Wayang Wong Tejakula

Tradisi berkesenian orang Bali di tandai oleh cirri-ciri local yang sangat kuat. Hal itu menjadi penanda terpenting mengenai keanekaragaman kesenian pada sebuah pulau kecil, yang terletak diantara Jawa dan Lombok , di Indonesia. Teater barong Brutuk, misalnya,hanya di temukan di turunya (kab,Bangli di Bali tengah ). Music Joged telah   telah menjadi semacam mascot kesenian Jembrana, di Bali barat. Komposisi gong kebyar di kembangkan di pesisir pantai bali utara. Sampai saat ini cirri khas nya tetap di pertahankan di tengah situasi kesenian bbali kontemporer yang diam-diam mengarah kepada standarisasi monolisi – estetik tradisi festival serta formalitas-akademik-pendimonilitik/estetik tradisi festival serta formalitas – akademikpendidikan seni. Cerita-cerita rakyat juga di lokalkan sampai pada tataran desa sehingga satu cerita di kenal dalam sejumlah versi. Masih di temukan contoh lain yang dapat memperpanjang contoh-contoh di atas.

            Teater wayang wong Tejakula adalah salah satu bukti lokalitas kesenian di bali. Hal itu di buktikan oleh keadaan yang menunjukan bahwa hanya di daerah ini (di desa tejakula ) teater ini berkembang dengan caara dan tradisi lokalnya sendiri. Lokalitas teater wayang wong tejakula di tandai oleh kontruksi-kontruksi tradisi setempat (dalam tataran relijius , estetik, dan social).sehingga teater ini menjadi orientasi citra estetik dan bersamanya sejumlah kecil teater wayang wong di tejakula (secara reseptil) terreduksi. Hal itu menyebabkan penyambutan teater wayang wong (untuk kontes Bali) harus engembalikanya kepada penyertaan komunitasnya, yakni tejakula, sebagai sebuah lokalitas kesenian. read more »

Bahasa Bali Menuju Bahasa Cetak

Salah satu persoalan kebudayaan orang Bali adalah bahasa Bali. Sebagai sebuah persoalan kebudayaan, bahasa Bali,sejak kurang lebih tiga decade lalu (nasionalisme Indonesia dengan bahasa Indonesia cetaknya dan industry pariwisata dengan tawaran nilai-nilai barunya).dipahami dengan menggunakan persepektif yang berlumuran kekhawatiran, pesimisme, dan ujung dari semua itu hanyalah kepunahan bahasa Bali. Walaupun demikian, cara pancang tersebut tapaknya akan selamanya di kaitkan dengan fakta-fakta sosiolinguistik di lapangan (abrasi ranah pemakaian bahasa Bali menurunnya loyaritas pemakai basha Bali, kegagalan pengajaran bahasa Bali di sekolah-sekolah, semakin tingginya jumlah penutur pasif bahasa Bali dan lain-lain).

            Dari sisi orang Bali pemakai bahasa Bali (dan apakah orang bali masih memiliki rasa memiliki bahasa balinya ) , kekhawatiran dan pesimisme terhadap masa depan bahasa bali adalah kondisi –kondisi alami. Kebijakan atau politik bahasa tidak menjadi tanggung jawab nya. Bagi orang bali , bahasa bali hanyalah alat dalam kebudayaan mereka dan apapun yang terjadi atas bahsa itu merupakan nihilitas-nihilitas individual. Dengan pemahaman tsb, kebijakan-kebijakan masa depan bahsa bali di tangani oleh pihak-pihak terbatas. Tetapi padanya di temukan legitiminasi. Penetapan-penetapan kebijakan masa depan bahsa bali (perencanaan bahasa) bukan lah pekerjaan yang rumit , bahkan terlampau mudah . yamg sulithanyalah publikassi dan aplikasinya yang melibatkan orang bali. read more »

Ogoh-Ogoh

Jika anda liburan di bali sekitar bulan maret pastilah tradisi yang satu ini bisa anda lihat di bali ogoh ogoh. Sejatinya ogoh ogoh adalah sebuah patung besar yang menyerupai mahluk yang menyeramkan atau kalau masyarakat bali menyebutknya dengan buta kala. Ogoh ogoh biasanya dipertunjukkan dalam rentetan perayaan nyepi yakni pada hari tawur kesanga, tepatnya pada petang harinya yang disebut dengan hari pengerupukan Dalam perayaan Tahun baru Saka atau Nyepi, ogoh-ogoh memiliki peranan sebagai simbol atau pemvisualisasian prosesi penetralisiran kekuatan-kekuatan negatif atau kekuatan Bhuta. Dimana ogoh-ogoh yang dibuat pada perayaan Nyepi ini merupakan perwujudan Bhuta kala yakni unsur alam yang terdiri dari air, api, cahaya, tanah, dan udara yang divisualkan dalam wujud yang menyeramkan, karena jika kekuatan alam itu berlebihan tentunya akan menjadi kekuatan yang merusak.

“Ogoh-Ogoh” merupakan karya seni patung dalam kebudayaan Bali yang menggambarkan kepribadian “Bhuta Kala” dan sudah menjadi ikon ritual yang secara tradisi sangat penting dalam penyambutan Hari Raya Nyepi atau Tahun Baru Saka. Seluruh umat Hindu Dharma akan bersukaria menyambut kehadiran tahun baru itu dengan mengarak-arakan “ogoh-ogoh” yang dibarengi dengan perenungan tentang yang telah terjadi dan sudah dilakukan selama ini. Pada saat “Pangrupukan” atau sehari menjelang Hari Raya Nyepi, peristiwa dan prosesinya setiap tahunnya sama yaitu pada setiap Banjar (pemangku adat setingkat Kelurahan) di Bali akan berlomba dalam hal membuat “ogoh-ogoh” semenarik mungkin. Bila pembuatannya lebih bernilai seni, rumit, dan lebih mutakhir, maka “ogoh-ogoh” itu diharapkan bisa menaikkan martabat Banjar yang membuatnya. read more »

PKB dan Pendidikan Hindu

 Setidaknya ada dua harapan soal penyelenggaraan pesta kesenian Bali, yang secara rutin di gelar sejak tahun 1979. Pertama pelestarian kesenian Bali yang mulai punah . Kedua ,meningkatkan nilai ekonomi kesenian Bali. Harapan kedua cukup kuat didasari oleh manisnya sinergi seni dan industry pariwisata di Bali. Ketika pariwisata mencapai masa keemasan di tanah Bali , minat berkesenian orang Bali sedemikian hebat. Pariwisata adalah orientasi baru berkesenian orang Bali.

            Pesta kesenian bali yang di pusatkan di denpasar , berlangsung sebulan. Bersamaan dengan liburan sekolah , menelan dana yang sangat besar . pola penyelenggaraan nya yang memusat itu telah memisahkan kesenian Bali dengan konteks social nya . pertunjukan seni tanpa nilai social lagi. Ketika itu tidak ada pemusatan pertunjukan seni. Yang ada adlah pegelaran seni di pelosok-pelosokdesa,berkaitan dengan upacara tertentu atau untuk merayakan panen(padi,kopi) . entah berapa jumlah pertunjukan pada massa itu di setiap malam di seluruh desa di Bali . yang paling popular tentu saja teater-teater tradisional (arja,wayang kulit, drama gong calon narang , dan lain-lain.) di samping itu masih ada pertunjukan jogged bumbung ,legong,dan sanghyang.

            Pada masam silan dunia pertunjukan kesenian di Bali memang sangat fungsional karena ia telah menjadi salah satu “lembaga social”. Ruang-ruang menonton kesenian terasa sangat akrab karena pada umumnya penonton itu dating dari satu desa atau hanya dari beberapa banjar. Mereka saling kenal. Ruang-ruang pertunjukan yang sama sekali bukan tempat khusus, menjadi arena sosialisasi atau menjadi ruang public . pusat ruang public ini adalah pertunjukan kesenian : cerita, pesan-pesan, nilai-nilai dn estetika yang tumbuh dalam radius tertentu. Ruang-ruang pertunjukan itu menjadi pusat keramaian, menyerupai pasar malam kecil manum terasa sangat meriah . read more »

Banjar Gambang,Desa Jinengdalem

Nama banjar tempat saya tinggal bernama Banjar Gambang yang merupakan salah satu banjar dari 5(lima) banjar yang ada di desa saya.Namun Desa Jinengdalem dibagi menjadi 2(dua) desa pakraman yaitu desa pakraman alapsari dan desa adat jinengdalem.Desa pakraman jinengdalem mempunyai 2 banjar dinas yaitu banjar dinas dalem dan ketug-ketug,sedangkan desa pakraman alapsari mempunyai 3 banjar dinas yaitu banjar dinas gambang,,bukit,dan tingkih kerep.Banjar saya yaitu banjar gambang yang dapat dibilang banjar yang penduduknya paling padat dibandingkan dengan banjar-banjar lain di desa saya,hampir semua lahan kosong di banjar saya sudah terisi bangunan.

Di banjar saya terdapat pasar desa,Pura Desa pakraman alapsari, lapangan bola voli,dan masih banyak fasilitas banjar yang tak dapat saya sebutkan.Untuk lebih jelas mengenai banjar Gambang,dibawah ini akan disebutkan beberapa hal yang terdapat di banjar gambang: read more »