Bayuh oton merupakan tradisi yang ada di bali dimana tradisi ini diyakini untuk menyelamatkan umat manusia dari akibat keburukan hari lahir dan unsur karma phala yang buruk. Bayuh adalah kata yang sejenis dengan dayuh yang artinya menyejukkan. Artinya bayuh dapat menyejukkan sifat manusia yang dulunya keras, panas, akan menjadi lebih baik. Menyejukkan juga berarti menetralisir. Untuk memusnahkan sifat keras, panas tersebut, Orang bali percaya bahwa melakukan bayuh oton akan membuat sifat dari diri manusia tersebut menjadi lebih baik dari sebelumnya…
Gamelan Selonding merupakan salah satu gamelan yang termasuk kedalam gamelan golongan tua. Gamelan Selonding merupakan salah satu contoh mengenai local genius dari leluhur dan gamelan selonding masih bisa bertahan dari terpaan gelombang peradaban manusia dalam rentang waktu yang cukup lama. Dan juga pada dasarnya gamelan selonding lahir dari hasil cipta nyata dan karsa nenek moyang sebagai perwujudan dari pengalaman estetis dikala jiwa sedang mengalami kedamaian dan kesucian. Dan pada umumnya Gamelan Selonding juga alat musik yang memainkanya dengan dipukul memakai panggul. Gamelan selonding merupakan gamelan sakral yang terbuat dari besi dan awalnya hanya dapat dijumpai di Desa Tenganan Pegringsingan. Tapi kini gamelan selonding sudah dapat dijumpai hampir diseluruh wilayah bali sesuai perkembangannya…
Pantai ini terletak di Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Letaknya sangat strategis dan recomended bagi anak muda yang ingin mencari sunset pada sore hari. Pantai prerenan memiliki ikon yaitu patung gajah mina yang berdiri tinggi dan gagah di depan pantai pererenan. Dan pantai ini juga memiliki tulisan “ AUTHENTIC PERERENAN” disamping patung gajah mina. Disampin itu juga disediakan tempat nongkrong khsusunya untuk kaum anak muda yang ingin mengisi waktu weekend … stay and enjoy for weekend …
Istilah Ngerebeg berasal dari adanya upacara grebeg yang berarti suatu upacara yang besar yang berfungsi untuk menjaga keselamatan alam semesta terutama sekali demi meniaga keselamatan raja dan rakyat, agar terhindar dari segala gangguan-gangguan penyakit, hama, maupun adanya bencana alam yang mengancam ketentraman dan kesejahtraan masyarakat. Upacara ini kemudian diteruskan di Kerajaan Badung dan Kerajaan Mengwi serta sampai kini di lanjutkan di Desa Munggu Kecamatan Mengwi Kabupaten Badung (Lontar Sri Jaya Kasunu). Kata I ketut kormi Di samping sumber sumber yang dapat dianggap cukup bisa dipercaya selain lontar Sri Jaya Kasunu masih ada lagi sumber-sumber yang tidak tertulis yang diceritakan turun temurun namun dapat dipercaya dan berkembang sampai kini ialah sebagai apa yang dituturkan oleh Ida Bagus Gede Sidemen yaitu “Pada zaman dahulu kala terjadilah banjir disungai Penet. Tiba-tiba ada sebuah Palinggih yang beratap ijuk hanyut dalam keadaan berdiri dan stana dewa ini kandas di atas batu besar (Batu Jineng). Palinggih itu kemudian diambil oleh seseorang warga yang saat itu ingin mencari ikan, Setelah beberapa waktu terhadi keajaiban saat terkait munculnya palinggih tersebut, Hal ini dilaporkan kepada Ida Pedande Pemaron yang kemudian melaporkan pula masalah ini kepada Cokorda Mengwi, Setelah mendapat restu dari Cokorda Mengwi kemudian dibuatkan fundamen di ujung utara untuk palinggih tersebut dengan segala upacaranya, Pada saat itu pembongkaran fundamen itulah ditemukan sepotong besi yang kemudian besi tersebut diolah menjadi tiga buah senjata, yaitu: tombak lekuk tiga, keris, dan tamiang kulem (perisai). Setelah ketiga senjata itu dipasupatu (dijiwai) oleh Ida Pedanda, maka senjata itu katanya mempunyai kekuatan gaib. lebib-lebih lagi setelah menang perang, waktu pecahnya perang antara Kerajaan Mengwi dengan Kerajaan Blambangan. Dengan adanya peristiwa serius itulah kemudian tiga senjata itu dianggap mempunyai kekuatan gaib yang mampu memberi keselamtan kepada masyarakat Desa munggu, berdasarkan atas kepercayaan itulah setiap ada wabah atau marana mengancam keselamtan desa, maka setiap enam bulan secara rutin senjata tersebut digrebegkan/diparadekan mengelilingi desa, Di samping itu juga schagai peringatan atas kemenangan dharma melawan adharma dan merupakan hari kemenangan, Kerajaan Mengwi terhadap Kerajaan Blambangan Maka dari itu, perlu diadakannya suatu penyuluhan untuk masyarakat agar lebih memahami pentingnya melestarikan tradisi Ngerebeg agar tidak punah dan tetap lestari. Di samping itu, generasi muda sengaja dilibatkan untuk memperkenalkan dan melestarikan budaya asli desa Munggu ini (I ketut darta).