Gamelan Sebagai Orkestra fleksibel dalam konteks globalisasi
Gamelan sebagai Orkestra Fleksibel Dalam Konteks Globalisai
Pementasan seni pertunjukan dengan medium ungkap bunyi-bunyian atau suara dari instrumen dan suara manusia (vocal) termasuk paduannya disebut karya seni musik.
Hal ini dapat terasa atau terdengar ke dalam satu paduan yang harmonis dan tidak dapat dipisahkan jalinannya antara bunyi satu instrumen dengan instrumen lainnya yang menjadi satu harmonisasi orkestra.
Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa bunyi orkestra instrumen, menjadi satu kesatuan utuh dalam bentuk sempurna secara jelas terdengar indah atau estetis dalam bentuk komposisi musik.
Sebut saja musik gamelan sebagai medium ungkap, merupakan bentuk sajian audio yang mampu menyelaraskan komposisi bunyi instrumen yang ada dalam orkestra tersebut. Musik gamelan memiliki ungkapan makna audio dapat digunakan untuk mengantarkan pesan atau ungkapan maksud dari penciptanya, hal ini terutama melalui bentuk pengolahan ritme, pola irama, patrun melodi, dan kontinuitas pemberian rasa dinamika maupun suasana yang mampu menggambarkan suasana yang bergejolak dari pencipta karya, dimana secara konstruk menjadi ungkapan sebuah karya seni .
Selanjutnya, alat (instrumen) musik gamelan memiliki bermacam bentuk dan klasifikasi yang khas. Hal ini seperti sumber bunyi yang dihasilkan. Instrumen perkusi (alat pukul), membran (kulit hewan), udara melalui senar (dawai) dan lain sebaginya. Tentunya sumber bunyi yang dihasilkan akan sangat mempengaruhi terhadap warna suara (timbre) alat musik itu sendiri yang pada akhirnya menjadi pembeda dalam mengklasifikasikan bermacam-macam karakter bunyi.
Jenis Gamelan.
Jenis gamelan sebagai salah satu bentuk campuran logam sering kita lihat bermacam bentuk. Jenis gamelan terbuat dari besi dan perunggu serta pada beberapa daerah masih ada yang terbuat dari bambu. Gamelan logam terdiri komposisi campuran dari bahan-bahannya harus terukur benar, apabila ingin menghasilkan kualitas gamelan yang baik.
Ulasan fleksibelitas gamelan yang ingin diungkap oleh penulis, yakni begitu banyak dan sangat beragam fungsi gamelan selain sebagai ungkapan mandiri dalam bentuk sekaran kliningan (Klenengan=Jawa Tengah), pengiring tari, pengiring wayang golek, wayang kulit di Jawa dan Bali, dan masih banyak kehadiran gamelan sebagai fungsi ritual pada beberapa etnis di bumi persada ini.
Globalisasi sebagai suatu era, menjadi gaya tren genarasi menjalani dan berperan fungsi dalam mengecap modernisasi. Berbagai kondisi situasi yang berkembang di era ini menuntut banyak penyesuasian berhubungan dengan gaya hidup, pola perilaku gaya modern, hingga pada tatanan yang serba kritis dan terbuka sebagai model budaya baru yang semakin kuat wahananya dewasa ini. Pola perubahan kearah era baru ini antara lain telah menampakkan identitasnya ke arah komersial dengan menganut paham kebebasan dengan pakem-pakem baru. Munculnya budaya baru atau budaya global, pada dasarnya dipengaruhi oleh sistem perdagangan bebas dan terbuka, sehingga muncul pula yang disebut ekonomi industri yang di dalamnya memiliki basis industri budaya. Era globalisasi ini, bukan tenaga dan pikiran saja yang dijual, akan tetapi komitmen dan loyalitas yang dalam hal ini berhubungan dengan seniman tergadaikan oleh situasi.
Kesadaran berekspresi dari seorang atau sekelompok seniman mampu terpengaruhi sehingga dalam proses ke depan cenderung terpengaruh pada pergeseran sikap, orientasi pikiran, dan kepentingannya.
Dimana bentuk pergeseran nilai kehidupan yang digambarkan di atas berpengaruh terhadap nilai kolektivitas dapat bergeser ke arah individualitas, motif sosial ke ekonomi, dan dari kemapanan nilai ke tidak mapanan nilai .
Fenomena budaya global seperti digambarkan di atas, ternyata telah mendorong lahirnya berbagai karya seni pertunjukan baru yang secara sengaja melepaskan diri dari konsep-konsep tradisi, dan kemudian bereksperimen untuk mencari identitas baru yang lebih “meng-Indonesia” bahkan karya yang dapat “men-dunia” dengan harapan akan bernilai profit atau memiliki nilai jual (komersial).
Sebuah analogi ataupun asumsi, berkembang bahwa globalisasi telah memberikan beragam warna yang sangat semarak, tinggal kita akan memilih warna mana yang lebih cocok secara moral dengan identitas kita sebagai bangsa besar dengan kekayaan budaya yang sangat beragam pula.
Memilih adalah langkah pekerjaan yang tidak terlalu sulit, akan tetapi yang paling esensial, mampukah kita menuangkan dan memberikan warna baru dalam kancah budaya global sebagai pilihan yang paling tepat.
Kita sadari sepenuhnya, bahwa sampai saat ini kepedulian kita terhadap seni karawitan (terutama masyarakat pada umumnya) amat kurang, sehingga mengakibatkan lunturnya kharisma dari kekuatan serta hilangnya keyakinan dan keilmuannya.
Betapa tidak, karena dengan ketidak pedulian tersebut secara tanpa disadari, pemikir-pemikir dari belahan negara-negara Barat secara tepat mengeksploitasinya menjadi lahan penelitian.