Biografi Seniman

Januari 25th, 2013

 

“I Wayan Darmawan

Salah satu seniman yang ada di daerah tempat tinggal saya bernama I wayan Darmawan. Beliau lahir di Denpasar, pada tanggal 1 Januari 1968. Alamat beliau di Jalan Hayam Wuruk Gang IV No.1, Banjar Kelandis, Desa Sumerta Kauh. Seniman Alam asli Banjar Kelandis ini pernah mengenyam pendidikan di SD 6 Sumerta yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk pada tahun 1972, SMP PGRI 3 pada tahun 1978 yang beralamat di Jalan Jepun , dan pendidikan beliau terakhir di SMA 1 Denpasar pada tahun 1981. Beliau memilih sekolah di SMA 1 Denpasar  karena selain beliau mendapat pengetahuan tentang seni, beliau juga ingin menambah ilmu pengetahuan umum.

Dan setelah beliau lulus dari SMA1Denpasar beliau banyak melakukan kegiatan kesenian antara lain bermain instrument kendang,  sejak tahun 1976  sampai sekarang, beliau masih aktif, instrument – instrument Kendang yang beliau masih bisa mainkan hingga sekarang adalah : kendang Cedugan lanang wadon, kendang Pelegongan, kendang Pengarjan dan kendang Angklung. Beliau biasa bermain instrument – instrument kendang  karena pada waktu duduk di sekolah dasar (SD) beliau meluangkan waktunya untuk kegiatan megambel dan ngayah di pura – pura, dari hobi tersebut beliau terinspirasi dan mencari tahu atau berguru lagi kepada seniman – seniman yang sudah lebih mahir bermain kendang, contoh beliau bagaimana cara mengembangkan pukulan atau pupuh – pupuh kendang.

Di samping beliau belajar dengan seniman – seniman alam yang lebih tua atau mahir dari Nya, kemudian beliau banyak belajar dari pengalaman –  pengalaman dari lingkungan sekitar yang akhirnya beliau pun bisa bermain kendang hingga sekarang. Selain sebagai pemain kendang beliau juga biasa bermain Rindik, Suling, dan Rebab. Meskipun beliau sunguh mahir bermain kendang beliau juga menyempatkan diri mengajar megambel pada anak – anak di banjarnya sendiri atau lebih tepatnya di Banjar Kelandis, sekitar tahun 1978 sampai sekarang. Seniman Kendang ini menikah pada umur 22 tahun, tepatnya menikah pada tanggal 24 april 1995 dan telah di karuniai 2 orang anak laki – laki yang bernama IWayan Eka Darma Putra dan I Made Dwi Darma Budiawan

Seniman dengan nama panggilan Yan Nik ini selain sebagai pemain kendang, beliau juga pernah bekerja sebagai guru privat kendang di rumahnya. Ketika beliau sudah semakin terkenal, bnyak anak – anak dan remaja berguru di  rumah beliau.

Pengalaman mengajar  beliau tidak hanya itu saja namun masih banyak lagi yaitu beliau pernah mengajar megambel pada anak – anak dan ibu – ibu PKK di Banjar Kelandis untuk Parade Gong Kebyar dalam rangka Parade Gong Kebyar Se-Kota Denpasar di Puputan. Selain beliau mengajar anak – anak dan ibu – ibu PKK beliau juga mengikuti kegiatan ngayah- ngayah di pura atau di banjar tersebut.

Dari pengalaman – pengalaman tersebut, beliau juga sempat membuka privat yaitu mengajar memainkan Suling, Rebab, Gangsa, dan Kendang. Seniman asli Banjar Kelandis ini sempat megambel hingga keluar pulau Bali yaitu ke Solo pada saat acara pertukaran budaya dan beliau juga sempat mengajar megambel di Surakarta dan  ngayah di pura – pura yang terdapat di Surakarta selama 6 bulan.

Pekerjaan saat ini yang masih terus digeluti oleh seniman yang bernama I Wayan Darmawan yaitu sebagai guru privat Kendang.

BIOGRAFI I WAYAN DARMAWAN

November 8th, 2012

“I Wayan Darmawan

Salah satu seniman yang ada di daerah tempat tinggal saya bernama I wayan Darmawan. Beliau lahir di Denpasar, pada tanggal 1 Januari 1968. Alamat beliau di Jalan Hayam Wuruk Gang IV No.1, Banjar Kelandis, Desa Sumerta Kauh. Seniman Alam asli Banjar Kelandis ini pernah mengenyam pendidikan di SD 6 Sumerta yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk pada tahun 1972, SMP PGRI 3 pada tahun 1978 yang beralamat di Jalan Jepun , dan pendidikan beliau terakhir di SMA 1 Denpasar pada tahun 1981. Beliau memilih sekolah di SMA 1 Denpasar  karena selain beliau mendapat pengetahuan tentang seni, beliau juga ingin menambah ilmu pengetahuan umum.

Dan setelah beliau lulus dari SMA1Denpasar beliau banyak melakukan kegiatan kesenian antara lain bermain instrument kendang,  sejak tahun 1976  sampai sekarang, beliau masih aktif, instrument – instrument Kendang yang beliau masih bisa mainkan hingga sekarang adalah : kendang Cedugan lanang wadon, kendang Pelegongan, kendang Pengarjan dan kendang Angklung. Beliau biasa bermain instrument – instrument kendang  karena pada waktu duduk di sekolah dasar (SD) beliau meluangkan waktunya untuk kegiatan megambel dan ngayah di pura – pura, dari hobi tersebut beliau terinspirasi dan mencari tahu atau berguru lagi kepada seniman – seniman yang sudah lebih mahir bermain kendang, contoh beliau bagaimana cara mengembangkan pukulan atau pupuh – pupuh kendang.

Di samping beliau belajar dengan seniman – seniman alam yang lebih tua atau mahir dari Nya, kemudian beliau banyak belajar dari pengalaman –  pengalaman dari lingkungan sekitar yang akhirnya beliau pun bisa bermain kendang hingga sekarang. Selain sebagai pemain kendang beliau juga biasa bermain Rindik, Suling, dan Rebab. Meskipun beliau sunguh mahir bermain kendang beliau juga menyempatkan diri mengajar megambel pada anak – anak di banjarnya sendiri atau lebih tepatnya di Banjar Kelandis, sekitar tahun 1978 sampai sekarang. Seniman Kendang ini menikah pada umur 22 tahun, tepatnya menikah pada tanggal 24 april 1995 dan telah di karuniai 2 orang anak laki – laki yang bernama IWayan Eka Darma Putra dan I Made Dwi Darma Budiawan

Seniman dengan nama panggilan Yan Nik ini selain sebagai pemain kendang, beliau juga pernah bekerja sebagai guru privat kendang di rumahnya. Ketika beliau sudah semakin terkenal, bnyak anak – anak dan remaja berguru di  rumah beliau.

Pengalaman mengajar  beliau tidak hanya itu saja namun masih banyak lagi yaitu beliau pernah mengajar megambel pada anak – anak dan ibu – ibu PKK di Banjar Kelandis untuk Parade Gong Kebyar dalam rangka Parade Gong Kebyar Se-Kota Denpasar di Puputan. Selain beliau mengajar anak – anak dan ibu – ibu PKK beliau juga mengikuti kegiatan ngayah- ngayah di pura atau di banjar tersebut.

Dari pengalaman – pengalaman tersebut, beliau juga sempat membuka privat yaitu mengajar memainkan Suling, Rebab, Gangsa, dan Kendang. Seniman asli Banjar Kelandis ini sempat megambel hingga keluar pulau Bali yaitu ke Solo pada saat acara pertukaran budaya dan beliau juga sempat mengajar megambel di Surakarta dan  ngayah di pura – pura yang terdapat di Surakarta selama 6 bulan.

Pekerjaan saat ini yang masih terus digeluti oleh seniman yang bernama I Wayan Darmawan yaitu sebagai guru privat Kendang.

Sejarah Gamelan Gong Kebyar Di Desa Adat Sumerta Kauh

Oktober 23rd, 2012

Sejarah Gamelan Gong Kebyar Di Desa Adat Sumerta Kauh

Pada tahun 1944 barawal dari gambelan “Gangsa Jongkok” yang biasanya digunakan mengiringi tari Pelegongan untuk dipersembahkan oleh raja – raja dulu. Pada tahun 1957 kemudian berkembang membeli gambelan Gong Kebyar besi. Mengingat semangat sekaa gong itu untuk dilatih, pada tahun 1960 maka selanjutnya berusaha membeli gamelan Gong Kebyar yang terbuat dari kerawang,mula-mula hanya “Gangsa Jongkok” .

Pada tahun 1978 terdorong akan keinginan mengikuti perkembangan saat itu yang sangat populer dengan adanya Gamelan Gong Kebyar maka berusaha untuk dapat memiliki Gong Kebyar lengkap, untuk melanjutkan pembinaan pengembangan seni tari dan tabuh dengan mengadakan pementasan di luar Dese Sumerta kauh dan di  lingkungan masyarakat. Pada tahun 1980 sampai dengan 1986 mengikuti perkembangan kepariwisataan di Bali dengan tujuan wisata masuk desa, maka mulai mengadakan pementasan di tempat yaitu di jaba Pura Desa Sumerta Kauh dan di jaba Pura Perajurit dengan materi pragmen tari Ramayana dan tari tari pelegongan.

Pada tahun 1996 mendapat kesempatan pementasan ke Singapura,Malaysia,dan Hongkong dengan rombongan kecil sebanyak 20 orang selama seminggu, atas kerja sama dengan para seniman seniman alam dari desa sumerta kauh yang sudah melalang buana, pementasan ini di lakukan di 3 negara di Singapura yaitu City Art Museum, Malaysia Art Museum, dan Hongkong Art Museum . Hingga sampai saat ini sekaa Gong Kebyar masih tetap eksis untuk memenuhi kegiatan adat dan agama serta terus mengadakan pembinaan pengkaderan secara berjenjang. Selain gong kebyar di pakai untuk memenuhi kegiatan piodalan di pura – pura yang berada di sekitar wilayah Dese Adat Sumerta Kauh yaitu di Pura Perajurit, Pura tangkas, Pura Manik Aji,  dan Pura Pasian, setiap 3 tahun sekali gamelan Gong Kebyar di Dese Sumerta Kauh digunakan untuk acara pementasan penyalonarangan di Pura Dalem Tungkub yang jatuhnya pada rahinan nemoning tilem kapat.

Instrumen Yang Ada Dalam Gong Gebyar Desa Adat Sumerta Kauh

Yang terdiri dari:

§Dua buah (tungguh) pengugal/giying
§Empat buah (tungguh) pemade/gansa
§Empat buah (tungguh) kantilan
§Dua buah (tungguh) jublag
§Dua buah (tungguh) Penyacah
§Dua buah (tungguh) jegoggan
§Satu buah (tungguh) reong/riyong
§Satu buah (tungguh) terompong
§Satu pasang gong lanang wadon
§Satu buah kempur
§Satu buah kemong gantung
§Satu buah bebende
§Satu buah kempli
§Satu buah (pangkon) ceng-ceng ricik
§Satu pasang kendang lanang wadon
§Satu buah kajar

Komentar Video ujian Tugas Akhir ISI Denpasar 2010 “Melodi Simbal”

Mei 22nd, 2012

 

Video ujian Tugas Akhir ISI Denpasar 2010 

” Melodi Simbal “

    Simbal adalah suatu alat musik yang fungsinya untuk memberikan  aksen-aksen atau tekanan perubahan dalam musik serta menandai bagian – bagian  yang berbeda dari sebuah lagu. Simbal merupakan instrumen yang dikatagorikan sebagai alat musik yang ritmis dan keras. Terinspirasi dari instrumen reong, penata mencoba untuk membuat suatu garapan musik kontemporer dengan cara mentransfer pola – pola pukulan atau cara memainkan instrumen reong ke dalam instrumen ceng – ceng atau simbal yang diberi judul  “ Melodi Simbal “

Adapun aspek – aspek yang mendukung pementasan garapan Melodi Simbal ini yaitu apek Lighting dan aspek Sound System.

1. Lighting

Melihat dari lighting dalam dalam pementasan garapan ini  Pencahayaan samping kiri,  kanan dan bagian belakang sangat redup. Sehingga kuramg begitu jelas di lihat dan efek- efek cahayanya kurang.

2. Sound Sytem                                                

Melihat dari sound system dalam pementasan garapan ini suara gong kurang terdengar jelas, suara ceng- ceng pada saat menggunakan teknik pemukulan di lantai kurang begitu jelas terdengar Dan suara kendang kekrumpungan kurang begitu jelas terdengar

GAMBELAN GONG KEBYAR

Mei 1st, 2012

Perangkat atau barungan Gong Kebyar diperkirakan lahir tahun 1915 di Desa Bungkulan Kabupaten Buleleng hal ini berdasarkan hasil informasi dari para seniman dan Empu Karawitan Bali. Namun sampai saat ini pernyataan ini baru bersifat asumsi atau dugaan sementara, karena belum dilandasi dengan data-data yang pasti. Istilah kebyar digunakan untuk menyebut nama perangkat/barunan gambelan ini, kemungkinan karena adanya kesan dari hasil tabuhannya yang serentak, bunyinya yang keras diibaratkan seperti lampu yang dinyalakan dengan terang.
Gong Kebyar merupakan salah satu bentuk gambelan Bali yang menggunakan laras pelog lima nada (panca nada) dengan tahun kelahiran yang sama yaitu pada tahun 1915. Salah satu sebab munculnya gambelan ini yaitu adanya kebanggaan untuk “berkompetisi” dari masyrakat khususnya seniman Bali. Sejak pemunculannya gong kebyar telah mampu merebut hati masyarakat karena gambelan ini merupakan salah satu media yang dipergunakan oleh para seniman untuk mengungkapkan ekspresi estetiknya baik yang masih mengacu pada tradisi maupun yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu yang baru.
Gong kebyar ini pada mulanya berasal dari barungan gong gede yang terdiri dari lima bilah, namun sesuai dengan perkembangannya gong gede ini telah mengalami perubahan bentuk menjadi Gong Kebyar namun gending-gending tersebut tidak berubah ciri khasnya bila diperdengarkan dengan menggunakan gambelan Gong Kebyar. Suasana yadnya yang agung dan megah tetap terasa dan membawa orang akan terbayang dengan kedamaian.
Gong kebyar ditabuh untuk pertama kalinya menyebabkan terjadinya kekagetan yang luar biasa. Masyarakat menjadi tercengang dan ternak sapi yang sedang diikatkan di ladang dan di kandangnya terlepas dan lari tunggang langgang.
Kebyar adalah tabuhan bersama dan serentak yang diikuti oleh hampir semua tungguhan pada perangkatnya kecuali tungguhan suling, kajar, rebab, kempul, bebende kemong, kajar dan terompong. Bentuk kebyar merupakan salah satu bagian dari satu kesatuan gending yang letaknya bisa di depan, di tengah atau di bagian akhir. Jenis tabuhan kebyar ini sering digunakan pada iringan tarian maupun tabuh petegak (instrumental). Karena itu kebyar memiliki nuansa yang sangat dinamis, keras dengan satu harapan bahwa dengan kebyar tersebut mampu membangkitkan semangat.

Struktur Gong Kebyar
Gong Kebyar merupakan salah satu perangkat/barungan gambelan Bali yang terdiri dari lima nada ( panca nada ) dengan laras pelog, tetapi tiap-tiap instrument terdiri sepuluh bilah. Gong Kebyar bagi masyarakat Bali sudah tidak asing lagi, karena hampir seluruh desa maupun banjar yang ada di Bali memiliki satu perangkat/ barungan Gong Kebyar. Oleh karenanya gong kebyar menjadi satu barungan gambelan tergolong baru jika dibandingkan dengan jenis-jenis gambelan yang ada saat ini seperti misalnya, gambelan Gambang, Gong Gde, Slonding, Semara Pegulingan dan masih banyak yang lainnya.
Barungan gong kebyar terdiri dari :
– Dua buah (tungguh) pengugal/giying
– Empat buah (tungguh) pemade/gansa
– Empat buah (tungguh) kantilan
– Dua buah (tungguh) jublag
– Dua buah (tungguh) Penyacah
– Dua buah (tungguh) jegoggan
– Satu buah (tungguh) reong/riyong
– Satu buah (tungguh) terompong
– Satu pasang gong lanang wadon
– Satu buah kempur
– Satu buah kemong gantung
– Satu buah bebende
– Satu buah kempli
– Satu buah (pangkon) ceng-ceng ricik
– Satu pasang kendang lanang wadon
– Satu buah kajar

Di Bali ada dua macam bentuk perangkat dan gaya utama gambelan gong kebyar yaitu gambelan gong kebyar Bali Utara dan gambelan gong kebyar Bali Selatan. Kedua gambelan gong kebyar ini perbedaannya terletak pada :
a. Tungguhan gangsa, Bali Utara bentuk bilah penjain dan dipacek sedangkan Bali Selatan menggunakan bentuk bilah kalorusuk dan digantung.
b. Gambelan Bali Utara kedengarannya lebih besar dari suara gambelan Bali Selatan, meskipun dalam patutan yang sama.
Dalam perkembangannya gong kebyar munculah istilah gaya Bali Utara dan gaya Bali Selatan, meskipun batasan istilah ini juga masih belum jelas. Sebagai gambaran daerah atau kabupaten yang termasuk daerah Bali Utara hanyalah Kabupaten Buleleng. Sedangkan Kabupaten Badung, Tabanan, dan lain mengambil gaya Bali Selatan. Disamping itu penggunaan tungguhan gong kebyar di masing-masing daerah sebelumnya memang selalu berbeda karena disesuaikan dengan kebutuhan maupun fungsinya.

Fungsi Gong Kebyar
Sebagaimana kita ketahui lewat literatur dan rekaman telah tampak bahwa Gong Kebyar itu telah berfungsi sebagai pembaharu dan pelanjut tradisi. Sebagai pembaharu maksudnya adalah lewat gong kebyar para seniman kita telah berhasil menciptakan gending-geding baru yang lepas dari tradisi yang sudah ada. Sedangkan sebagai pelanjut tradisi maksudnya adalah gong kebyar telah mampu mempertahankan eksistensi reporter gambelan lainnya melalui transformasi dan adaptasi.
Seperti apa yang telah diuraikan di atas bahwa gong kebyar memiliki fungsi untuk mengiringi tari kekebyaran. Namun sesuai dengan perkembangannya bahwa gong kebyar memiliki fungsi yang sangat banyak. Hal ini dikarenakan gong kebyar memiliki keunikan yang tersendiri, sehingga ia mampu berfungsi untuk mengiringi berbagai bentuk tarian maupun gending-gending lelambatan, palegongan maupun jenis gending yang lainnya.
Disamping itu Gong Kebyar juga bisa dipergunakan sebagai salah satu penunjang pelaksanaan upacara agama seperti misalnya mengiringi tari sakral, maupun jenis tarian wali dan balih-balihan. Karena gong kebyar memiliki multi fungsi maka gong kebyar menjadi sumber inspirasi karya baru. Dengan demikian Gong Kebyar telah berfungsi sebagai pembaharu dan pelanjut tradisi.
Sebagai pembaharu maksudnya adalah lewat Gong Kebyar para seniman kita telah berhasil menciptakan gending-gending baru yang lepas dari tradisi yang sudah ada.
Sedangkan sebagai pelanjut tradisi Gong Kebyar telah mampu mempertahankan eksistensi reporter gambelan lainnya melalui transformasi dan adaptasi. Misalnya dalam gending gong kebyar kita mengenai istilah gegambelan, gender wayang dan gong luang