Skip to content


Penambahan Tatap Muka Terstruktur Dalam Pengajaran Gamelan Jawa pada Jurusan Karawitan

Tulisan ini dibuat bersama Saptono, SSen pada tahun 2003

Suasana atmosfir akademik yang kondusif di Prodi Seni Karawitan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Denpasar, belum mampu diimbangi dengan kondusifnya perkuliahan-perkuliahan di kelas. Keakraban hubungan antara dosen dan mahasiswa atau sebaliknya baru bisadilihat dalam kegiatan seremonial pertunukkan dari proses awal sampai penyajiannya. Memang terasa bahwa pada saat-saat tertentu seperti dalam pagelaran-pagelaran hubungan dosen mahasiswa seolah tidak ada jarak, namun sebaliknya dalam kegiatan proses belajar mengajar seolah-olah ada keretakan. Keterlambatan jam-jam perkuliahan tidak jarang dijumpai, begitu juga dengan kekosongan atau tidak bisa berjalannya kelas karena keterlibatannya mahasiswa dalammenyiapkan pergelaran  disaat perkuliahan berjalan. Hal-hal semacam ini yang menjadikan kurangnya tatap muka antara dosen dan mahasiswa. Lebih ironis lagi kurangnya tatap muka dan belum selesainya materi perkuliahan akan berakibat mundurnya ujian dalam semesternya. Sebagai contoh mata kuliah semester genap baru akan bisa diujikan pada semester ganjil atau sebaliknya. Proses semacam ini sudah barang tentu akan menghambat terhadap kegiatan yang lain seperti registrasi akademik dan sebagainya.

Sebelum diterapkan strategi pengajaran inovasi metode penambahan tatap muka secara struktural ini, proses belajar mengajar berjalan kurang kondusif, efektif dan efisien serta kurang tepat sasaran. Halini ditandai dengan perilaku, sikap , minat dan mutu hasil belajar mahasiswa. Motivasi mahasiswa untuk mengikuti perkuliahan sangat kurang. Indikasi keara itu ditandai dengan seringnya mahasiswa datang terlambat, bermalas-malasan di luar kelas, sekalipun dosen sudah menunggu di ruangan. Mahasiswa cenderung bersikap pasif, kurang tanggap dalam memberikan responbilitas terhadap materi perkuliahan. Dengan demikian, proses belajar mengajar cenderung berjalan satu arah (dari dosen ke mahasiswa).

Untuk memperdayakan perkuliahan yang lebih kondusif dan juga untuk mengatasi kurangnya tatap muka dosen mahasiswa, metode diterapkan pada mata kuliah praktek dalam gamelan Jawa pada mata kuliah Repertoar D. Penerapan metode dengan menambah waktu jam kuliah pada mata kuliah repertoar D, dilaksanakan pada hari kamis, sehingga sekarang menjadi  dua kali dalam seminggu.

Perolehan nilai setelah dilaksanakan metode pengajaran inovatif, terhadap komparasi nilai yang cukup memuaskn. Komparasi nilai antar semester yang dicapai oleh 19 orang mahasiswa semester V pada mata kuliah Repertoar D tahun ajaran 2002/2003 yang memperoleh nilai yang dibandingkan dengan 25 Orang mahasiswa semester V tahun ajaran 2003/2004 adalah sebagai berikut :

Tahun Ajaran  2002/2003

Nilai A                         47 %

Nilai B                          37 %

Nilai C                         16 %

Tahun Ajaran 2003/2004

Nilai A                         64 %

Nilai B                          28 %

Nilai C                           8 %

Posted in Tulisan.