Rerainan merupakan istilah dari perayaan pemuja kepada Bathara bagi umat Hindu khususnya di Bali. Ada rahinan menurut wuku atau pawukon dan menurut sasih. Rerahinan menurut sasih merupakan rerahinan yang jatuhnya setahun sekali menurut sasih yang ada di Bali, sedangkan rerahinan menurut pawukon jatuh pada wuku-wuku tertentu, yang dimana terdapat 30 wuku dalam system kalender bali.
Disetiap wuku memiliki hari yang unik, khususnya untuk melakukan hari pemujaan. Jika rerahinan itu jatuh pada hari Sabtu maka sudah pasti disebut dengan Tumpek. Salah satu rerahinan Tumpek adalah Tumpek Wayang. Dimana konon Tumpek Wayang itu dianggap seram, karena umat Hindu di Bali yakin pada rahinan ini Bhatara Kala turun ke Bumi mencari mangsanya yaitu orang-orang yang lahir pada hari Tumpek Wayang tersebut. Tata cara maupun upakaranya memiliki khasnya sendiri. Bahkan diadakan pewayangan untuk rahinan ini. Namun yang lebih penting adalah rentetan dalam pelaksanaan Tumpek Wayang itu sendiri. Dimana sebelum Tumpek Wayang dilaksanakan ada yang namanya Kala Paksa.
- Makna Hari Suci Tumpek Wayang
Upacara Tumpek Wayang jatuh setiap 6 bulan (210 hari) sekali menurut kalender Bali jatuh pada Hari Sabtu/Saniscara Kliwon Wuku Wayang.
Di Bali pada khususnya ada sebuah cerita yang mengatakan bahwa jika ada anak yang lahir bertepatan pada wuku Wayang yaitu hari yang dianggap keramat. Warga Bali meyakini bahwa yang dilahirkan pada hari tersebut patut diupacarai lukatan (ruatan) besar yang disebut sapuh leger. Ini dimaksudkan agar anak tersebut terhindar dari gangguan (buruan ) Dewa Kala.
Menurut Lontar Sapuh Leger dan Dewa Kala Batara Siwa memberi izin kepada Dewa Kala untuk memangsa anak yang dilahirkan pada wuku Wayang (cf. Gedong Kirtya, Va.645). Atas dasar isi lontar tersebut masyarakat di Bali patutlah berusaha mengupacarainya dengan didahului mementaskan Wayang Sapuh Leger demi keselamatan anak tersebut.
Tumpek Wayang juga bermakna “Hari Kesenian” karena itu secara ritual diupacarai berbagai jenis kesenian seperti: wayang, barong, rangda, topeng, gelungan, dan segala jeni gamelan yang ada di Bali.
Tumpek Wayang itu sendiri merupakan tumpukan dari waktu-waktu transisi dan hari itu jatuh pada Sabtu/Saniscara Kajeng Kliwon, Wayang. Saniscara merupakan hari terakhir dalam perhitungan Saptawara, Kajeng adalah hari terakhir dalam perhitungan Triwara, dan Kliwon merupakan hari terakhir dalam perhitungan Pancawara. Sedangkan Tumpek Wayang adalah tumpek terakhir dari urutan enam tumpek yang ada gdalam siklus kalender pawukon Bali.
Tumpek Wayang merupakan menifestasinya Dewa Iswara yang berfungsi untuk menerangi kegelapan, memberikan pencerahan kehidupan didunia, serta mampu membangkitkan daya seni dan keindahan. Tumpek Wayang merupakan cerminan dimana dunia yang diliputi kegelapan, manusia oleh kebodohan, keangkuhan, keangkara murkaan. Oleh sebab itu Siwa pun mengutus Sanghyang Samirana turun kedunia untuk memberikan kekuatan kepada manusia yang nantinya sebagai mediator dalam menjalankan aktifitasnya.
- Fungsi dan Tujuannya dalam Agama Hindu
Fungsi dilaksanakannya upacara pada hari Tumpek Wayang ini adalah untuk menerangi manusia dari kegelapan, memberikan pencerahan kehidupan didunia, serta mampu membangkitkan daya seni dan keindahan.
Dalam umat hindu, Fungsi dilaksanakan Sapuh leger yaitu untuk menjauhkan orang yang lahir pada hari tersebut dari bahaya dan malapetaka.