PERAYAAN HARI RAYA NYEPI Di Desa Darmasaba

Juni 30, 2014 by: Eka Widiadi

Hari raya NYEPI adalah salah satu hari raya agama hindu yang jatuhnya setiap 1 tahun sekali tepatnya pada PINANGGAL APISAN SASIH KADASA sehari setelah TILEM KASANGA. Perayaan Nyepi di Bali sudah berlangsung sejak  abad ke-78 masehi silam. Perayaan yang dilakukan di Banjar Taman Desa Adat Tegal, Darmasaba, Abiansemal, Badung pada Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1936 adalah banyak kegiatan yang dilakukan untuk menyambut hari raya ini. kegiatannya seperti, jauh-jauh hari STT(Sekaa Truna-Truni) mempersiapkan Ogoh-ogoh dan Baleganjur untuk mengisi kegiatan pada hari Pengrupukannya, mengadakan Gotong royong di lingkungan Banjar dan Pura satu minggu sebelum hari raya tersebut. Ada juga 4 rangkaian hari raya nyepi yang harus dilakukan pada perayaan hari raya nyepi, yaitu :

  1. 3 hari sebelum hari tilem kasanga diadakan suatu upacara yang disebut MELASTI yang  bertujuan untuk melebur segala macam kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan, serta memperoleh air suci (angemet tirta amerta) untuk kehidupan yang pelaksanaannya dapat dilakukan di laut, danau, dan pada sumber/ mata air yang disucikan. Khususnya di desa saya melasti dipersiapkan dimulai jam 9 pagi. Ida betara/ petapakan yang ada di masing-masing pura yang disun gsung(dimiliki) oleh desa dan pretima-pretima yang disungsung oleh satu keluarga itu di linggihin/ditempatkan bersamaan di Bale Agung(tempat suci), setelah pelinggihan pretima-pretima selesai pengiring boleh pulang. Dan pukul 4 sore pengiring yang memiliki/menyungsung pretima-pretima di masing-masing pura kluarga kembali menuju Bale Agung untuk memasukan pretima-pretima mereka ke dalam juli(suatu tempat ngelinggihang pretima-pretima menjadi satu). Setelah semua pretima dimasukan ke juli, para penyungsung pun pulang dan menunggu jam 10 malam untuk datang ke pura lagi. Setelah jam menunjukan jam 10 malam, orang-orang pun berkumpul di bale banjar masing-masing untuk ngayahin banjar, setelah itu rombongan banjar di angkut menggunakan truk dan ada juga yang menggunakan kendaraan pribadinya. Rombongan pun berangkat ke Bale Agung untuk mengambil/ngayahin juli yang sudah ditentukan oleh desa. Setelah itu juli di naikan ke truk, dan tepatnya jam 11 malam semuanya berangkat ke Pantai Prerenan untuk melakukan upacara MELASTI. Setelah sampai disana pengayah banjar pun berbondong-bongdong mengambil juli, serunya sebelum menaruh/ngelinggihin juli ditempat yang sudah ditentukan kita melewati loloan( air darat yg menuju kelaut), letak serunya loloan itu tingginya bisa mencapai 1 meter +-. Setelah melewati loloan dilinggihin ditempat yang sudah ditentukan dan acara pun dimulai. Setelah sekitar 2 jam +-, acara selesai, waktunya kembali kepura. Sekitar jam setengah 3 juli tiba di Bale Agung, dan juli petapakan langsung Budal(kembali ke pura tempat ida melinggih). Pretima-pretima pun dituruni dari juli dan kembali ditaruh di Bale Agung. Sumua pretima ditaruh di Bale Agung selama 2 hari. Selama 2 hari itu yang punya pretima-pretima setiap malamnya melakukan sembahyang di Bale Agung. Pretima-pretima itu diambil pada waktu pagi tilem kesanga (hari pengrupukan), dan sebelum diambil oleh keluarga yang masing-masing memiliki pretima itu dilakukan upacara mecaru didepan Bale Agung. Setelah itu barulah pretima itu bisa diambil dan ditempatkan di pura masing-masing. Itu tadi tentang Melasti didesa Darmasaba.
  2. Sehari sebelum Nyepi yaitu Hari Pengrupukan dimana pada tilem sasih kesanga (bulan mati yang ke 9), umat Hindu melaksanakan upacara Butha Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan melakukan salah satu upacara caru (sesajian) menurut kemampuannya. Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian Butha Kala, dari segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Mecaru diikuti oleh upacara Pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, membawa obor rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Butha Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus di Bali, Pengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai Ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Butha Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Butha Kala dari lingkungan sekitar. Pembuatan ogoh-ogoh biasanya dilakukan jauh-jauh hari sebelum pengrupukan. Seperti diwilayah banjar saya, pembuatanogoh-ogoh dilakukan oleh kalangan pemuda(STT), pembuatan ogoh-ogoh dilakukan 2bulan sebelum hari H. Selalin pembuatan ogoh-ogoh, biasanya juga disiapkan Baleganjur untuk mengiringi pementasan ogoh-ogoh tersebut. seperti tahun ini didesa Darmasaba diijinkan membuat ogoh-ogoh, walaupun sebelumnya banyak isu tidak akan diijnkan membuat ogoh-ogoh karena berdekatan dengan Pesta Demokrasi(PEMILU). Tapi setelah adanya rapat desa, diijinkanlah dibanjar-banjar se desa darmasaba membuat ogoh-ogoh.

3. Hari Nyepi yang memiliki arti Sepi yaitu tidak adanya aktifitas seperti hari-hari biasanya (hari mati). Adapun yang wajib dilakukan umat hindu adalah melakukan tapa, yoga, dan semadi. Brata tersebut didukung dengan CATUR BRATA PENYEPIAN, yaitu :

1. Amati Geni : tidak menyalakan api serta tidak mengobarkan hawa nafsu.

2. Amati karya : tidak melakukan kegiatan kerja jasmani melainkan meningkatkan kegiatan menyucikan rohani.

3. Amati lelungaan : tidak bepergian melainkan melakukan mawas diri.

4. Amati lelanguan : tidak mengobarkan kesenangan melainkan melakukan pemusatan pikiran terhadap Ida Sanghyang Widhi.

Catur Brata Penyepian ini mulai dilakukan pada saat matahari mulai terbit sampai matahari terbit kembali keesokan harinya (24 jam).

4. Sehari setelah Hari Nyepi adalah hari NGEMBAK GENI. Hari Ngembak Geni di artikan sebagai hari bersyukur karena kita telah memasuki Tahun caka yang baru. Oleh karena itu pada saat Ngembak Geni, umat Hindu berkunjung ke sanak keluarga dan masyarakat sekitar untuk menyampaikan ucapan selamat tahun baru, saling memaafkan, menyayangi dan hidup rukun. Dan biasanya hari ngembak geni juga sebagai hari berekreasi bersama keluarga. Orang-orang banyak melakukan rekreasi seperti mengajak keluarga ke suatu tempat wisata untuk memberi kesan membahagiakan keluarga kita.

Itulah tadi sedikit tentang Perayaan Hari Nyepi didesa Darmasaba. Bali sangat kaya dengan ragam adat dan budayanya yang tidak akan pernah dimiliki oleh daerah lain, maka kita sebagai masyarakat bali harus selalu melestarikan adat dan budaya kita, jangan sampai diambil/hak milikkan oleh wilayah/negara lain. DSC_0200

Filed under: Tak Berkategori

Comments are closed.