Dalam karawitan Bali, menabuh merupakan istilah yang digunakan untuk menyebutkan seseorang atau kelompok dalam bermain gamelan Bali dengan baik dan benar. Dalam permainan sebuah instrumen gamelan, perlu dilagukan dengan penuh penghayatan, penjiwaan, teknik, dan sikap yang bagus agar mencerminkan seseorang atau kelompok dalam bermain gamelan dengan baik. Permainan instrumen yang baik serta dengan teknik yang bagus juga dipergunakan juga dalam gamelan Gambang. Permainan instrumen Gambang juga dikenal mempunyai beberapa jenis pukulan, seperti kekenyongan, malpal, oncang-oncangan, nyading, dan ngikal.
- Kekengongan merupakan jenis yang di mainkan sesuai dengan notasi lagu pokok dan dilakukan sama oleh semua instrumen. Permainan ini biasanya di mainkan pada
- Malpal adalah jenis pukulan yang dimaikan oleh Gambang Pengenter dengan pukulan yang berimbang antara pukulan tangan kanan dan pukulan tangan kiri.
- Oncang-oncangan merupakan permainan kotekan antara Gambang yang satu dengan Gambang yang lainnya , yakni setiap instrumen Gambang dimainkan sesuai dengan pola perminannya masing-masing
- Nyading adalah permainan setiap instrumen Gambang yang hanya memainkan nada-nada tertentu secara berulang-ulang, sedangkan melodi instrumen gangsa bermain berlanjut sesuai dengan pupuh yang bersangkutan. Jenis pukulan ini biasa dimainkan setiap menjelang akhir setiap bagian gending atau menjelang akhir suatu pupuh yang disajikan
- Ngikal merupakan jenis pukulan yang dilakukan terkait dengan nyading, tetapi dengan irama 3/4 yakni pada bagian akhir suatu lagu atau pupuh.
Penjelasan di atas merupakan jenis pukulan yan dpakai dalam permainan instrumen Gambang. Selain jenis pukulan terdapat pula jenis permainan instrumen Gambang yang dibedakan menjadi empat yaitu Gambang Pengenter, Gambang Pemero, Gambang Penyelat, dan Gambang Pemetit. Keempat hal tersebut di uraikan sebagai berikut.
- Gambang Pengenter, irama dimainkan dimainkan dengan pukulan malpal yang berimbang antara pukulan tangan kanan dan kiri mengikuti jalannya pokok melodi yang dimainkan oleh gangsa yang pola permainannya mengantisipasi lagu pokok.
- Gambang Pemero, permainannya mengikuti jalannya melodi pokok, tetapi dengan irama permainan nyelangkit/nyekati terhadap Gambang pengenter. Irama irama pukulan tangan kanan dan kiri harus seimbang. Pola permainnannya mengantisipasi permainan lagu pokok.
- Gambang Penyelat, irama permainannya mirip dengan Gambang pengenter dan ditambah variasi dengan pukulan yang berimbang antara tangan kanan dan kiri. Pola pola permainannya mengantisipasi lagu pokok.
- Gambang Pemetit, irama permainnannya mirip dengan Gambang pemero, tetapi nada yang dimainkan belum tentu sama. Pola permainnannya menantisipasi lagu pokok. Secara umum, setiap pemain Gambang, termasuk penyanyi harus hafal betul lagu pokok yang dimainkan.
Uraian penjelasan diatas merupakan 4 jenis Permainan instrumen Gambang. Penjelasan tersebut merupakan patokan penting untuk mendalami dan mengenbangkan teknik permainan gamelan Gambang. ( Sinti, 2011; 88/89 ).
Bunyi adalah penyimpangan tekanan, pergeseran partikel dalam medium elastic seperti udara, yang di sebut juga bunyi objektif. ( 2 ) secara fisologis, bunyi adalah sensasi pendengaran yang di sebabkan penyimpangan fisis yang di sebut juga dengan bunyi subyektif. Menurut Doelle ( 1993 ) bunyi menyatakan sensasi pendengaran yang lewat telinga dan timbul karena penyimpanga tekanan udara. Penyimpangan inibiasanya disebabkan oleh beberapa benda yang bergetar, misalnya dawai gitar yang di petik, atau garpu tala yang di pukul.
Dalam memainkan sebuah lagu Gambang, pada saat memukul bilah Gambang tidak mempergunakan teknik tetekep, karena bilah gamelan Gambang terbuat dari bambu dan instrument Saron pada gamelan ini juga memakai plawah seperti plawah gangsa jongkok Gong Gede, dimana gangsa jongkok tersebut tidak memakai tali untuk menggantungnya melalinkan di pacek dalam istilah Bali. Pada instrument Gambang yang bilahnya memakai bambu suara yang dikeluarkan oleh instrument tersebut tidak terlalu keras cendrung lebih rendah, itu dikarenakan bilah instrumennya dari bambu, dimana bambu tidak dapat mengeluarkan suara yang tidak terlalu keras, selain dari bilahnya resonator instrument ini juga sedikit memiliki ruang, dilihat dari pelawah gamelan Gambang ini torgolong kecil, kotak kayu persegipanjang tersebut tingginya sekitaran 30 – 40 cm. Bila dibandingkan dari resonator gamelan Gong Kebyar sangat jauh berbeda, resonator dari gamelan Gambang ini sama dengan resonator gamelan Selonding, yaitu resonatornya kotak – kotak kecil yang yang langsung dari pelawahnya sendiri, lain halnya dengan instrument Saron pada gamelan Gambang resonatornya itu dari bambu yang menghasilkan bunyi lebih keras dari instrument Gambang yang lainnya, oleh karena itu jika memainkan gamelan Gambang pada saat mengiringi suatu upacara memerlukan alat pengerasa suara agar bunyi yang di keluarkan saat memainkanya lebih keras dan agar terdengar dari kejauhan.
Gelombang adalah satu getaran, gangguan atau energy yang merambat. Dalam hal ini yang merambat adalah getaranya, bukan medium perantaranya. Satu gelombang terdiri dari satu lembah dan satu bukit ( untuk gelombang transversal ) atau satu renggangan dan satu rapatan ( untuk gelombang longitudinal). Besar – besaran yang digunakan untuk mendiskripsikan gelombang antara lain panjang gelombang adalah jarak antara dua puncak yang berurutan, frekuensi adalah banyaknya gelombang yang melewati suatu titik tiap satuan waktu, periode adalah wktu yang diperlukan oleh gelombang melewati suatu satu titik amplitudo adalah simpangan maksimum dari titik setimbang, kecepatan gelombang adalah kecepatan dimana puncak gelombang ( atau bangian lain dari gelombang ) bergerak. ( Universitas Sumatera Utara ; 8 ). Memainkan gamelan Gambang gelombang bunyi yang dihasilkan tidak terlalu panjang karena bambu tidak besifat keras melainkan berserat jadi pada saat di pukul suara hanya mengeluarkan bunyi hanya sebentar jadi gelombang yang dikeluarkan hanya berjarak sekian detik. Pada instrument saron gelombang yang di hasilkan lebih panjang dari instrument Gambang yang lainnya, namu tidak panjang seperti Gong Kebyar. Itu di karenakan instrument Saron terbuat dari kerawang, kerawang lebih keras dari bambu jadi semakin keras di pukul maka semakin keras suara yang di hasilkan, namun instrument Saron ini bilahnya lebih bulat ( metundun klipes ) dalam istilah Balinya, bilah yang bulat itu lebih tebal itu yang menyebabkan gelombang yang di hasilkan tidak terlalu panjang namun lebih panjang dari instrument Gambang yang lain. Fungsi Instrumen Saron adalah sebagai melodi pada gamelan Gambang maka dari instrument Saron terbuat dari kerawang dan lebih seperti gangsa jonkok Gong Gede, agar pemain Gambang selain instrument Saron mendengar arah melodi yang di mainkan pemain Saron, agar lebih jelas lagi instrumen Saron dipergunakan dua oktaf dan menimbulkan suara yang jelas dari kecil ke menengah. Tingkat kesulitan dari setiap pemain adalaah menjaga tempo yang di bawa secara bersamaan. Pukulan masing – masing alat berbeda – beda, serta pemain Saron harus sangat hafal dengan lagu yang di bawakannya, karena setiap pemain memainkan lagunya masing – masing yang mengikuti melodi yang di arahkan, jadi kesempatan nempong tidak ada.
Pemantulan bunyi adalah fenomena pembalikan gelombang bunyi dari suatu pemukaan yang memisahkan dua media, dimana sudut datangnya bunyi selalu sama dengan sudut pantulan bunyi dapat di gunakan untuk mendeteksi benda. Jumlah energy bunyi yang di pantulkan oleh suatu permukaan bergantung pada permukaan yang di kenainya. Dinding lanta, dan langit – langit datar menjadi pemantul bunyi yang baik, sebaliknya kain, tirai dan prabotan yang berpori akan bnyak menyerap bunyi ( Bolemon, 1985 ).
Dalam gamelan Gambang pemantulan suara dari pemukulan instrument tersebut hanya seperti suara pentungngan yang di pukul panjang suaranya sangat pendek, namun keuntungan dari pendeknya suara yang dikeluarkan oleh instrument ini adalah nada yang dipukul menjadi terdengar jelas dari pada instrument yang memiliki pantulan suara yang panjang dan teknik bermainnya lebih sulit agar nada yang di hasulkan tidak gaung atau tidak jelas. Instrument yang memiliki jarak pantulan yang lebih pendek teknik permainnannya lbih gampang semakin cepat pukulan yang di lakukan nada – nada yang di hasilkan tidak akan rapuh ( tidak jelas ), sebaagian besar lagu – lagu instrument yang memiliki pantulan suara yang pendek lebih dinamis karena bermain lagu yang cepat tidak memikirkan tetekep, yang hanya di perhatikan adalah rasa keseragaman dan melodi yang di arahkan. Dalam instrumen Gambang pemain Saron adalah ujung tombaknya bisa dikatakan sopirnya, bila pemain Saron lupa atau salah dalam memainkan lagu maka keharmonisan yang terdengar tidak maksimal dan dapat menyebabkan keraguan dari masing – masing pemain Gambang. Maka dari itu pemain Saron harus benar – benar hafal dan berkonsentrasi sekali salah fatal akibatnya.
Bising ( noise ) di artikan sebagai bunyi yang tidak di inginkan dan dapat merusak pendengaran manusia. Bunyi di nilai bising sangatlah relative sekali, satu contoh bunyi mesin – mesin di pabrik merupakan hal yang biasa bagi opertornya, tetapi tidak demikian pada orang – orang lain di sekitarnya. Itu adalah suara yang tidak di inginkan, suara itu adalah kebisingan. Tetapi hampir semua mesin – mesin yang di hasilkan, baik itu untuk industry maupun pada kendaraan bermotor selalu disertai dengan kebisingan ( Mediastika, 2009 ).
Dalam instrument Gambang kebisingan bisa saja dirasakan walau suara dari instrument ini tidak terlalu keras, bila dimainkan dengan ngawur atau secara bersamaan dimainkan namun tidak dengan melodi yang di tentukan serta tempo yang berbeda – beda maka telinga dan perasaan kita tidak akan nyaman untuk mendengar dan dirasakan, bila pada instrument yang berbilah memakai kerrawang dan yang di gantung oleh seutas tali bermain secara amburadur tidak beraturan maka kebisingan itu akan lebih keras karena gelombang dari pantulan suara yang di hasilkan lebih mengiang di telinga.
Ada beberapa faktor penyebab kebisingan disini adalah dimana kedisiplinan pemain yang kurang, secara tidak sengaja lagu – lagu yang tidak pantas di cari di cari dan masing – masing pemain memiliki ke inginan yang berbeda – beda, selain itu pada saat latihan untuk pemantapan ketika akan di pentaskan, pemain setiap selesai satu lagu bila ada pukulan yang di lupakan pasti dicari lagi dan terus menurus hingga di temukannya dan itupun dilkukan oleh semua pemain jadi kebisingan akan terjadi walau dilakukannya pada instrumen Gambang bila dilakukannya dengan instrumen Gong Kebyar lebih bising lagi. Penabuh anak – anak biasanya cenderung lebih agresif karena rasa ke ingin tahuannya lebih keras dan kenakalannya lebih banyak, bahkan di sertai dengan suara triakan mereka pada saat bermain ketika istrirahat dan itu sangat membuat kebisingan. Anak – anak tidak mudah di atur jika di bentak maka mereka akan melawan bahkan sambil menangis itu lebih parah lagi. Kebisingan bisa terjadi dimana – mana dan sering di alami oleh siapapun, bahkan itu bisa merusak indra pendengaran kita jika kita tidak sring memeriksakannya ke dokter, kebisingan saat bermain gamelan lebih berbahaya karena bunyi instrumen musik lebih keras penyebab kerusakan pada telinga. Bila lagu di bawakan dengan bersama tetapi melodi yang di tata dengan baik, walau pun volumenya dikeraskan dandekat dengan telinga kita sendiri itu tidak akan secara langsung merusak pendengaran kita karena telinga kita terhubung langsung kepada otak dan perasaan kita, semakin lembut suara yang di timbulkan semakinnyaman yang kita rasakan walau volumenya di keraskan.