Memperkenalkan Gending Tabuh Telu (Gajah Nongklang Khas Gong Gede “Duwe” Batur)

Gending Tabuh Telu Gajah Nongklang Khas Gong Gede Batur

Di Pura Batur kepercayaan terhadap setiap (pararem) atau tradisi masih tetap dilaksanakan dengan baik dan erat kaitanya dengan ritual yang harus di teruskan dari leluhur. Seperti halnya keberadaan barungan Gamelan Gong Gede yang sampai saat ini disakralkan dan tetap harus dimainkan dan diupacarai dengan suatu prosesi besar (Banten) di setiap sebelum Barungan Gamelan Gong Gede ini dimainkan dan Cuma di perbolehkan pada setiap odalan nemu purnama kadasa yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Orang-orang yang memainkan Barungan Gamelan Gong Duwe yang ada di Pura Batur tidak di perbolehkan bagi sembarang orang yang memainkanya, menurut sumber informan yang memberikan sedikit penjelasan, bahwa orang yang di perbolehkan memainkan Gong Duwe ini ialah orang yang sudah menikah atau berkeluarga dan sudah diupacarai sebelumnya. Tempekan Jero Gambel adalah sebutan untuk orang-orang yang memainkan Barungan Gamelan Gong Gede yang terdapat di Pura Batur dan secara umum Tempekan Jero Gambel bisa diartikan sebagai Sekhe Tabuh. Dalam Tempekan Jero Gambel memiliki anggota sekitar 300 sampai 400 orang yang di koordinir beberapa Kelihan Tempek.
Pada pembahasan ini, Tabuh Telu yang akan diulas berjudul atau diberi julukan Tabuh Telu Gajah Nongklang. Tabuh Telu ini berasal dari Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli atau lebih tepatnya di Pura Batur. Berdasarkan informasi yang didapat dari beberapa Narasumber, Gending Tabuh Telu Gajah Nongklang yang khas dari desa Batur ini pada awalnya merupakan suatu gending dari barungan Gamelan Gong Kebyar yang ditransfermasi ke dalam media Gamelan Gong Gede. Dahulunya Tabuh ini adalah bagian pengecet dari suatu tabuh petegak di dalam barungan Gamelan Gong Kebyar, dan seiring berjalanya waktu setelah di adopsi ke dalam barungan Gamelan Gong Gede, Tabuh ini beralih konsep menjadi Tabuh Lelambatan yang sampai saat ini diberi julukan atau dikenal dengan nama Tabuh Telu Gajah Nongklang. Judul atau julukan Gajah Nongklang secara umum memang tergolong lumrah di kalangan masyarakat luas, dan mungkin akan beranggapan bahwa Tabuh Telu Gajah Nongklang ini sama seperti Tabuh Gajah Nongklang secara umum. Namun justru kekhasan dari Gending Tabuh Telu ini terletak pada judul atau julukan yang diberikan. Selain Tabuh Telu Gajah Nongklang, di Desa Batur tepatnya di Pura Batur juga memiliki beberapa Tabuh Telu, Tabuh Pat, Tabuh Pisan dan yang lainya dan memiliki urutan tersendiri sesuai dengan peraturan yang harus di patuhi (pararem) serta tradisi yang sudah dilaksanakan dan diwarisi sedari dulunya. Selain makna yang terkadung dalam penyebutan Nama atau julukan yang di berikan ada pula makna dari setiap alunan pola permainan yang terdapat pada Gending Tabuh Telu ini seperti halnya judul atau julukan yang diberikan, dikarenakan pola permainanya yang tidak terduga (susah diprediksi). Tabuh Telu Gajah Nongklang yang terdapat di Desa Batur tergolong Tabuh Telu yang berdiri sendiri (tunggal), hanya memiliki kawitan seperti awalan atau sebagai peralihan (penyalit) sebagai peralihan menuju ke bagian pengawak, dan pengawaknyapun cenderung dimainkan secara berulang-ulang dari permulaan sampai berakhir dan tidak ada pergantian melodi. Ada beberapa Gending yang wajib di mainkan dan memiliki urutanya masing-masing, seperti Gending Tabuh Telu Mare Bangun yang harus dimainkan ketika masyarakat atau pengayah yang melaksanakan (pakemitan) atau yang bermalam di Pura Batur, bangun dari tidur dalam pelaksanaan pakemitan. Setelah Gending Mare Bangun selesai di lantunkan, selanjutnya kepercayaan masyarakat harus melantunkan Gending Tabuh Telu Das Lemah yang memiliki arti sebelum matahari terbit dan dilanjutkan dengan Tabuh Galang Kangin yang menunjukan bahwa Matahari mulai terbit dari arah Timur. Begitupula Gending-gending yang lainya, memiliki keunikanya masing-masing baik dari fungsi ataupun makna yang terkandung di dalam setiap lantunan gendingnya.

  1. Konsep Gending Petegak
    Gending Gajah Nongklang khas Desa Batur, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli memiliki konsep yaitu Gending Lelambatan Tabuh Telu yang sifatnya bediri sendiri atau biasanya disebut tunggal. Secara umum Tabuh Telu yang berdiri sendiri ialah struktur gending yang terdiri dari gegineman yang bersifat improvisasi, kawitan dan pengawak saja, kawitannya berupa sebuah awalan seperti peralihan (penyalit) yang sifatnya sebagai pengantar ke bagian pengawak. Dan pada bagian pengawak di mainkan secara berulang-ulang (berputar) dari permulaan sampai berakhir dan tidak pernah berganti melodi. Pada Gending Lelambatan Tabuh Telu Gajah Nongklang khas Desa Batur, suasana Keagungan diimplementasikan dan di sampaikan dilihat dari Barungan Gamelan Gong Gede Gong Duwe yang di sakralkan dan disucikan menurut kepercayaan masyarakat di daerah Batur, yang bermakna mewakili bentuk barungan yang Besar dan tergolong Banyak kedalam sebuah Gending Petegak Lelambatan Tabuh Telu. Konsep Gending Lelambatan di ibaratkan seperti seekor Gajah yang Besar dan cenderung Lambat di setiap pergerakanya, dapat diungkapkan dari setiap teknik pola permainan pada setiap Tungguhan atau Instrumenya. Kata Nongklang merupakan sebuah istilah masyarakat yaitu (Nyongklang) yang memiliki arti tidak beraturan yang diungkapkan melalui dari pola permainan yang tidak beraturan namun tetap mengikuti alur lagus dan tidak pernah lepas dari tempo permainan. Ritme permainan melodinya sepintas seperti sulit untuk diprediksi dan terus berulang-ulang tanpa melepas satu kesatuan lantunan gendingnya.
  2. Analisis Gending

Dalam Gending Tabuh Telu Gajah Nongklang khas Batur ini memiliki Tiga struktur dan dapat dikatakan Tabuh Telu yang berdiri sendiri dikarenakan Tabuh Telu ini hanya memakai Gegineman, Kawitan dan Pengawak. Gegineman hanyalah sebagai sedikit hiasan yang bersifat improvisasi pemain Terompong semata. Memiliki kawitan berupa sebuah awalan dari Instrumen Terompong disertai dua kali pukulan Kempli dan dua kali pukulan kempur secara bergantian yang memberi kesan unik ibarat hanya sekedar bagian peralihan (penyalit) yang sifatnya sebagai pengantar ke bagian pengawak) . Pada bagian pengawak merupakan bagian inti dari sebuah pengumpamaan Nongklang yang berarti (nyengklang ) sulit untuk di prediksi dalam setiap ritme permainan dari satu melodi ke melodi yang lain atau biasa disebut juga dengan perpindahan antar melodi. Gending Lelambatan di ibaratkan seperti seekor Gajah yang Besar dan cenderung Lambat di setiap pergerakanya, dapat diungkapkan dari setiap teknik pola permainan pada setiap Tungguhan atau Instrumenya. Seperti Tungguhan Nyong-nyong Ageng atau di Desa Batur memiliki sebutan Jublag menggunakan pola permainan “Kaklenyongan” sama seperti permainan jublag pada umumnya atau Dua kali dalam Satu pukulan Jegogan, dan di Pura Batur juga memiliki Instrumen Gangsa Gantung dalam barungan Gamelan Gong gede Duwe yang pola permainan yang digunakan sama seperti permainan Jublag (Nyong-nyong Ageng). Fungsi kendang dalam Tabuh Telu Gajah Nongklang kas Desa Batur ini sebagai pengatur keras lembutnya gending dan istilah teknik pola permainanya disebut Pola Cedugan. Keunikan dari Tabuh Telu Gajah Nongklang terletak pada julukan atau namanya yang sama seperti Tabuh Telu Gajah Nongklang secara umum. Kekeliruan pasti ada disetiap pola pikir masyarakat yang tidak tahu ke khasan, isian, struktur maupun makna yang terkandung disetiap pemberian julukanya yang beranggapan sama seperti tabuh Telu Gajah Nongklang secara umum.