UPACARA NGENDAR YANG HANYA TERDAPAT DI BANJAR SEKARMUKTI/PUNDUNG

1395896_699655403397124_1173159662_nDi desa saya kusus nya di banjar sekarmukti, desa pangsan, kecamatanh petang terdapat sebuah tradisi yang di turunkan turun temurun dari nenek moyang saya. Tradisi tersebut dinamakan upacara Ngendar. Apakah anda tau apa itu “Ngendar”? mungkin kata ini masih asing bagi sebagian orang terutama bagi orang yang bukan penduduk banjar sekarmukti. “Ngendar berasal dari akar kata “Endar” yang artinya bubur, diberi awalan ‘ng’ sehingga menjadi kata “Ngendar” yang akhirnya memiliki arti membuat bubur”. Tradisi ini adalah suatu rentetan upacara dari piodalan di pura Nataran Agung Sekarmukti. Uniknya upacara ini adalah , pada saat upacara Ngendar ini tidak diperbolehkan orang dewasa ikut melakukannya kecuali Daha dan Teruna, karena jika ada orang dewasa yang ikut maka akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan.

Adapun sejarah keberadaan Upacara Ngendar yang di tuturkan kakek saya sebagai berikut:

            Pada suatu hari terdengarlah suara seorang yang sedang menyanyikan kidung-kidung suci dengan suara yang indah. Diperkirakan pusat suara nyanyian yang merdu tersebut berasal dari salah satu pelinggih/gedong di area pura Puseh Pingityang dinyanyikan oleh seorang wanita. Suara nyanyian tersebut sempat terdengar oleh seorang pemuda. Dan akhirnya si pemuda tersebut merasakan ada sesuatu yang membuat hatinya tertarik untuk berjalan mendekati sumber suara dengan magsud untuk mengetahui siapa gerangan gadis yang sedang bernyanyi dengan merdunya. Dalam angan pemuda itu terbayang bahwa gadis pemilik suara indah tersebut berparas cantik dengan keindahan-keindahan fisik lainnya hingga berdebar-debarlah hati si pemuda itu.

            Karena tidak dapat menahan perasaannya, sang pemuda pun berkata “Aduh merdunya suara nyanyian tersebut! Siapakah gerangan gadis yang menyanyikan lagu itu? Terasa sungguh berdebar jantungku mendengarnya. Andaikan engkau mau menampakan diri kepadaku bagaimanapun rupa orang itu aku akan berkehendak untuk mengambil dirimu sebagai istriku untuk sehidup semati”. Rupanya wanita yang sedang bernyanyi itu mendengar perkataan yang diucapkan oleh pemuda tersebut. Kemudia keluarlah wanita itu dari pelinggih untuk menampakan dirinya kepada si pemuda. Namun setelah pemuda tersebut melihat wanita yang hendak dijadikan istri menjadi kaget karena ternyata yang keluar itu sangat jauh daripada bayangannya. Wanita itu adalah seorang yang usianya sudah agak tua yang memiliki gondok yang sangat besar pada lehernya.

            Demikian melihat wanita dihadapannya tanpa berkata apa-apa lagi pemuda itu pun lalu pergi meninggalka wanita itu sendiri dan lupa dengan kata-kata yang telah diucapkannya. Dan sejak itu wanita pelantun kidung suci tersebut berjanji tidak akan bersuami atau menikah sampai kapanpun karena merasa dikecewakan. Untuk melupakan kekecewaan dan rasa sakit hatinya ia bersumpah untuk lebih banyak bergaul dengan anak-anak kecil dan mengajarkan cara-cara membuat banten untuk upacara dan jenis-jenis upakara yang diperlukan dalam kegiatan upacara serta mengajarkan pula cara memasak (tahap awal) yang paling sederhana yaitu memasak bubur/endar dan memasak dari bahan tumbuh-tumbuhan lainnya yang selanjutnya dipersembahkan pada piodalan di Pura Penataran Agung. Semenjak itulah masyarakat banjar Sekarmukti selalu mempersembahkan banten endar sesuai dengan petunjuk yang disampaikan oleh wanita yang keluar dari pelinggih/gedong pura Puseh Pingit.

            Upacara ngendar adalah suatu rentetan upacara yang dilaksanakan pada setiap piodalan di Pura Penataran Agung (tepatnya di pura Puseh Pingit) di banjar Sekarmukti, desa Pangsan ,kecamatan Petang. Yang jatuhnya pada hari Buda Umanis wuku julungwangi atau 15 hari sebelum galungan. Upacara ini dilakukan oleh sekelompok anak yang belum menstruasi yang dinamakan “Juru Endar” yang dibantu oleh saya Daha dan Teruna.

            Saya Daha dan Teruna adalah suatu organisasi kepemudaan dimana anggota dari organisasi ini adalah para pemuda dan pemudi dari banjar Sekarmukti yang belum menikah. Organisasi ini harus selalu berperan aktif dalam segala keagamaan atau upacara yadnya yang diselenggarakan oleh banjar Sekarmukti termasuk dalam upacara Ngendar. Adapun tugasnya adalah untuk membantu juru endar dalam mempersiapkan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan Ngendar dan hal-hal lain yang sekiranya ada yang tidak dapat dikerjakan oleh juru endar.

            Menurut salah satu nara sumber yang saya datangi disebutkan bahwa upacara ini sangat unik dan sakral dimana pada saat ngendar /ngerateng (memasak) tidak ada orang dewasa yang boleh melihat ke pura puseh pingit itu yang letaknya di sebelah utara luwur Pura Penataran Agung. Karena menyebabkan apa yang dimasak semua bisa gosong. Bahkan pemangku sekalipun tidak boleh melihatnya. “Upacara ngendar ini hanya terdapat dan dilaksanakan oleh masyarakat di banjar Sekarmukti”. Ungkap Jero Mangku Nataran yang bernama lengkap I Made Kintil tersebut.

            Menurut Jero Mangku Nataran bahwa upacara Ngendar dimulai sehari sebelum piodalan sekitar pukul 08:00 pagi yang diawali dengan membuat sarana atau jejaitan untuk perlengkapan upacara itu, seperti canang, taledan, kojong gadungan dan masih banyak lagi. Setelah jejaitanitu selesai, dilanjutkan dengan mempersiapkan alat-alat ngendar seperti beras, ketan, ayam dan lain sebagainya. Ketika semua sarana telah siap, hari pun telah gelap dan para juru endar dipersilahkan istirahat sebelum upacara ngendar dilakukan. Sekitar pukul 02:00 pagi para juru endar dibangunkan, dan siap melakukan upacara ngendar. Diawali dengan memasak nasi, dilanjutkan dengan memasak bubur hingga lauk pauk yang akan mengisi bubur dan nasi itu. Disinilah upacara ini terbilang sakral. Karena pada proses pemasakan ini tak boleh ada satu orang dewasapun yang boleh melihat upacara tersebut. Jika hal itu dilanggar maka semua masakan akan menjadi gosong. Setelah semua masakan terselesaikan dilanjutkan dengan menata ( mentanding) masakan yang sudah jadi itu. Ketika masakan sudah tertata dengan rapi maka selesailah upacara ngendar tersebut.

 ( Sumber Informan  ;  1. Kakek Saya ” I Wayan Mareg ” umur :85 th, alamat :Banjar sekarmukti  , 2. Pemangku Pura Nataran Agung ” I Made Kintil, umur : 78 , banjar sekarmukti, desa pangsan  )

Sejarah Sekha Gong Sekarmukti Dan Fungsi Instrument Yang Digunakan Dalam Barungan Sekha Gong di Sekarmukti.

DSC000032Konon kurang lebih sekitar tahun 1930han masehi ada seorang tamu luar negeri (bangsa Inggris ) berkedudukan di Australia, wanita itu bernama Fatinson. Bliau berdomisili dan mendirikan dua pesanggrahan atau Vila di desa Plaga, kecamatan Petang dan di desa Petang, kecamatan Petang. Bliau sangat menaruh minat terhadap seni budaya bali khususnya “gong” terkait itu, di banjar Sekarmukti, Pundung Terbentuk sekha gong truna truna.

Setelah melihat perkembangan yang sangat pesat, bliau bersedia mencarikan juru tabuh yang cukup terkenal saat itu, yang bertempat tinggal di Gladag,Pedungan,Denpasar dan di Blaluan, Kodya. Setelah dicarikan penguruk, sekha gong truna truna ini lalu dibina . Singkat cerita muncul sekha gong truna truna sekarmukti, dan konon pada zaman nya sekha ini pernah naik daun, perlu dicatat mulai saat itulah sekha gong banjar Sekarmukti mengenal yang disebut “gong kebyar”. Sesuai perjalanan waktu perangkat gong mengalami pasang surut perubahan termasuk “saihnya /patutan” sesuai dengan selera zaman. Perlu dicatat kurang lebihtahun 1950han daun gender diganti yang awalnya 10 bilah menjadi 9 bilah dengan larasnya pum diubah menjadi laras demug “kalau tidak salah”. Kurang lebih sekitar tahun 1960han bilang gangsa dikembalikan menjadi 10 bilah sampai kini dan larasnya di sesuaikan dengan selera zaman. Tukang saih gong ini ialah I Rekon yang berasal dari desa Mengwi. Demikianlah secara singkat asal usul perangkat gong dan sekha gong kebyar yang berada di banjar Sekarmukti , desa Pangsa, kecamatan Petang, menurut nara sumber yang kiniberusia 78tahun kiranya dapat dipakai pedoman dan petunjuk seperlunya.

Instrumen yang digunakan dalam barungan nya itu ialah , 1 trompong, 2 buah Giying/Pengugal, 4 buah Pemade dan 4 buah Kantil, 2 buah instrument jublag, 2 buah jegogan, 1 buah ceng-ceng kecek, 1 buah reyong, 1 pasang kendang (yaitu lanang dan wadon), 1 buah kajar, 1 buah kemong, 1 buah kempur, 1 buah gong, 1 buah kempli, 1 buah bende.

Instrument trompong ialah suatu instrument yang bentuknya memanjang. Instrument ini pada umumnya mempunyai jumlah moncong ( susunan gong- gong kecil) sebanyak sepuluh buah, dengan susunan nada sebagai berikut : ndang, nding, ndong, ndeng, ndung. Disamping itu ada juga instrument tromping yang bermoncol sebelas buah. Instrumen trompong pada umumnya dimainkan dengan satu orang dengan memakai dua buah panggul yang dipegang oleh tangan kiri satu buah dan tangan kanan satu buah.

Instrument giying/pengugal adalah suatu instrument yang mempunyai jumlah bilah sebanyak sepuluh buah dengan susunan nadanya sebagai berikut : ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding. Besar kecilnya nada diambil dari nada instrument jublag. Instrument ini dapat dipukul oleh satu orang dengan memakai panggul. Pada umumnya dapat dipukul oleh tangan kanan sedangkan tangan kiri dipakai untuk menutupnya, keculi orang itu memukulnya kidal baru alat pemukul itu dipegang oleh tangan kiri.

Instrumen pemade dang kantilan adalah suatu instrument yang mempunyai jumlah bilah sepuluh buah dengan susunan nada : ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding. Besar kecil nada-nada instrument pemade adalah lebih kecil daripada nada instrument giying yang dipukul dengan panggul. Instrument ini dipukul oleng tangan kann sedangkan tangan kiri untuk menutup, kecuali orang itu kidal. Sedangkan instrument kantil nadanya lebih kecil daripada   nada instrument pemade dan sistim permainannya juga sama dengan pemade.

Instrument jublag adalah suatu instrument yang mempunyai jumlah bilah sebanyak lima buah dengan susunan nada sebagai berikut : nding, ndong, ndeng, ndung, ndang. Dan susunan nada yang kedua yaitu : ndang, nding, ndong, ndeng, ndung. Mengenai besar kecilnya nada diambil dari nada instrument giying yang lebih kecil dari nada instrument jegogan.

Instrument jegogan adalah instrument yang berbilah dan bernada paling rendah, dimana instrument ini mempunyai jumlah bilah sebanyak lima buah dengan susunan nada sebagai berikut : nding, ndong, ndeng, ndung, ndang. Dan ada juga susunan nadanya seperti berikut : ndang, nding, ndong, ndeng, ndung.

Ceng- ceng kecek mempunyai ukuran garis tengah sekitar sepuluh sampai tiga belas senti meter. Pada instrument ceng- ceng kecek mempunyai dua bagian yaitu : ceng- ceng sebagai penekep ( bungan ceng- ceng) dang ceng- ceng tatakan. Ceng- ceng penekep terdiri dari dua buah ceng- ceng yang berfungsi sebagai alat pemukul, sedangkan ceng- ceng yang dipukul terdiri dari lima sampai tujuh buah ceng- ceng yang merupakan tempat untuk menimbulkan suara. Ceng- ceng penekep dipegang oleh dua buah tangan yaitu tangan kanan dang tangan kiri.

Instrument reyong adalah suatu instrument yang bentuknya memanjang. Instrument ini pada umumnya mempunyai jumlah moncol sebanyak dua belas buah dengan susunan nada sebagai berikut : ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung, ndang, nding, ndong, ndeng, ndung. Instrument ini dapat dimainkan atau dipukul oleh empat orang dengan masing – masing orang memakai dua buah panggul yang dipegang oleh tangan kanan dan tangan kiri. Keempat orang pemain ini masing – masing dinamakan : penyoraga, pengebter, penyelah dan pemetit.

Instrument kendang adalah suatu alat yang sumber suaranya dari kulit. Instrument ini dapat dibagi menjadi dia yaitu : instrument kendang lanag dang kendang wadon, yang masing – masing dapat dimainkan dengan dua tangan yaitu tangan kanan dan tangan kiri. Permainan kendang juga dapat dimainkan dengan menggunakan panggul dan bisa juga dimainkan tanpa menggunakan panggul.

Instrument kajar adalah nama dari salah satu instrument pencol yang dibuat dari kerrawang, yang mempunyai fungsi sebagai pembawa irama serta menggunakan satu buah moncol dimana nadanya tidak dapat dipastikan / tidak persis sama dengan nada instrument yang lain. Nada instrument kajar berkisar antara nada nding dengan nada ndung. Instrument ini dipukul oleh satu orang.

Instrument kemong adalah nama dari salah satu instrument pencol yang dibuat dari kerrawang yang fungsinya sebagai pengisi ruas – ruas lagu yang disajikan, terutama pada bagian gending – gending pelegongan dan bebarongan.

Instrument kempur adalah instrument pencol yang bahannya dari kerrawang, yang mempunyai ukuran garis tengah lingkaran lima puluh senti meter sampai dengan enam puluh senti meter melihat dari segi fungsinya, instrument ini berfungsi sebagai memegang cirri tabuh, pendorong jatuhnya tonika gong dan sebagai pematok ruas – ruas gending. Adapun nama pukulan – pukulannya adalah : pukulan selah tunggal yang artinya instrument ini dipukul sekali di ruas – ruas gending sehingga lagu itu dapat dipastikan jenis lagu apa dan ukuran gending tabuh berapa.

Instrument gong adalah instrument pencol yang bahannya dari kerrawang yang mempunyai ukuran garis tengah lingkaran enam puluh lima senti meter sampai dengan Sembilan puluh senti meter. Melihat dari segi fungsinya instrument gong ini berfungsi sebagai jatuhnya pukulan mengakhiri lagu ( sebagai finalis ) dan sebagai menentukan jatuhnya tekanan – tekanan lagu sesuai dengan tujuan dari lagu itu sendiri. Adapun jenis nama pukulannya adalah : pukulan purwa tangi ( baru bangun).

Instrument kempli adalah instrument pencol yang bahannya dari kerrawang, dimana mengenai fungsi daripada instrument ini adalah sama dengan instrument kempur. Instrument kempli ini biasanya dapat dipakai pada gending – gending pepanggulan dalam arti kendang itu dipukul dengan panggul. Adapun nama dari jenis pukulannya adalah : pepade lingse.

Instrument bende adalah instrument pencol yang bahannya dari kerrawang yang pencolnya dibuat tidak terlalu keluar namun agak masuk ke dalam. Instrument ini berfungsi sebagai pembawa tempo , agar tempo tidak berantakan.

 ( Sumber Informan  ;  1. Kakek Saya ” I Wayan Mareg ” 2. “Jenis – jenis instrumen gong kebyar , Hasil penelitian P. Pande Mustika” )

GENDER WAYANG

pemade-gender_wayang_300

Gambar dari wayangkulit-5fingers.blogspot.com

Gender wayang adalah sebuah instrument yang terdapat di bali, instrument ini termasuk dalam golongan instrument tua. Gender wayang biasanya digunakan pada saat upacara keagamaan dan sebagai pengiring sebuat tarian atau pertunjukan. Gender wayang mememiliki susunan nada yang berbeda dari susunan nada gong kebyar dan di daerah tertentu gender wayang merupakan suatu intrumen yang disakralkan.

Terkait dengan laras, gender wayang pada umumnya memiliki laras slendro lima nada , yang jumlah bilahnya sebanyak sepuluh buah dan memiliki dua oktaf. Jika disejajarkan dengan deret nada musik nasional laras slendro dapat digambarkan seperti ini :

Nada nasional :   do       re         mi     fa     sol       la         si         do

Nada slendro   : ding   dong   deng     –     dung   dang     –     dinng tinggi

Cara memainkan gender wayang pada umumnya menggunakan panggul yang berjumlah dua buah panggul yang di pegang di sebelah kanan berfungsi sebagai pelilit, sedangkan panggul yang dipegang di sebelah kiri berfungsi sebagai pembawa melodi atau pokok gending.

Dalam permainan gender wayang biasanya memiliki suara yang khas, suara yang dihasilkan oleh gender wayang ialah berasal dari dirinya sendiri yang juga disebut dengan istilah Idiophone. Yang dimagsud dengan suara yang dihasilkan oleh dirinya sendiri itu ialah , sumber suara yang berasal dari bilah yang di tegaskan atau di besarkan oleh bamboo yang biasa disebut dengan sebutan bumbung.

Sistem pengolahan bilah pada gender wayang yaitu suber suara yang dihasilkan dari getaran pada saat dipukul dengan panggul. Pada sebuah bilah ada susunan nada, dari nada rendah ke nada yang lebih tinggi. Tinggi rendahnya nada tersebut dipengaruhi oleh panjang pendeknya bilah dan tebal tipis nya bilah. Semakin panjang dan semakin tipisnya bilah akan mengakibatkan suara yang dihasilkan menjadi nada yang rendah , jika bilah ukurannya pendek dan tebal maka suara yang dihasilkan cendrung akan tinggi.

Tempo permainan gender wayang adalah bersifat Monometra Skematika yang berarti tempo yang terikat pada ketukan. Pada permainan gender wayang tidak mengenal istilah utang duduk seperti permainan suling dan terompong. Permainan gender wayang harus memiliki tempo yang jelas, jika temponya kacau maka permainannya akan terdengar tidak enak.

Jika dilihat dari 5 fungsi instrument,yang terdiri dari Balunganing gending yang berfungsi sebagai rangka lagu atau melodi lagu, Amandama lagu yang berfungsi sebagai pelilit lagu, Adumanis lagu yang berarti penghias lagu atau pemanis lagu, Anceran wiletan yang berarti pembawa tempo, dan Angeran wiletan yang berarti penjaga tempo. Pada instrumen gender wayang termasuk dalam Amandama lagu yang artinya sebagai pelilit dalam suatu gending barungan.

Peranan gender wayang biasanya digunakan sebagai pelengkap upacara keagamaan contoh nya seperti orang metatah atau mesangih, mengiringi upacara pelebon atau ngaben, dan bisa juga sebagai alat pengiring tari wayang wong dan pementasan wayang kulit.

Unsur- unsur pembentuk gender wayang adalah ada empat komponen, yaitu : pelawah, tali atau jangat, gantungan, panggul dan bilah. Unsur- unsur tersebut akan saya jelaskan dibawah ini.

  1. Pelawah

Pelawah ialah badan dari sebuah gender wayang yang terbuat dari kayu yang di ukir. Fungsi dari pelawah tersebut ialah sebagai tempat menyangga sebuah bilah yang akan dipasang di atas bambu atau yang sering disebut dengan bumbung yang berfungsi sebagai pengeras suara dari bilah tersebut, selain itu di bagian bawah ada sebuah kayu sebagai kaki digunakan sebagai penyangga agar pelawah tidak jatuh, yang terakhir di bagian atas ada sebuah kayu berbentuk bulat lonjong yang meruncing, tempat nya di bagian samping kanan dan kiri pelawah, fungsinya sebagai tempat mengikatkan tali jangat yang akan terpasang untuk menggantung bilah bilah di atas bumbung.

  1. Tali/ jangat

Jangat ialah sebuah tali yang terbuat dari bahan plastic yang sangat kuat, yang berfungsi sebagai penggantung bilah di atas bumbung supaya suara bilah mau bergetar atau “ma ereng”.

  1. Gantungan

Gantungan ini ialah sebuah penyangga tali yang diapit oleh empat buah bilah “kanan dan kiri”, yang terbuat dari bahan logam ataupun kayu, gantungan ini berfungsi sebagai penyangga tali atau jangat yang akan digantungkan dengan sebuah bilah kerrawang. Dahulu gantungan ini terbuat dari kayu yang disangga oleh kulit sapi yang telah di potong, namun karena perkembangan jaman sekarang telah banyak gantungan yang terbuat dari logam yang langsung tertancap di pelawah, bukan seperti dulu yang di gangtung dengan sebuah kulit yang terbuat dari kulit sapi.

  1. Bilah

Bilah adalah sumber suara dari gender wayang tersebut, bilah biasanya terbuat dari kerrawang yang bahan dasarnya adalah campuran dari tembaga dan timah atau bisa juga ditambah dengan emas dengan kandungan yang sedikit. Bilah ini memiliki susunan nada yang telah diatur. Biasanya pengaturan suara/ nada bilah diatur dengan memanjangkan atau memendekkan ukuran bilah itu sendiri, atau bisa juga dengan cara menebalkan atau menipiskan bilah. Biasanya jika kita menginginkan suara bilah agar menjadi suara yang rendah atau besar kita bisa membuat bilah dengan ukuran yang panjang dan tipis, jika kita menginginkan bilah yang suaranya rendah atau kecil, kita bisa membuat bilah yang ukurannya pendek dan ukurannya agak kecil. Untuk kualitas bilah yang baik , pada awalnya dibuat dengan cara di tempa atau di pukul pukul hingga bahan bilah menjadi padat, namun setelah perkembangan jaman cara membuat bilah sudah berubah, kini cara membuat bilah sudah menggunakan mesin cetak yang hanya di tempa dengan satu kali pukulan saja. Namun kualitas bilah yang dibuat dari pabrik yang di cetak biasanya lebih cepat patah karena bahan bilah tersebut tidak padat sampai ke dalam, jika pembuatannya dilakukan dengan cara di tempa berkali- kali pasti akan menghasilkan kualitas bilah yang sangat baik.

            Gending – gending pada gender wayang kurang lebih yaitu : gending katak ngongkek, merak angelo, crucuk punyah, sesapi ngindang, sekar sungsang, lasan megat yeh, dan masih banyak yang lainnya. Gending – gending tersebut masih ada banyak fersi – fersinya contohnya gending katak ngongkek di badung, gianyar, klungkung, denpasar, dan buleleng tidak sama, dalam artian payas dan otekannya yang tidak sama namun pokok gending atau melodinya mayoritas sama dan menyerupai. Konon menurut tuturan teman, perbedaan gending tersebut terjadi karena pada zaman dahulu para tetua kita tidak ada yang terlalu belajar secara formal mereka kebanyakan sebagai seniman alam, maka dari itu untuk mencari ilmu atau menambah wawasan mereke, mereka hanya mendengar dan mendengar gending gending yang dimainkan oleh senior mereka dengan tidak menanyakan atau berguru kepada senior mereka. Karena dengan mendengarkan mereka tidak tahu jelas, bagaimana otekan yang benar, maka dari sanalah perbedaan otekan atau motif gending di suatu wilayah bisa berbeda, namun sebenarnya pokok gendingnya sama hanya payasnya saja yang berbeda.

( Sumber : 1. Buku Catatan Analisa Karawitan 1 , 2. Mengembangkan lingkungan sosial , oleh: I Made Bandem )

Trompong Gong Kebyar

Trompong-WebIcon

Gambar dari gamelan.emacsian.com

Jika kita berbicara tentang seni umumnya jika di bali pasti lebih mengarah ke seni tebuh atau karawitan. Sebenarnya istilah seni merupakan terjemahan dari bahasa inggris yaitu “Art”. Secara etimologi (asal-usul) istilah seni masih sulit di jelaskan. Beberapa bahasa asing yang memiliki lafal pengucapan agak mirip dengan lafal pengucapan kata seni antara lain :

  1. Sani dalam bahasa Sansekerta

Sani dalam bahasa sansekerta berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan, atau pencariandengan hormat dan jujur. Ada benarnya, bahwa seni banyak yang mengandung unsure pemujaan terutama bila kita berhadapan dengan seni ritual. Seni juga banyak dijadikan alat persembahan, merupakan sebuah pelayanan, donasi, yang penuh pengabdian.

  1. Genie dalam bahasa Belanda berarti jenius.

Seniman baik dimasa lampau maupun sekarang adalah orang-orang yang memiliki kepekaan dan ketajaman intuisi. Mereka adalah orang-orang yang super sensitive yang terlatih dalam mengamati benda-benda dan peristiwa di sekelilingnya yang oleh kebanyakan orang tidak diperhatikan. Kekhasan yang dimiliki oleh seniman tersebut jika dibandingkan dengan orang lain, sehingga bisa juga disebut bahwa seniman adalah orang yang jenius.

      Dalam hal seni ini kita akan membicarakan tentang barungan gong kebyar khususnya instrument trompong. Instrument trompong ialah suatu instrument yang bentuknya memanjang. Instrument ini pada umumnya mempunyai jumlah moncong ( susunan gong- gong kecil) sebanyak sepuluh buah, dengan susunan nada sebagai berikut : ndang, nding, ndong, ndeng, ndung. Disamping itu ada juga instrument trompong yang bermoncol sebelas buah. Instrumen trompong pada umumnya dimainkan dengan satu orang dengan memakai dua buah panggul yang dipegang oleh tangan kiri satu buah dan tangan kanan satu buah.Ukuran mencol/pencol biasanya mempunyai ukuran diameter paling kecil 3,5cm hingga 7cm.Trompong merupakan instrument yang biasa dipergunakan sebagai pengawit atau intro untuk memulai suatu gending atau tabuh sekaligus berfungsi sebagai pembawa melodi dalam memainkan gending – gending lelambatan klasik. Trompong dalam permainannya memberi kesan indah, agung yang mempengaruhi suasana maupun karakter dalam penyajiannya. Dalam permainan trompong mempunyai macam – macam pukulan, pukulan – pukulan itu melainkan pukulan ngelukluk, pukulan ngembat, ngempyung/ngero, neliti, nyele, nyintud, nyilih asih, nyekati, ngumad/ngalad, nguluin, nerumpuk, ngoret, ngoret nyilih asih, ngoret ngembat/ngangkep, ngoret ngempyung, netdet, ngandet, niltil, dan makaad.

Pukulan Ngelukluk : Pukulan ngelukluk adalah nama dari salah satu pukulan trompong yang merupakan pengembangan dari pukulan nyilih asih. Pukulan ini dapat dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri yang memakai satu nada atau satu moncol sebanyak dua kali.

Pukulan Ngembat/Ngangkep : Pukulan ngembat atau ngangkep adalah nama dari salah satu pukulan trompong yang dilakukan dengan memukul bersama dua buah nada yang sama dengan jarak empat nada.

Pukulan Ngempyung/Ngero : Pukulan ngempyung atau ngero adalah nama dari salah satu pukulan trompong yang dilakukan dengan cara memukul bersama dua buah nada yang berbeda dengan jarak dua nada yang nantinya kedengaran jadi satu nada.

Pukulan Neliti : Memukul pokok gending nya saja atau melodi nya saja.

Pukulan Nyele : Pukulan yang menjelaskan lagu atau gending yang di mainkan.

Pukulan Nyintud : Pukulan nyintud adalah pukulan yang dilakukan dengan tangan kiri atau tangan kanan memukul dua buah nada yang berbeda. Satu diantara nada tersebut dipukul dua kali secara berturut – turut kemudian diikuti oleh satu pukulan instrument jegogan. Pukulan nyintud sebelumnya disertai dengan pukulan niltil untuk menuju tekanan lagu. Pukulan ini biasanya terdapat pada bagian gending perangrang untuk member tanda saat akan jatuhnya pukulan jegogan.

Pukulan Nyilih Asih : Pukulan nyilih asih adalah salah satu pukulan trompong yang memukul beberapa nada satu persatu. Baik dilakukan satu tanga atau dua tangan secara berurutan atau berjauhan.

Pukulan Nyekati : Pukulan yang banyak melepas dari pukulan pokoknya dan bertemu pada bagian akhir satu pada. Sama dengan mepukul dan ditutup dengan panggul yang biasa terdapat pada perangrang.

Pukulan Ngumad/Ngalad (Membelakangi) : Pukulan ini adalah pukulan instrument trompong yang dilakukan oleh tangan kanan atau tangan kiri yang memukul dengan membelakangi melodi pokok gendingnya yang biasanya dilakukan pada pukulan ngembat/ngangkep dan nyilih asih yang jatuhnya di bagian tengah – tengah dan bagian akhir lagu.

Pukulan Nguluin (Mendahului) : Pukulan nguluin adalah pukulan instrument trompong yang dilakukan oleh tangan kanan atau tangan kiri yang memukul dengan mendahului melodi pokok gendingnya yang biasanya dilakukan pada pukulan ngembat/ngangkep dan nyilih asih yang jatuhnya di bagian tengah – tengah dan akhir lagu.

Pukulan Nerumpuk : Pukulan ini adalah pukulan instrument trompong yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri yang memukul satu nada atau satu moncol yang beruntut silih berganti dalam tempo yang agak cepat.

Pukulan Ngoret : Memukul tiga buah nada yang ditarik dari besar ke kecil.

Pukulan Ngoret Nyilih Asih : Pukulan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri dengan memukul tiga buah nada yang berbeda dan berurutan yang arah nadanya kea rah nada yang lebih tinggi / kecil.

Pukulan Ngoret Ngembat/Ngangkep : Pukulan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri dengan memukul tiga buah nada atau moncol yang berbeda dan berurutan, di pihak tangan kanan memukul dua buah nada dan tangan kiri memukul dua buah nada juga. Satu diantaranya tiga buah nada yang dipukul oleh tangan kiri sama dengan tangan kanan.

Pukulan Ngoret Ngempyung : Pukulan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri dengan memukul tiga buah nada atau moncol hyang berbeda. Tangan kanan memukul dua buah nada dan tangan kiri memukul satu buah nada. Satu diantaranya tiga buah nada yang dipukul oleh tangan kiri berbeda dengan yang dipukul oleh tangan kanan.

Pukulan Netdet : Pukulan netdet adalah nama dari salah satu pukulan trompong yang merupakan pergembangan dari pukulan nyilih asih yang artinya pukulan dua buah nada yang jejer yang saling berganti. Nada yang lebih kecil dipukul dan di tutup oleh tangan kanan dan tangan kiri memukul nada yang besar atau rendah. Pukulan ini biasanya dipakai pada lagu/gending perangrang.

Pukulan Ngandet : Pukulan ngandet adalah pukulan yang dilakukan oleh tangan kanan dan tangan kiri bergantian memukul dua moncol yang nadanya berurutan. Pukulan pencon tangan kanan ditutup dan pukulan tangan kiri dibuka (tidak di tutup).

Pukulan Niltil : Pukulan niltil ini adalah pukulan satu nada dengan tangan kanan atau tangan kiri yang temponya atau layanya makin lama makin cepat. Pukulan ini biasanya digunakan diantara pada salah satu bagian gending Pengalihan atau peralihan ( Perangrang).

Pukulan Makaad : Pukulan makaad adalah pukulan instrument trompong yang memukul tiga buah nada yang arahnya ke kiri atau ke nada yang lebih besar yang dilakukan oleh tangan kanan dua nada dan tangan kiri satu nada.

Demikian penjelasan tentang instrument trompong yang terdapat dalam barungan gong kebyar. Sebenarnya instrument trompong tidak hanya terdapat di barungan gong kebyar, namun pada barungan yang lain juga terdapat, contoh seperti barungan samara pegulingan dan lain-lain. Namun biarpun demikian instrument trompong biasanya kegunaan dan cara bermainnya hampir sama dengan instrument trompong yang terdapat di barungan gong kebyar.

(Sumber : “Jenis – jenis instrumen gong kebyar , Hasil penelitian P. Pande Mustika” )

BANJAR SEKARMUKTI/PUNDUNG

1

Banjar Sekarmukti/Pundung berada di Badung Utara, tepatnya di Desa Pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung. Banjar Sekarmukti/Pundung diapit oleh dua sungai yaitu, di sebelah timurnya adalah Sungai Ayung, dan sebelah barat adalah Sungai Yeh Penet. Banjar Sekarmukti/Pundung bisa dikatagorikan sebagai Banjar yang sedang berkembang, karena di setiap sudit kebun dan sawah telah mulai dibangun bangunan RUKO ataupun perumahan milik pribadi.

Kisah banjar sekarmukti/pundung yang berlokasi di Desa pangsan, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung Provinsi Bali. Tidak ada bukti tertulis (prasasti) yang menyatakan, hanya “tuturan” orang orang tua yang menjadi bahan tulisan ini. Konon Banjar Sekarmukti/Pundung  asal mulanya bernama Banjar “Sekarwetan” sehubungan dengan nama Desa Adat Pangsan yang konon dulu bernama “sekarsari”. Tersebutlah pada suatau saat ada warga dari Banjar Sekarmukti, Desa Plaga, Kecamatan Petang yang datang melintas di banjar sekarwetan. Orang tersebut membawa “memundut  kekuluh” (bumbung bambu berisi air suci), yang tujuannya mengungsi (rarud) menuju Desa Mengwi. Konon oleh salah seorang warga sekarwetan tindakan tersebut di cekal dan tidak diizinkan melanjutkan perjalanannya dan di suruh “jenek” (tinggal ) di banjar sekarwetan untuk seterusnya. Dengan bukti, kini di Sekarwetan ada sebuah pelinggih ( pura) yang disebut Pura Puseh Pingit yang ada hubungannya dengan Pura Puseh Pingit di Banjar Sekarmukti, Desa Plaga, Kecamatan Petang. Catatan  realitas kini antara Dusun Sekarmukti, Desa Plaga tak dapat dipisahkan dengan Dusun Sekarmukti/Pundung dalam hal upacara keagamaan “karya” di pura tersebut. Karena dengan tinggalnya warga Sekarmukti, Desa Plaga itu, maka Banjar yang dahulunya disebut dengan Banjar Sekarwetan, kini berubah menjadi Banjar Sekarmukti/Pundung. Demikianlah secara sepintas kisah asal mulanya nama Banjar Sekarwetan berubah menjadi Banjar Sekarmukti/Pundung. Suber informasi: I Wayan Mareg (kakek)  

Di Banjar Sekarmukti/Pundung juga terdapat sebuah tradisi unik yang disebut Upacara Lampad. Lampad adalah sebuah nasi yang berisikan bahan-bahan vegetarian yang dipersembahkan pada saat hari purnama di Pura Penataran Agung.  Tidak ada bukti tertulis yang menyatakan, hanya tuturan dari mulut ke mulut “tetua” banjar yang menyatakan sebagai berikut. Konon pada suatu hari dalam rangka kerama banjar ngayah  di Pura Penataran Agung yang lokasinya berimpit dengan Pura Puseh Pingit. Secara gaib masyarakat menyaksikan seorang “bocah” (kanak-kanak) turut ngayah dan memberi petunjuk apa-apa yang harus dikerjakan pada saat hari “purnama”. Secara pokok diberi petunjuk sarana upakara yang mesti di suguhkan pada hari purnama, antara lain : Bahan sayur yang mesti diadakan misalnya; jagung muda, “empol”(anak pohon rotan yang masih muda) ,tumbuhan “anti”, dan daun sabo(bahasa local) mirip daun sirih. Sebagai pelengkapnya “rerasmen” disertai dengan kacang-kacangan, dan sayur-sayuran. Semua bahan tersebut di suguhkan di atas nasi beralaskan daun pisang, dan itulah yang disebut Lampad. Upacara ini dilaksanakan oleh kelompok remaja yang sifatnya wajib dan harus terdiri dari kelompok muda mudi ( yang belum kawin). Suber informasi: I Wayan Mareg (kakek)     

Selain Tradisi Lampad, di banjar Sekarmukti juga terdapat sebuah tradisi yang di turunkan turun temurun dari nenek moyang saya. Tradisi tersebut dinamakan upacara Ngendar. Apakah anda tau apa itu “Ngendar”? mungkin kata ini masih asing bagi sebagian orang terutama bagi orang yang bukan penduduk Banjar Sekarmukti. “Ngendar berasal dari akar kata “Endar” yang artinya bubur, diberi awalan ‘ng’ sehingga menjadi kata “Ngendar” yang akhirnya memiliki arti membuat bubur”.  Tradisi ini adalah suatu rentetan upacara dari piodalan di pura Nataran Agung Sekarmukti. Uniknya upacara ini adalah , pada saat upacara Ngendar ini tidak diperbolehkan orang dewasa ikut melakukannya kecuali Daha dan Teruna, karena jika ada orang dewasa yang ikut maka akan terjadi sesuatu yang tidak di inginkan. Adapun sejarah keberadaan Upacara Ngendar yang di tuturkan kakek saya sebagai berikut: Pada suatu hari terdengarlah suara seorang yang sedang menyanyikan kidung-kidung suci dengan suara yang indah. Diperkirakan pusat suara nyanyian yang merdu tersebut berasal dari salah satu pelinggih/gedong di area pura Puseh Pingityang dinyanyikan oleh seorang wanita. Suara nyanyian tersebut sempat terdengar oleh seorang pemuda. Dan akhirnya si pemuda tersebut merasakan ada sesuatu yang membuat hatinya tertarik untuk berjalan mendekati sumber suara dengan magsud untuk mengetahui siapa gerangan gadis yang sedang bernyanyi dengan merdunya. Dalam angan pemuda itu terbayang bahwa gadis pemilik suara indah tersebut berparas cantik dengan keindahan-keindahan fisik lainnya hingga berdebar-debarlah hati si pemuda itu. Karena tidak dapat menahan perasaannya, sang pemuda pun berkata “Aduh merdunya suara nyanyian tersebut! Siapakah gerangan gadis yang menyanyikan lagu itu? Terasa sungguh berdebar jantungku mendengarnya. Andaikan engkau mau menampakan diri kepadaku bagaimanapun rupa orang itu aku akan berkehendak untuk mengambil dirimu sebagai istriku untuk sehidup semati”. Rupanya wanita yang sedang bernyanyi itu mendengar perkataan yang diucapkan oleh pemuda tersebut. Kemudia keluarlah wanita itu dari pelinggih untuk menampakan dirinya kepada si pemuda. Namun setelah pemuda tersebut melihat wanita yang hendak dijadikan istri menjadi kaget karena ternyata yang keluar itu sangat jauh daripada bayangannya. Wanita itu adalah seorang yang usianya sudah agak tua yang memiliki gondok yang sangat besar pada lehernya. Demikian melihat wanita dihadapannya tanpa berkata apa-apa lagi pemuda itu pun lalu pergi meninggalka wanita itu sendiri dan lupa dengan kata-kata yang telah diucapkannya. Dan sejak itu wanita pelantun kidung suci tersebut berjanji tidak akan bersuami atau menikah sampai kapanpun karena merasa dikecewakan. Untuk melupakan kekecewaan dan rasa sakit hatinya ia bersumpah untuk lebih banyak bergaul dengan anak-anak kecil dan mengajarkan cara-cara membuat banten untuk upacara dan jenis-jenis upakara yang diperlukan dalam kegiatan upacara serta mengajarkan pula cara memasak (tahap awal) yang paling sederhana yaitu memasak bubur/endar dan memasak dari bahan tumbuh-tumbuhan lainnya yang selanjutnya dipersembahkan pada piodalan di Pura Penataran Agung. Semenjak itulah masyarakat banjar Sekarmukti selalu mempersembahkan banten endar sesuai dengan petunjuk yang disampaikan oleh wanita yang keluar dari pelinggih/gedong pura Puseh Pingit. Upacara ngendar adalah suatu rentetan upacara yang dilaksanakan pada setiap piodalan di Pura Penataran Agung (tepatnya di pura Puseh Pingit) di banjar Sekarmukti, desa Pangsan ,kecamatan Petang. Yang jatuhnya pada hari Buda Umanis wuku julungwangi atau 15 hari sebelum galungan. Upacara ini dilakukan oleh sekelompok anak yang belum menstruasi yang dinamakan “Juru Endar” yang dibantu oleh saya Daha dan Teruna. Saya Daha dan Teruna adalah suatu organisasi kepemudaan dimana anggota dari organisasi ini adalah para pemuda dan pemudi dari banjar Sekarmukti yang belum menikah. Organisasi ini harus selalu berperan aktif dalam segala keagamaan atau upacara yadnya yang diselenggarakan oleh banjar Sekarmukti termasuk dalam upacara Ngendar. Adapun tugasnya adalah untuk membantu juru endar dalam mempersiapkan sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan Ngendar dan hal-hal lain yang sekiranya ada yang tidak dapat dikerjakan oleh juru endar. Menurut salah satu nara sumber yang saya datangi disebutkan bahwa upacara ini sangat unik dan sakral dimana pada saat ngendar /ngerateng (memasak) tidak ada orang dewasa yang boleh melihat ke pura puseh pingit itu yang letaknya di sebelah utara luwur Pura Penataran Agung. Karena menyebabkan apa yang dimasak semua bisa gosong. Bahkan pemangku sekalipun tidak boleh melihatnya. “Upacara ngendar ini hanya terdapat dan dilaksanakan oleh masyarakat di banjar Sekarmukti”. Ungkap Jero Mangku Nataran yang bernama lengkap I Made Kintil tersebut. Menurut Jero Mangku Nataran bahwa upacara Ngendar dimulai sehari sebelum piodalan sekitar pukul 08:00 pagi yang diawali dengan membuat sarana atau jejaitan untuk perlengkapan upacara itu, seperti canang, taledan, kojong gadungan dan masih banyak lagi. Setelah jejaitanitu selesai, dilanjutkan dengan mempersiapkan alat-alat ngendar seperti beras, ketan, ayam dan lain sebagainya. Ketika semua sarana telah siap, hari pun telah gelap dan para juru endar dipersilahkan istirahat sebelum upacara ngendar dilakukan. Sekitar pukul 02:00 pagi para juru endar dibangunkan, dan siap melakukan upacara ngendar. Diawali dengan memasak nasi, dilanjutkan dengan memasak bubur hingga lauk pauk yang akan mengisi bubur dan nasi itu. Disinilah upacara ini terbilang sakral. Karena pada proses pemasakan ini tak boleh ada satu orang dewasapun yang boleh melihat upacara tersebut. Jika hal itu dilanggar maka semua masakan akan menjadi gosong. Setelah semua masakan terselesaikan dilanjutkan dengan menata ( mentanding) masakan yang sudah jadi itu. Ketika masakan sudah tertata dengan rapi maka selesailah upacara ngendar tersebut.    

 ( Sumber Informan  ;  1. Kakek Saya ” I Wayan Mareg ”  )

           

 

 

 

      

 

 

Read the rest of this entry »

←Older