Skip to content


Nada,Tangga Nada, Laras Gamelan Siwa Nada

Nada dan tangga nada dalam gamelan Siwa Nada semuanya baru sebagai hasil ciptaan Sinti. Sebagaimana halnya di Amerika, nama-nama jalan, bandara dan lain sebagainya didasarkan atas nama-nama tokoh, maka nama-nama nada dalam tangga nada yang terdapat dalam gamelan Siwa Nada merupakan nama-nama keluarga Sinti, seperti Sri, Made, Yanti, Santi, Ari dan sebagainya. Penulisan tangga nada memakai angka 1-9. Kenapa 9 ? karena angka yang lazim dipergunakan adalah 1-9. dari angka 1-9 tersebut akan bisa dibuat perhitungan berapa saja. Secara prinsip, tangga nada bisa dikatakan mendekati diatonis, akan tetapi tidak persis. Dengan demikian, tidak ada kesulitan ketika dikombinasikan dengan instrumen musik dari negara lain. Urutan dan penyebutan nada seperti di bawah ini:

1          2          3          4          5          6          7          8          9

               ma     ni       ko      pu     ri      san     ti        a       go

Tangga nada Siwa Nada bukan merupakan gabungan antara  laras slendro dan pelog. Oleh karena itu,  gamelan Siwa Nada tidak bisa dikatakan berlaras slendro atau pelog sebagaimana dalam musik tradisi pada umumnya. Akan tetapi gamelan Siwa Nada bisa dimainkan dalam laras slendro maupun pelog, bahkan dengan berbagai jenis musik dunia.

 Sinti mempunyai pandangan tersendiri tentang istilah slendro-pelog. Menurut Sinti, sebelum berdirinya Kokar di Bali, orang Bali tidak mengenal istilah slendro-pelog. Munculnya istilah slendro-pelog diduga ada kaitannya dengan beberapa sesepuh karawitan Bali seperti I Nyoman Rembang, I Nyoman Kaler yang lama mengajar di Kokar  Solo. Ketika pulang ke Bali para maha guru karawitan Bali tersebut membawa oleh-oleh yang paling utama adalah ingin mendirikan Kokar di Bali. Setelah Kokar di Bali berdiri, istilah slendro-pelog pun diperkenalkan. Setelah Sinti menyelesaikan studinya di Kokar pada tahun 1961 dan kebetulan mendapat nilai tertinggi, Sinti diminta menjadi asisiten guru. Istilah slendro-pelog yang telah diterima dari para mahaguru tersebut, kemudian diajarkan kepada murid-murid. Bahkan istilah tersebut masih dipergunakan sampai sekarang. Seiiring dengan perjalanan waktu dan setelah Sinti mengerjakan konsep bersama dengan teman-teman di Kokar maupun secara pribadi, Sinti berpendapat bahwa karawitan Bali baik vokal maupun instrumental tidak bisa hanya digolongkan slendro-pelog. Kalau karawitan Bali hanya digolongkan slendro-pelog adalah sebuah pemiskinan. Dicontohkan oleh Sinti, vokal atau wirama sulit untuk menetukan mana pelog dan yang mana slendro. Demikian juga halnya dengan beberapa jenis gamelan lain seperti gong luang, gambang, tidak ada pelog.

Secara umum gamelan Siwa Nada sudah beberapa kali dicoba dikolaborasikan atau dikombinasikan dengan beberapa musik negara lain. Ketika Sinti berada di Amerika (Seatle), gamelan Siwa Nada pernah dikolaborasikan dengan  memasukan Nuwel Symphony  karya d’ bojah (diciptakan di Universitas Washington, Seatle). Kemudian sebuah garapan musik Jepang dengan judul Song Of Kinawa (musik klasik) yang ditransfer ke dalam gamelan Siwa Nada. Ke depan akan dicoba dipadukan dengan musik-musik dari daerah India, China, dan lain sebagainya.

Posted in Pengetahuan Karawitan.