Baleganjur Semarandana Di Desa Darmasaba, Abiansemal, Badung.

Juni 30, 2014 by: Eka Widiadi

Gamelan merupakan satu istilah yang tidak asing lagi didengar oleh kalangan pengrawit. Bagi pengrawit, gamelan merupakan alat/instrumen/media ungkap/prabot garap yang digunakan untukmenggarap sebuah komposisi tabuh atau gending. Secara umum gamelan mempunyai pengertian sebagai instrumen musik tradisional yang memakai sistem laras pelog dan slendro. Dalam kehidupan masyarakat Bali, gamelan mempunyai peranan yang sangat signifikan, yang mana peranannya selalu dikaitkan dengan beberapa buah sistem seperti sistem religi, sistem sosial, dan sistem mata pencaharian.

            Gamelan yang merupakan hasil dari kreativitas manusia sudah tentunya tidak bersifat statis, akan tetapi selalu berkembang, bergerak menuju suatu pembenahan, perubahan dan pembaharuan sesuai dengan perkembangan peradaban. Hal ini sejalan dengan teori evolusi sosial universal yang mengungkapkan bahwa manusia dan kebudayaannya akan terus berkembang dari tingkat rendah dan sederhana, ke tingkat-tingkat yang makin lama makin tinggi dan komplex (koentjaraningrat, 1987:31). Dibali, perkembangan gamelan telah melalui lintasan sejarah. I Nyoman Rembang seorang pakar karawitan bali mengklasifikasikan perkembangan gamelan Bali menjadi tiga kelompok, yaitu: 1) kelompok gamelan tua, yaitu gamelan yang diperkirakan sudah berkembang dengan baik sebelum abad X Masehi, 2) kelompok gamelan madya, yaitu gamelan yang diperkirakan berkembang sesudah abad X Masehi, dan 3) kelompok gamelan baru, yaitu gamelan yang diperkirakan berkembang sejak awal abad XX Masehi (Aryasa,1976/1977:36-37).

            Gamelan Baleganjur merupakan salah satu gamelan Bali yang digolongkan ke dalam kelompok gamelan madya dan diperkirakan berkembang setelah abad ke-10 (Yudarta, 1994:10). Gamelan ini merupakan sebuah bentuk musik prosesi lepas (tanpa trampa). Dalam dekade terakhir ini, perkembangan gamelan Baleganjur dapat dikatakan mengalami masa kejayaannya. Terbukti dari semarak dan populernya musik Baleganjur di kalangan masyarakat Bali terutama di kalangan generasi muda. Barungan yang memiliki instrumentasi yang cukup simple ini memiliki karakter yang keras, berat, dinamis dan mendebarkan, sehingga sangat tepat dipakai sebagai musik penyemangat, apalagi dimainkan oleh generasi muda yang memiliki karakter sesuai dengan karakter yang dimiliki oleh gamelan ini.

            Kendati gamelan Baleganjur secara umum sudah diketahui oleh masyarakat, namun

Pertanyaan tentang devinisi Baleganjur itu sendiri juga tidak jarang dilontarkan oleh

masyarakat ketika mengapresiasi gamelan ini. Khusus kata Baleganjur jika ditinjau dari aspek etimologisnya, kata ini terbentuk dari penggabungan dua suku kata yaitu bala dan ganjur. Bala mempunyai pengertian sekelompok orang, pasukan atau tentara, sedangkan ganjur menurut kamus bahasa kawi II mempunyai pengertian tombak yaitu sejenis senjata tajam dengan tangkai yang panjang. Bila kedua suku kata tersebut digabungkan akan punyai arti sebagai kelompok orang, pasukan atau tentara yang membawa tombak. Penggabungan kata tersebut yaitu kata bala dan ganjur menjadi Balaganjur pada praktiknya dalam kebiasaan orang Bali ada yang menyebutnya Kalaganjur, Galeganjur, Baleganjur, dan ada juga yang mempercepatnya dengan menyebut Bleganjur. Namun maksud dari yang diungkapkan semuanya itu adalah sama.

Baleganjur merupakan suatu barungan gamelan yang sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Darmasaba. Hal ini bisa dibuktikan dari seluruh banjar yang ada didesa Tegal Darmasaba memiliki barungan gamelan baleganjur pada umumnya. Dalam sebuah perkembangan seni karawitan munculah barungan gamelan baleganjur baru yang disebut dengan Baleganjur Semarandana. Dilihat dari instrumen-instrumen yang digunakan sebenarnya Baleganjur Semarandana itu sama saja halnya seperti baleganjur pada umumnya yang berlaras pelog. Hanya saja yang membedakannya, di Baleganjur Semarandana adanya penambahan nada-nada tertentu dimana nada itu sering disebut nada pemero.

Baleganjur Semarandana Di Desa Darmasaba, Abiansemal, Badung.

Awal mula keberadaan baleganjur semarandana di desa adat tegal, di awali dengan kreatifitas sekaa. Seorang akademisi Isi Denpasar ( I Wayan Mulyadi ) menggarap sebuah tabuh kreasi baleganjur yang pada saat itu di fungsikan dalam sebuah upacara prosesi Ngunya petapakan (sesuunan) keliling desa adat Tegal Darmasaba pada saat Karya Ngenteg Linggih ring Pura Entegana, Tegal Darmasaba. Instrumen Baleganjur Semarandana digarap untuk memunculkan suasana/warna baru dalam barungan baleganjur, dikarenakan barungan gamelan tersebut belum pernah dimainkan sebelumnya didesa Darmasaba khususnya. Setelah pertama munculnya itu di Banjar Gulingan, maka mulailah banjar-banjar yang ada didesa adat Tegal Darmasaba mengikuti untuk membuat Baleganjur Semarandana sebagai Baleganjur yang digunakan untuk prosesi Dewa Yadnya, Pitra Yadnya, dan Buta Yadnya. Sampai saat ini Baleganjur Semarandana masih sering digunakan oleh sekaa yang ada dibanjar-banjar dalam lingkungan desa adat Tegal Darmasaba.Tahun kemunculannya barungan gamelan baleganjur semarandana ke Desa Adat Tegal Daramasaba pada tahun 2007. Sekaa yang pertama kali memainkan baleganjur semarandana iyalah Sekaa Gong Mekar Alit Banjar Gulingan desa adat Tegal Darmasaba.

Instrumen Dalam Barungan Baleganjur Semarandana (biasa).

–          1 pasang kendang lanang dan wadon

–          8 pasang ceng-ceng kopyak

–          1 perangkat reong yang terdiri atas 10 nada

–          8 buah suling yang terdiri dari 2 suling kecil dan 6 suling besar

–          1 kajar atau tawe-tawe

–          1 kempli

–          1 pasang gong lanang dan wadon

–          1 buah kempur

–          1 buah bende

Baleganjur semarandana selain dipakai memainkan baleganjur biasa (menggunakan seperti perangkat instrumen diatas), bisanya juga digunakan untuk memainkan tabuh bebarongan. Hanya saja pada Baleganjur Semarandana Bebarongan lebih sedikit menggunakan Instrumen di bandingkang dngang Baleganjur Semarandana biasa.

   Instrumen Dalam Barungan Baleganjur Semarandana (bebarongan)

–          1 kendang

–          8 ceng-ceng kopyak

–          1 perangkat reong yang terdiri atas 10 nada

–          5 buah suling yang terdiri dari 1 suling kecil dan 4 suling besar

–          1 tawe-tawe

–          1 gong lanang

–          1 kemong

Filed under: Tak Berkategori

Comments are closed.