BIOGRAFI DEWA GEDE SUKAWATI

        Desa adat Bambang, Kecamatan Tembuku, Kabupaten Bangli menjadi lebih dikenal masyarakat luas di Bali dengan hadirnya seorang seniman karawitan bernama Dewa Gede Sukawati.  Dewa Gede Sukawati yang lahir pada tgl 1, desember 1981 besar dan hingga kini tinggal di desa tersebut bersama istri dan orang tuanya , sampai saat ini masih aktif dalam kegiatan kesenian, khususnya seni karawitan, dan kegiatan mengajar di sekolah mau pun di luar sekolah. Dewa gede sukawati bru mempunya 1 anak prempuan. Mengaku tak bisa lepas dari kehidupan adat Bali, sejak muda Dewa Gede Sukwati selalu terlibat dalam aktivitas adat dan keagamaan di daerahnya. Keterlibatan yang awalnya sebagai peserta upacara atau penonton pertunjukkan seni, menumbuhkan kecintaannya pada adat istiadat leluhur. Lebih jauh lagi, tertanam dalam benak Dewa Gede Sukawati untuk ikut serta dalam melestarikan adat istiadat leluhurnya. Hal itulah yang mendorongnya untuk mulai mempelajari seni karawitan sejak usia 10 tahun dengan arahan dari Dewa Gede Negara(Bangli) yang membimbingnya selama 5 tahun,  kemudian dilanjutkan dibawah bimbingan I Dewa Gede Darmayasa(Bangli). Setelah menguasai tbuh karawitan, Dewa Gede Sukawati kemudian bergabung dengan sekha Gong kebyar untuk mewakili duta kabupaten Bangli dalam ajang Pesta Kesenian Bali yang di lakukan setiap tahun sekali Di usianya yang masih muda kini, aktivitas Dewa Gede Sukawati tetap tidak bisa lepas dari seni dan adat istiadat Bali, ia juga tidak segan-segan membagi ilmu dan keahliannya kepada orang lain dengan memberikan pelatihan penguasaan tabuh (gending) karawitan bali . Telah banyak seniman karawitan yang lahir dan besar melalui arahannya; beberapa diantara yang bisa disebutkan yaitu Dewa Made Merta, Dewa Gede Putra yudha dan I wyn Hendra. Hanya saja waktunya kini lebih banyak mengajar di luar atau mengikuti kegiatan keagamaan.

Adapun karya-karyanya yaitu : Kreasi barong brutuk, baleganjur yoga yowana SMK N 1 Bangli , baleganjur yoga semeti Smp N 2 Tembuku kontemporer pongpongan .Berkiprah sebagai seniman karawitan yang di masa jayanya kerap berpartisipasi dalam pertunjukan seni di luar daerah maupun di luar negeri, Dalam menjalani segala jenis aktivitasnya tersebut, Dewa Gede Sukuwati berpegang teguh pada filosofi hidupnya yaitu bekerja secara ikhlas (ngayah). Konon menurutnya, jika dibarengi dengan ikhlas, maka ia bisa menjalani segala aktivitas dengan baik.Dibalik semua kiprahnya dalam dunia seni tabuh tradisional, khususnya seni karawitan Dewa Gede Sukawati senantiasa berharap seni kesenian tradisional bali dapat bertahan di tengah perkembangan jaman yang semakin cepat dan banyaknya pengaruh dari budaya luar Bali. sehingga masyarakat Bali khususnya maupun masyarakat dunia umumnya dapat mengenal kekayaan seni budaya Bali. Ia menyadari bahwa harapannya tersebut tidak bisa lepas dari peran serta pemerintah dalam memfasilitasi perkembangan seni Bali. Pemerintah, harapnya, tidak hanya harus rajin memfasilitasi pertunjukkan kesenian Bali ke luar daerah maupun ke luar negeri, tetapi juga menjamin kehidupan para seniman yang telah mengabdikan hidupnya demi menjaga, mengembangkan dan melestarikan kesenian Bali. sementara itu, di tengah kreativitas dalam mengembangkan kesenian bali sedemikian rupa, Dewa Gede Sukawati berharap kepada generasi muda untuk tetap mempertahankan seni tradisional Bali, sesuai dengan aturan-aturan dasar maupun pakem-pakem yang diwariskan leluhur secara turun termurun.

 

SEJARAH GAMBELAN SEMAR PEGULINGAN DI BANJAR RAKARAI DESA ADAT BANGBANG

Karawitan adalah salah satu seni budaya yang ada di Pulau Bali ini. Karawitan atau sering disebut dengan gambelan sangat di sakralkan dan memiliki arti seni yang sangat tinggi. Dengan perpaduan suara dari gambelan dengan nada-nada yang estetis dan membuat para pendengar menjadi terkagum – kagum dan terkesima menyaksikan mendengar seni budaya ini. Gambelan ini juga memiliki sejarah tersendiri dalam pembentukan gambelan, antara lain, Seperti di desa bangbang Banjar rakarai Kecamatan tembuku, Kabupaten Bangli. Sejarah pembentukan gambelan di Banjar rakarai di mulai dari tahun 2000,semua warga di banjar rakarai pada saat itu sangat ingin sekali memiliki barungan gambelan semar pegulingan. Dari hasil peparuman tersebut dapat di ambil keputusan mengumpulkan dana untuk membeli gambelan dengan sistem peturunan dan donatur. Sehingga dapat membeli 1 barung gambelan semar pegulingan.Sejak saat itu Banjar rakarai sudah memiliki gambelan dan di bentuklah sekaa gambelan (sekaa gong).

Belum lama ini Gamelan semar pegulingan di banjar rakarai mengalami renovasi total yaitu awalnya pelawah gambelan tersebut diukir tpi sekrang pelawah tersebut tidak di ukir dan tidak di perade,jadinya gambelan tersebut terlihat lebih klasik. Lokasi pergantian pelawah tersebut diganti di rumah dewa ketut kadiri bersama kariawannya. Pergantian tersebut memerlukan waktu sekitar 3bulan, untuk pelestarian dari gambelan atau budaya ini .Tokoh masyarakat yang berjasa dalam pembangunan keberadaan semar pegulingan yang ada di banjar rakarai yaitu :

Dewa Gede Darmayasa,yaitu sbagai penggagas pertama membeli semar pegulingan. Asal usul beliau antara lain:

*Nama       =  I  Dewa Gede Darmayasa, S.Skar. M.Fil.H

*tgl lahir    =   Bangbang 28, februari,1965

*Alamat     =   Br. Rakarai , bangbang ,Tembuku,Bangli

*Pekerjaan =   Guru

*Status         = sudah kawin.

 

Beliau  menjadi penggagas tentang adanya semar pegulingan di banjar rakarai karena bliau ingin mengembangkan seni karawitan agar tidak pakumnya kesinin di banjar rakarai dan Dewa Gede Darmayasa menjadi ketua ske gong semar pegulingan di banjar rakarai.Di banjar saya beliau termasuk orang yang ekonominya berkecupan,,itulah sebabnya beliau bisa mengabdi pada masyarakat dengan maksimal tanpa menghiraukan pekerjaan pribadinya,dan nilai plesnya beliau termasuk orang yang loyal terhadap masyarakat

Kondisi setelah adanya semar pegulingan di banjar rakarai

Setelah adanya semar pegulingan mulai tahun 2000,sudah mulailah muda-muda yang mau belajar menabuh. Gending yang dicari yaitu gending-gending untuk ngayah-ngayah di pura saja antara lain:

  1. Selisir.
  2. Lengker.
  3. Godeg miring.
  4. Sekar gadung.
  5. Gending-gending untuk mengiringi prembon dll

baru-baru ini saya mulai mengumpulkan pemuda rakarai untuk mencari generasi muda belajar memainkan gambelan ini. Saya beserta pemuda dirakarai  melaksanakan latihan gambelan ini, untuk mengisi waktu luang dengan kegiatan yang bermanfaat agar tidak pakumnya kesenian menabuh di Banjar rakarai.

 

Instrumentasi

  1. Sepasang kendang kerumpungan (lanang wadon) berukuran sedang
  2. Dua tungguh Jegogan Dua tungguh jublag
  3.  Satu tungguh terompong
  4. empat tungguh gangsa pemade
  5. empat tungguh gangsa kantilan
  6. Sepangkon ceng-ceng ricik
  7. Satu tungguh Klenag
  8. Satu tungguh Tawa-tawa
  9. Satu tungguh gong
  10. Tiga buah suling

Gambelan ini  selain digunakan untuk upacara di pura – pura juga dapat digunakan dalam acara – acara tertentu seperti : mengiringi pementasan tari – tarian, calonarang, tari lepas, tari topeng dan segala jenis pertunjukan seni lainnya yang menyangkut karawitan. Karena warisan budaya ini nantinya akan diwariskan kepada kami. Itulah sejarah gambelan semar pegulingan di desa bangbang banjar rakarai di. Seni budaya di Bali sangat beraneka ragam dan sangat di sakralkan. Para generasi muda harus bisa menjaga dan melestarikan budaya ini agar tidak hilang ditelan jaman. Narasumber Dewa Gede Darmayasa.

 

foto gamelan semar pegulingan di banjar rakarai :

tabuh beleganjur duta denpasar komentar

TABUH BELEGANJUR DUTA DENPASAR 2010 DESA TANJUNG BUNGKAK

.YouTube Preview Image

TABUH  BELEGANJUR DUTA  DENPASAR 2010 DESA TANJUNG BUNGKAK

Tabuh Beleganjur duta denpasar 2010 desa tanjung bungkak adalah merupakan salah satu  tabuh beleganjur kreasi. Tabuh beleganjur kreasi ini di pentaskan dalam rangka perang puputan badung yang diadakan di lapangan puputan badung denpasar. Tabuh beleganjur kreasi yang di buat oleh I komang sutrisna adalah suatu tabuh beleganjur yang sangat memukau di puputan badung pada ajang lomba antar denpasar.

 

Komentar video beleganjur kreasi

suara sound system, dalam video ini suara gambelan tidak kedengaran dengan jelas, suara gong juga tidak kedengaran, suara kendang dan ceng-ceng pun tidak jelas kedengarannya

Kemudian gerak dari pemainnya tidak terlalu agresif atau semangat jadi kelihatan lempe di video .Selain itu dari segi pengambilan gambar juga kurang bagus dan tidak merata pemainnya kelihatan, setingan lampunya kurang bagus dan kualitas gambar kurang bagus.

 

Sekian komentar , yang bisa saya jelaskan dan kekurangan kata-kata yang tidak cocok di hati anda saya mohon maaf . Ini cuma murni dari analisa jadi saya mohon maaf. Tidak lupa saya ucapkan trimakasih

GAMBELAN ANGKLUNG


Gambelan Angklung adalah seperangkat gambelan Bali yang digolongkan  ke dalam periodisasi golongan tua. Klasifikasi ini menurut pada dua hal yakni pertama, didasarkan atas salah satu jenis fungsi instrument kendang yang dianggap belum memiliki peran signi pikan sebagaimana peran kendang pada gambelan golonagan madya dan baru. Peranan kendang dalam penyajian repertoar dalam gambelan golongan madya dan baru seperti Semar Pegulingan,Pagambuhan,Pelegongan,Kebyar,bebarongan dan yang lainnya memperlihatkan peran yang sangat menonjol sebagai pengatur pengendali( pemurba) irama dan jalannya lagu. Sementara peranan kendang dalam penyajian reportoar gending- gending klasik gambelan golongan tua seperti Angklung , Gong Luang, memang mengindikasikan peran yang kurang dominan sebagaimana peranan kendang dalam jenis gambelan yang tergolong dalam klasipikasi madya dan baru. Kedua, gambelan yang tergolong dalam periode tua seperti Angklung, Gender wayang , Selonding, Gambang, Gong Luang dan yang lainnya mempunyai persamaan dengan relief-relief yang terdapat dalam Candi Penataran di Jawa Timur (Bandem, 1983:51)

Populasi gambelan Angklung cukup popular di Bali. Dibandingkan dengan gambelan golongan tua lainnya, Angklung termasuk mengalami perkembangan yang cukup pesat. Bahkan perkembangannya dianggap sebagai jenis gambelan yang populer setelaah Gong Kebyar, dan Balaganjur. Tahun 1996 saja data statisik menunjukkan bahwa tercatat 690 ansambel gambelan Angklung tersebar di seluruh kabupaten dan kota di Bali

Betuk dan Fungsi

Bentuk Fisik

Di atas telah disinggung bahwa dewasa ini telah ada tiga bentuk ansambel gambelan Angklung yaitu  kembang kirang, Klentangan, dan Don Nem. Pada dasarnya bentuk fisik masing-masing instrumennya tidak jauh berbeda, yakni masing-masing terdiri dari ricikan instrument berbilah (jegogan,tawa)ber-membran (Kendang) dan alat tiup (suling). Yang membedakan adalah jumlah bilah/daun pada tiap tungguhnya, ada yang empat,lima,enam,tujuh sampai delapan bilah.

Secara organologis perangkat gambelan ini terdiri dari beberapa bentuk bilah, beberapa bentuk pencon (reyong,kempul,tawa-tawa), yang bahannya dari perunggu kecuali suling yang terbuat dari bamboo. Secara bentuk fisiknnya di Bali kini berkembang tiga jenis gambelan Angklung Kembang Kirang, Angklung Klentangan, dan Angklung Don Nem. Perbedaan ketiga jenis gambelan tersebut dapat dilihat atau didasarkan jumlah penggunaan nada maupun bilah dalam tungguhan jenis gangsa maupun jegogannya.

 Instrumentasi

–          Sepasang kendang pepanggulan (lanang wadon) berukuran kecil

–          Dua tungguh Jegogan

–          Enam tungguh gangsa pemade

–          Enam tungguh gangsa kantilan

–          Sepangkon ceng-ceng ricik

–          Satu tungguh Klenag

–          Satu tungguh Tawa-tawa

–          Satu tungguh Kempul

–          Satu tungguh Riyong

–          Tiga buah suling

Dlam perkembangannya telah dimasukkan unsure kendangan cedugan besar, kendang gupekan, Ceng-ceng kopyak, rebab, dan gong besar.

Fungsi

Fungsi Upacara

Menurut Radcliffe Brown seni sebagai fungsi social adalah efek dari suatu keyakinan adat atau pranata kepada solidaritas social masyarakat, yang kemudian tatanan itu dianologikan dengan struktur organisme. Jadi fungsi gambelan angklung dalam konteks ini adalah aktivitas aratistik sebagai efek dari kepercayaan. Keterkaitan fungsi gambelan dalam sebuah upacara tidak terlepas dari konsep Pancagita di Bali, yang menyebutkan bahwa sebuah upacara akan dianggap lengkap kalau ada lima unsur bunyi-buyian tersebut antara lain : suara Bajra pendeta,Suara gambelan , Doa-doa dan mantra pendeta, Suara kulkul(kentongan), dan tembang atau kidung-kidung pujian. Berdasarkan konsep ini maka dalam setiap upacara di Bali selalu disertai dengan suara gambelan dan nyanyian.

Fungsi Sakral

Fungsi magis simpatetis gambelan angklung dapat ditemukan di desa Sidan. Pada gambelan Angklung Sidan ada sebuah instrumennya yang berfungsi sebagai pengobatan. Menurut kepercayaan masyarakat pendukungnya gambelan yang dimilikinya daiangagap keramat (sakral) terutama instrument kempul dianggap mampu mengobati orang yang mempunyai kelainan penyakit bisu.

Fungsi  Sosial  Ekonomi

Sebagai sebuah bentuk organisasi propesi yang bersifat tradisional Gambelan Angklung  didukung oleh sebuah organisasi yang disebut sekaa. Organisasi ini dibentuk untuk tujuan-tujuan sosial lebih menonjol. Rasa kebersamaan melalui saling  tolong menolong dan rasa solidaritas sosialnya mampu mempererat kerukunan diantara warga dan kelompok yang lebih luas. Hal ini tercermin melalui aktvitas sosialnya yang tulus dalam membantu warga di sekitarnya tanpa pamrih.

Fungsi Hiburan

Dalam perkembanagannya Gambelan Angklung tidak hanya difungsikan untuk kepentingan mendukung pelaksanaan upacara. Melainkan juga untuk mendukung kepentingan kreativitas seniman dan hiburan. Sebagai wahana kreativitas angklung telah dicoba untuk digarap dalam bentuk tabuh kreasi, ataupun karawitan modern. Melabuh Wedana karya tugas akahir mahasiswa STSI Denpasar tahun 2001 mengambungkan gambelan Balaganjur dan angklung dalam sebuah komposisi baru. Begitu juga Jaya Baya karya Inyoman windha berusaha mengungkapkan Fenomena tragedy Bom Bali lewat komposisi kontemporer dengan menggunakan gambelan angklung yang digabungkan dengan beberapa instrument non-Bali

Kesimpulan

 Dari apa yang tlah diuraikan di atas , dapat di tarik kesimpulan bahwa gambelan angklung termasuk gambelan yang terpopuler dalam priodisasinya. Namun kini, masih kalah pesat dengan perkembangan gong kebyar dan balaganjur. Dalam perkembangannya tidak saja mengalami perubahan dalan bentuk fisik instrumentasi tetapi juga perkembangannya reportoar dan fungsinya dalam konteks kehidupan masyarakan bali.  Ditinjau dari aspek nuansa musikalitasnya secara karakteristik, fungsi utama gamelan ini addalah untuk mengiringi pitra yadnya (ngaben). Kendaatipun demikian, dalam realitas kondisi sosial berrdasarkan konsep desa mawa cara (berdasarkan kebiasaan adat) dan konsep desa kala patra (situasi dan kondisi desa setempat) memunkinkan gambelan angklung untuk mengammbil peran secara fleksibel untuk memenuhi tuntutan kebutuuhan masyarakat pendukungnya . selanjutnya ia tidak saja diposisikan sebagai karawitan yang hanys berkaitan dengan kepentingan upacara ritual, tetapi kini telah diaangkat untuksebuah media kreativitas,lahan olah seni artistik bagi seniman-seniman kreatif sampai menembus jelajah kreativitas seni modern.

Sumber Buku : BHERI Jurnal ilmiah music nusantara

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!