Gamelan Gambang

This post was written by gedesuastika on Juli 25, 2014
Posted Under: Tak Berkategori

klklkBerbicara tentang seni khususnya seni musik tradisional (gamelan) memang tidak akan ada ujungnya karena seni musik gamelan tersebar hampir di seluruh Indonesia dengan bentuk, ciri khas, dan fungsi yang berbeda-beda. Seiring dengan perkembangan jaman yang dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap kehidupan sehari-hari dan pola pikir suatu masyarakat yang dapat melahirkan suatu kebudayaan yang tidak berpegang pada sumber yang jelas. Seperti halnya gamelan yang pada umumnya di Bali indentik dengan aktivitas-aktivitas ritual keagamaan. Tetapi dengan perkembangan jaman, sekarang gamelan sudah lebih identik dengan penonton (audience) karena sudah biasa dipentaskan ditempat umum sebagai hiburan dan produk pariwisata yang terkadang dapat melemahkan fungsi apakah seni gamelah tersebut termasuk ke dalam seni sakral, propan atau hiburan.

Pentingnya hal tersebut, disini penulis akan membahas lebih dalam mengenai seni gamelan gambang yang berada di Desa Pakraman Basangalas. Pada umumnya hampir semua jenis gamelan memiliki kesamaan mulai dari bahan, bentuk dan suara. Tetapi tidak pada sejarah dan fungsi seperti halnya gamelan Gambang yang berada di Desa Pakraman Basangalas.

Gamelan Gambang merupakan suatu gamelan suci yang instrumennya terbuat dari bambu petung dan perunggu yang berlaras pelog tujuh nada. Gambelan Gambang memang sudah ada di Desa Pakraman basangalas yang merupakan warisan dari nenek moyang terdahulu yang masih dipertahankan sampai sekarang. Bahannya terbuat dari perunggu,  dimana hal tersebut dipercaya sebagai paica/ peturun (gift) di Pura Puseh Basangalas, sedangkan perlengkapannya dibuat oleh Krama Desa Basangalas. Diketahui Gambang tersebut merupakan peturun karena adanya pawisik atau wahyu (vision from God) dari Tuhan yang diterima langsung oleh Pemangku Desa Pakraman Basangalas. Diceritakan oleh tokoh adat (pengelingsir) bahwa penggunaan Gambelan Gambang yang ada di Desa Pakraman Basangalas hanya untuk kepentingan upacara Dewa Yadnya/ Sahananing Karya Nyatur yaitu Upacara Ngenteg Linggih dan Nubung Daging.

Mengenai penempatan Gambelan Gambang menurut kepercayaan masyarakat Desa Pakraman Basangalas, di mana gamelan Gambang tidak boleh ditempatkan di bawah atau di tanah melainkan harus dibuatkan panggung yang hanya cukup untuk gambang tersebut dan penabuhnya. Selain hal tersebut, penabuh atau pemain dari gamelan Gambang juga harus memenuhi syarat tertentu seperti mewintenatau proses penyucian diri untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Menurut cerita pengelingsiradat, hal tersebut pernah terjadi yang mengakibatkan ada perunggu atau komponen gamelan tersebut patah, maka perunggu yang patah tersebut dibawa ke pande gong untuk diperbaiki. Tetapi pada saat pande tersebut akan memperbaiki / melebur tiba-tiba pande tersebut ketakutan, badannya gemetar akhirnya Gambelan Gambang yang patah tersebut tidak jadi dilebur dan akhirnya disimpan dipesimpenan Bale Agung sampai sekarang. Untuk melengkapi Gambelan Gambang supaya kembali menjadi perangkat yang utuh, maka dibuatkanlah Gambelan Gambang yang baru.

Setiap pemakaian Gambelan Gambang khususnya di pura Kahyangan Tiga menggunakan banten suci pebangkit tangkep dengan runtutannya dipuput atau dipimpin oleh Jero Mangku (Pendeta) Kahyangan Tiga. Fungsi Gambelan Gambang yang dipakai dalam Upacara Ngenteg Linggih yaitu sebagai pelengkap dalam pelaksanaan upacara tersebut. Adapun gending(lagu) yang dipakai dalam upacara tersebut yaitu :

  1. Gending Pelugra yaitu gending yang dipakai saat murwadaksina
  2. Gending Panjimarga yaitu gending yang dilantunkan pada saat menghaturkan banten keliling.
  3. Wargasari / Wilet yaitu gending yang ditabuh pada saat pedanda mapuja/ munggah muput banten.
  4. Gending Sudamala yaitu gending yang ditabuh pada saat pedanda marisuda banten (palemahan) diiringi langsung dengan Wayang Sudhamala.
  5. Gending Sida Karya yaitu gending yang ditabuh diiringi dengan Topeng Sidha Karya
  6. Adapun gending /tabuh yang lain yaitu untuk mengiringi tarian rejang

Fungsi Gamelan Gambang

Adapun fungsi dari gamelan Gambang di Desa Pakraman Basangalas dapat dilihat dari 2 faktor, yaitu sejarah/nilai historisnya dan penggunaan dari gamelan Gambang tersebut.

a. Berdasarkan Sejarah/Nilai Historis

Sebagaimana yang telah dijelaskan di atas, bahwa gamelan Gambang merupakan peturun karena adanya pawisik atau wahyu dari Tuhan yang diterima langsung oleh Pemangku Desa Pakraman Basangalas yang hanya dipergunakan untuk kepentingan upacara Dewa Yadnya/ Sahananing Karya Nyatur yaitu Upacara Ngenteg Linggih dan Nubung Daging. Sehingga dapat disimpulkan kalau gamelan Gambang merupakan gamelan yang sakral atau memiliki fungsi sakral karena nilai sejarah dan fungsi khusus yang dimiliki gamelan Gambang itu sendiri.

b. Berdasarkan Penggunaannya

Gamelan Gambang memang memiliki dalam upacara Dewa Yadnya/ SahananingKarya Nyatur yaitu Upacara Ngenteg Linggih dan Nubung Daging, tetapi peran gamelan Gambang dalam upacara tersebut bukan merupakan suatu keharusan. Artinya peran gamelan Gambang disini merupakan pelengkap dalam upacara tersebut atau disebut dengan istilah propan (bisa diganti dengan jenis gamelan yang lain). Selain itu, di Desa Pakraman Basangalas, gamelan Gambang justru lebih menitik beratkan pada fungsinya sebagai iringan tari Rejang yang biasanya berlangsung pada hari Umanis Kuningan.

Dapat disimpulkan bahwa gamelan Gambang memiliki 2 fungsi yaitu: (1) fungsi sacral, karena nilai sejarah yang terkandung, fungsi yang khusus dan runtutan upacara sebelum gamelan Gambang itu dimainkan; (2) fungsi propan, karena dalam setiap penggunaannya, gamelan gambang merupakan bukan sesuatu yang mutlak harus ada dalam upacara tersebut. Dapat juga disimpulkan kalau gamelan Gambang tidak memiliki fungsi hiburan atau alat musik yang bisa dimainkan untuk menghibur penonton (audience) karena nilai historis dan fungsi yang sudah ditentukan dan dipercaya oleh masyarakat setempat.

 

 

Comments are closed.

Previose Post: