan ekonomi yang harus diikuti oleh seluruh masyarakat Indonesia bahkan semua Negara ASEAN. Kegiatan tersebut merupakan perhelatan pasar bebas atau pasar tunggal ASIA yang biasa disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Sedangakan latar belakang dari terbaentuknya MEA ini adalah berawal dari kesepakatan para pemimpin ASEAN dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT). Salah satu kesepakatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya saing ASEAN serta bisa menyaingi Tiongkok dan India untuk menarik investasi asing. Dalam garis besar tujuan terbentukanya MEA yaitu untuk meningkatkan stabilitas Perekonomian dikawasan Asean serta diharapkan mampu mangatasi masalah – masalah ekonomi ASEAN.
Pasar bebas ini menyerukan kita untuk selalu bersaing dan berkompetensi dalam setiap bidang yang digeluti karena dampak dari MEA ini bukan hanya pada perdagangan bebas produk tetapi juga mencakup pada bebas investasi, arus bebas modal, arus bebas jasa yang mana sangat dibutuhkan tenaga kerja yang handal dan terampil.Tentunya ajang ini adalah suatu peluang besar bagi Indonesia untuk memajukan perekonomian menjadi jauh lebih baik yang akan ditinjau dari pendapatan perkapita masyarakat Indonesia. Tetapi tidak menutup kemungkinan bahwa hal itu juga merupakan sebuah tantangan besar bagi Indonesia jika masyarakat Indonesia tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi MEA yang akan diimplementasikan pada akhir 2015 ini. Selain itu, Indonesia menjadi pasar utama besar untuk arus barang dan investasi karena sebanyak 43% penduduk yang ada diIndonesia melebihi dari jumlah pendudukanggota MEA.
Persiapan diri tidak hanya dilukakan oleh para pengusaha yang memang sudah menggeluti usaha mereka sejak beberapa tahun terakhir, bukan para pekerja yang menawarkan jasanya dimana mereka menawarkan kepandaian dan kemampuan mereka yang telah berlangsung cukup lama, bukan para pegawai pemerintahan bahkan bukan hanya penggangguran yang semakin membludak tetapi mahasiswa juga berkewjiban mempersiapkan diri untuk menghadapi perhelatan akbar ini agar tidak tertinggal dan tidak menjadi objek dari kegiatan ekonomi yang sangat menguntungkan bagi Indonesia.
Jika berbicara mengenai mahasiswa tentunya mahasiswa menjadi ikon penting (subyek) sebagai pelaku ekonomi dalam MEA karena dari 225 juta penduduk Indonesia 4.521.260 adalah mahasiswa. Hal ini merupakan suatu peluang jika mahasiswa berkontribusi dalam MEA. Mahasiswa dapat berwirausaha tanpa harus mengganggu rutinitas perkuliahan. Karena jika
menginginkan Indonesia menjadi Negara maju maka dibutuhkan 2% dari total penduduk Indonesia untuk berwirausaha atau menjadi entrepreneur. Saat ini wirausahaan Indonesia hanya 1,65% dari jumlah penduduk Indonesia. Hal ini sangat disayangkan jika mahasiswa ataupun masyarakat umum lainnya tidak dapat mengusai pasar bebas nantinya.
Pertumbuhan wirausaha sudah sangat mendesak menjelang MEA ini, olehnya itu peran mahasiswa dalam menghadapi MEA adalah bisa menjadi wirausahawan yang mampu berkompetensi dengan wirausahawaan yang telah lebih dulu berkarir. Mampu membaca peluang besar ini dengan memanfaatkan 15 ekonomi kreatif yang diusung oleh pemerintah Indonesia. pemerintah juga mencanangkan suatu program untuk mahasiswa yang mau berwirausaha dengan memberikan sokongan dana sebesar 2 miliar jika mengajukan proposal dan disetujui. Pendidikan kewirausahaan pun dimasukan dalam kurikulum perguruan tinggi yang merupakan salah satu usaha perguruan tinggi untuk memenuhi kebutuhan mahasiswa dalam berwirausaha sehingga perguruan tinggi dapat menghasilkan usahawan – usahawan muda yang sangat berkompeten. Karena fungsi dari perguruan tinggi berkembang dari agen pendidikan dan penelitian menjadi agen budaya sehingga ada agen pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan.