PERKEMBANGAN TABUH KREASI KEKEBYARAN

Secara umum tabuh kreasi kekebyaran bisa didefinisikan sebagai tabuh garapan baru yang menggunakan media ungkap gamelan Gong Kebyar. Yang merupakan salah satu barungan gamelan Bali yang dewasa ini paling popular. Gong Kebyar tidak hanya teramati dari banyaknya barungan gamelan ini di Bali, tetapi juga dengan munculnya lagu-lagu atau komposisi-komposisi baru serta banyak mengadopsi nuansa-nuansa music lain yang kemudian diolah untuk disesuaikan dengan nafas kebyar.

Berdasarkan beberapa hal yang telah digambarkan di atas, penulis ingin mencoba mengulas jauh fenomena tabuh kreasi kekebyaran dewasa ini. Ulasan ini sedikit banyak akan dipengaruhi oleh pengalaman pribadi penulis buku ini sebagai seorang composer, dan hasil pengamatan penulis terhadap karya-karya tabuh kreasi kekebyaran sejak beberapa tahun terakhir ini.

 

  1. Pengembangan Ide

Kalau diamati, pemunculan tabuh-tabuh kreasi kekebyaran, sejauh ini masih sangat bergantung kepada kegiatan Festival Gong Kebyar (FGK) yang merupakan bagian peristiwa tahunan PKB. FKG yang merupakan bagian dari acara lomba PKB biasanya diikat oleh suatu tema tertentu dan juga oleh kreteria khusus yang harus diikuti oleh setiap peserta festival. Tabuh kreasi baru yang merupakan salah satu materi pokok festival harus mengacu kepada kreteria yang ada disamping harus menyentuh tema sentral PKB yang berubah-ubah setiap tahunnya.

Sesuai tema sentral yang diusung PKB, ide setiap garapan yang ditampilkan di forum ini diharapkan  bias mendukung tema yang ada. Patut disadari bahwa di satu sisi hal ini bisa mempersempit ruang komposer walaupun disatu sisi hal ini justru dapat di anggap sebagai suatu tantangan yang harus mampu dijawab oleh setiap komposer. Menurut pengalaman penulis buku ini, seorang komposer hendaknya jangan terburu-buru menyerah terhadap pembatasan kreteria yang diberikan panitia karena pembatasan tersebut belum tentu berarti mempersempit ruang gerak melainkan justru memberikan arah yang jelas untuk menuju suatu tujuan.

Sebagai contoh adalah ketika penulis buku ini menciptakan tabuh kreasi berjudul Lekesan pada tahun 2001, sebuah tabuh yang bertemakan persatuan yang ditampilkan oleh Sekaa Gong Sida Nada Mredangga, Desa Sidakarya, Denpasar Selatan, sebagai Duta Kota Denpasar. Karya ini kebetulan mendapat kategori terbaik dalam FKG se Bali pada tahun itu, dan ketika ditampilkan kembali pada tahun 2004. Ide garapan ini tetap sebuah kreasi tabuh yang menggunakan gamelan Gong Kebyar sebagai ansembel utama, sebagaimana yang disyaratkan, namun di sana sini penulis tambahkan beberapa instrumen perkusi lainnya seperti 4 buah rebana, 2 buah tamburin, 4 buah kendang angklung, yang dimainkan oleh semua pemain gangsa, dan juga 10 buah suling. Diangkatnya alat rebana yang bernuansa budaya muslim pada tabuh kreasi ini tidak lepas dari sebuah upaya untuk mengusung tema “persatuan” yang mana daerah Desa Sidakarya bersempadanan dengan kawasan Suwung Batan Kendal sebagai wilayah etnik muslim dengan kesenian rodatnya yang khas yang masih ada kaitan budayanya dengan Puri Pemecutan Denpasar.

 

  1. Pengembangan Tehnik dan Penambahan Instrumen

Kita semua mengetahui tehnik permainan dan jenis-jenis instrumen yang terdapat dalam barungan gong kebyar. Untuk mendapatkan nuansa baru, seorang komposer sering melakukan pengembangan tehnik pukulan dan tutupan. Tehnik meniup suling Bali yang lazim adalah “ngunjar angkihan” (circular breathing). Akhir-akhir ini suling juga dimainkan dengan tehnik seperti meniup terompet. Halini dilakukan untuk memperoleh suasana baru untuk mendukung ide atau tema dari garapan tersebut.

 

  1. Pengembangan Penampilan dan Setting Instrumen

Dewasa ini penampilan penabuh gong kebyar, khusunya dalam kkonteks FKG sudah mengalami perkembangan yang luar biasa. Mode penampilan penabuh dari juara FKG tahun sebelumnya biasanya dijadikan acuan oleh penabuh yang tampil dalam FKG di tahun berikutnya. Bahkan selain itu, gaya yang ditampilkan penabuh FKG di tahun sebelumnya juga termasuk ke dalamnya. Untuk lebih mendukungnya lagi, kini penempatan gamelan juga sudah semakin ditata. Sejak tahun belakangan ini sudah mulai digunakan trap atau level yang berundag-undag. Mode penampilan seperti itu juga mempengaruhi tata busana dan rias para penabuh. Akibatnya FKG sudah mulai menggunakan make up dan tata busana yang mewah sehingga menimbulkan kesan glamor.

 

 

  1. Pengembangan Unsur-Unsur Musikal

Di dalam menggarap sebuah tabuh kreasi baru gong kebyar, para komposer benar-benar diberikan kebebasan berkreativitas berdasarkan selera dan rasa indahnya masing-masing. Sesuai dengan tuntutan sebuah karya kreasi baru, yakni suatu proses kreatif yang menuntut pembaharuan, para komposer berusaha menyiasati karya meraka melalui pengembangan-pengembangan idiom-idiom musik dari kelompok budaya lain yang kemudian dikemas dalam nuansa kebyar seperti memasukkan motif-motif permainan musik Barat counterpoint (independent melodies) yaitu melodi bebas. Seperti contoh sebuah karya tabuh kreasi baru yakni “Gelar Sanga”, selain itu ada juga dalam tabuh kreasi kekebyaran “Caru Wara” karya Dewa Alit.

Melodi sebagai salah satu kekuatan (power) karawitan Bali talah mengalami perkembangan. Dimana sebelumnya hanya ada hitungan genap, namun dewasa ini sudah mulai berkembang permainan melodi berhitungan ganjil. Bagitu pula unsur-unsur yang lain seperti tempo dan dinamika diberi nafas lain, dibarengi dengan gaya dan penampilan yang serasi sehingga sajian karya tersebut betul-betul menjadi lebih berjiwa. Ada pula pola pengalihan atau transisi yang mungkin dianggap kurang penting, nyatanya sengat memberi kejutan dengan cara melakukan transisi sepi (silent) untuk memunculkan sesuatu yang mudah diduga dan ditebak. Menurut hemat sang penulis, hal ini merupakan suatu cara yang jitu untuk memberikan warna khusus terhadap sebuah karya komposisi karawitan.