Tari Kebyar Duduk. Dunia kesenian Bali pernah memiliki seniman besar bernama I Ketut Marya. Saking besar namanya, dunia barat menjulukinya The Great Mario. Asupan tari-tarian klasik semenjak muda telah menstimulasi, terlebih saat nuansa ritmis dan dinamis dari Gong Kebyar menyentuh sisi estetis Marya. Ia pun berolah rasa, bergerak meletupkan ekspresi hingga terciptalah sebuah tari baru, Kebyar Duduk. Nama ini merujuk pada gerakan tari yang oleh penarinya dilakukan sambil berjinjit-jinjit setengah duduk.
Tari Kebyar Duduk lahir sebagai sebuah seni tari yang mewakili kemahiran seorang penari Bali yang tetap lincah meski menari dalam posisi duduk mengikuti irama gamelan. Nama lain dari ini adalah Tari Kebyar Terompong apabila penariannya berkombinasi dengan instrumen terompong. Pada lawatan ke Eropa, Kanada dan Amerika pada tahun 1957 dan 1962, sang pencipta tari membawakannya sendiri dengan pancaran kharisma berbinar memukau penonton di tiga negara tersebut. Sebelum Kebyar Duduk populer, terlebih dahulu dikenal Igel Trompong dan Igel Jongkok. Kedua tarian ini adalah hasil kreativitas I Ketut Marya atau yang di panggil Mario oleh Covarrubias dan orang asing lainnya. Kedua tarian itulah yang kemudian dalam bahasa Indonesia bernama Kebyar Terompong dan Kebyar Duduk. Di tangan Marya pula, di kemudian hari lahir Tari Oleg Tamulilingan (1952). Tari Kebyar Duduk dan Tari Oleg Tamulilingan disebut sebagai tonggak dan pelopor genre seni pertunjukan, yakni Seni Kebyar.
Ada yang menyebutkan bahwa I Wayang Sukra adalah pencipta lagu bagi tarian Marya, Igel Trompong dan Igel Jongkok pada tahun 1915. Marya menarikan Igel Trompong pada tahun tersebut bersama gubahan gamelan Sukra. Sementara itu, Igel Jongkok pada tahun 1919-1920 dengan gubahan Wayan Gejir dan Sukra. Pada awal penciptaan tarinya, Marya masih berumur 18 tahun. Meskipun begitu, ada juga pendapat lain mengenai urutan kelahiran Kebyar Trompong dan Kebyar Duduk. Ada yang mengatakan bahwa Tari Kebyar Duduk tercipta lebih dulu dari Kebyar Trompong.
Terlepas dari perbedaan itu, hingga 1935 istilah kebyar masih mewakili tarian Marya, meski secara informal masyarakat menyebutnya Igel Jongkok. Pada tahun 1958, dalam catatan pertunjukan Gong Pangkung di Amerika Serikat, ada pementasan “Igel Trompong” oleh Marya dan muridnya, I Gusti Ngurah Raka menarikan “kebiar”. Adapun untuk istilah dalam bahasa Indonesia, yakni “Kebyar Duduk” baru digunakan pada tahun 1960-an, dalam I.G.B.N. Pandji dan beberapa orang dari Konservatori Karawitan (KOKAR).