Fungsi Tari Pendet
- a) Fungsi Tari Pendet Sakral
Tari Pendet dalam tari sakral memiliki fungsi sebagai sarana upacara, dimana gerakkannya yang sangat sederhana. Setiap sikap tangan dengan gerakan tubuh memiliki makna dan kekuatan tertentu sehingga tarian ini tidak hanya menampilkan keindahan rupa atau pakaian, tetapi mempunyai kekuatan sekala dan niskala.
- b) Fungsi Tari Pendet Profan
Tari Pendet dalam tari profan memiliki fungsi sebagai hiburan di masyarakat ataupun untuk menyambut tamu-tamu(Penyambutan Selamat Datang), yang gerakkannya sedikit susah yang lebih anggun.
Ragam Gerak Tari Pendet
- Macam-Macam Gerakan Kaki
Macam-macam gerakan kaki yang disebut “Gegajalan” pada tari Pendet terdiri dari berbagai bentuk seperti berikut :
- Tampak Sirangpada = Telapak kaki sama serong
- Ngembang = Berjalan
- Ngandang Arep = Berjalan ke muka
- Milpil = Berjalan cepat
- Nyregseg = Bergeser cepat
- Macam-Macam Gerakan Tangan
Fungsi gerakan tangan disebut “pepiletan” dalam tari pendet terdapat macam-macam yang sebagai berikut :
- Luk Nagasatru = Haluan tangan berputar ke dalam
- Luk Nerudut = Haluan tangan seiring
Perkembangan Tari Pendet
Sumber inspirasi lahirnya tari Pendet adalah sebuah ritual sakral odalan di pura yang disebut mamendet atau mendet. Prosesi mendet berlangsung setelah pendeta mengumandangkan puja mantranya dan dan sesuai pementasan topeng sidakarya; teater sakral yang secara filosofis melegitimasi upacara keagamaan. Hampir setiap pura besar hingga kecil di Bali disertai dengan aktivitas mamendet. Pada beberapa pura besar seperti Pura Besakih yang terletak di kaki Gunung Agung biasanya secara khusus menampilkan ritus mamendet dengan tari Baris Pendet. Tari ini dibawakan secara berpasangan atau secara masal oleh kaum pria dengan membawakan perlengkapan sesajen dan bunga. Aktivitas mendet yang secara etimologis berasal dari mendak (menyambut) itu, penarinya tak selalu dipersiapkan secara khusus, umumnya dapat dibawakan oleh seluruh partisipan, pria-wanita tua dan muda.
Ketika gamelan sudah melantunkan gending papendetan, mereka yang ingin ngayah mendet; menari secara tulus akan bergantian tampil di halaman suci pura, bisa secara solo, berpasangan, atau juga masal. Para remaja yang masih energik sering dapat disaksikan mamendet dengan menari sesungguh-sungguhnya. Semuanya dilakukan dalam bingkai berkesenian sebagai sebuah persembahan yang bermakna kegirangan menyongsong kehadiran para dewa.
Sebagai seni tari sub kebudayaan Indonesia, tari Bali yang dibawakan kaum hawa itu menjadi jempatan toleransi dalam realita kebhinekaan kita mengapresiasi suatu ekspresi kesenian. Sebagai sebuah nilai estetik dan kultural Nusantara, tari Pendet telah menyemai komunikasi universal dengan bangsa-bangsa lain yang berkontribusi pada harkat dan martabat Indonesian di mata dunia.
Seiring perkembangan zaman, para seniman Bali mengubah Pendet yang dulunya sebagai sarana upacara sehingga berkembang menjadi sarana hiburan semata yaitu ucapan selamat datang”, taburan bunga disebarkan di hadapan para tamu sebagai ungkapan selamat datang. Meski demikian, tarian ini tetap mengandung muatan-muatan sakral dan religius. Tindakan Malaysia yang mengklaim tari pendet sebagai bagian dari budayanya amat disesalkan keluarga Wayan Rindi. Pada masa hidupnya, Wayan Rindi memang tak berfikir untuk mendaftarkan temuannya agar tak ditiru negara lain. Selain belum ada lembaga hak cipta, tari Bali selama ini tidak pernah di patenkan karena kandungan nilai spiritualnya yang luas dan tidak bisa dimonopoli sebagai ciptaan manusia atau bangsa tertentu. Namun dengan adanya kasus ini, mengambil langkah untuk menyelamatkan warisan budaya nasional dari tangan jahil negara lain.
Sejarah Tari Pendet
Sejarah tari pendet sebenarnya sudah ada sejak lama di bali. Tarian ini termasuk yang tertua diantara tarian sejenis yang ada di pulau bali. Dari berbagai sumber yang di temukan tercatat bahwa tahun 1950 adalah tahun dimana terciptanya tarian pendet. Tarian ini diciptakan oleh I Wayan Rindi (? – 1967). Ada dua seniman kelahiran Desa Sumertha, Denpasar bernama I Wayan Rindi dan Ni Ketut Reneng yang menciptakan tarian ini. Merekalah yang mengubah tarian ritual ini menjadi tarian penyambutan bagi tamu yang dilakukan empat orang penari di berbagai tempat termasuk hotel dan tempat resmi lainnya. Rindi merupakan maestro tari yang dikenal luas sebagai penggubah tari pendet sakral yang bisa di pentaskan di pura setiap upacara keagamaan. Tari pendet juga bisa berfungsi sebagai tari penyambutan. I Wayan Rindi adalah penekun seni tari yang dikenal karena kemampuannya menggubah tari dan melestarikan seni melalui pembelajaran pada generasi penerusnya.
Tari Pendet merupakan sebuah tari sajian untuk para leluhur ( Bhatara dan Bhatari). Tari ini dipentaskan di halaman pura, menghadap ke sebuah pelinggih, dimana Bhatara dan Bhatari itu bersemayam. Pendet dilakukan oleh para wanita dengan memakai pakaian adat. Para enari membawa bokor yang berisi canang sari, bunga-bunga dan kwangen. Sebagian diantara mereka juga membawa alat-alat upacara seperti : sangku, kendi dan pasepan. Tari ini dilakukan secara massal dan dipimpin oleh seorang pemangku(pemimpin upacara) dengan membawa sebuah pasepan atau alat pedudusan yang diberi menyan dan dibakar. Pada bagian akhir dari tariannya, para penari meletakkan saji-sajian, canang sari dan kwangen itu pada pelinggih dan ada juga yang menaburkan bunga kepada Bhatari sebagai suatu penghormatan. Tari inidiiringi dengan gambelan gong kebyar.
- Sistem Bahasa
Di desa LukLuk ini penduduknya menggunakan bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa bali yang digunakan dibedakan menurut lawan bicara yang dihadapi, misalnya berbicara dengan Pedanda ( Rsi), Pemangku, Kepala Desa, Orang yang berkasta, dan Orang tua / Orang yang lebih tua menggunakan bahasa bali halus, dan berbicara kepada teman atau orang-orang yang sederajat menggunakan bahasa bali lumrah.
Selain bahasa bali, terkadang penduduknya juga menggunakan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia biasanya digunkan dalam acara yang bersifat resmi atau berada dalam suatu lembaga yang resmi, seperti berbicara dengan guru di dalam kelas, di kantor dan berbicara dengan pejabat dan lainnya.
- Sistem Ekonomi
Sistem Ekonomi atau kegiatan ekonomi yang akan dibahas pada penelitian etnografi ini lebih mengacu pada sistem mata pencaharian hidup masing-masing warga. Sistem mata pencaharian hidup merupakan segala usaha yang dilakukan oleh setiap warga demi memenuhi kebutuhan hidup seperti untuk mendapatkan barang atau jasa. Sistem mata pencaharian ini meliputi, pariwisata peternak, petani ( sektor pertanian ), wirausaha, dagang, dan usaha kecil ( indistri kecil ) yang berupa kerajinan dan lain-lain.
Usaha keci dan kerajinan telah banyak berkembang dan di lakoni oleh masyarak desa ini untuk menunjang kebutuhan hidup mereka, seperti usaha kerajinan laying-layang , took-toko bangunan , kuliner babi guling, pembuatan banten ( sesajen ), kolam pancing yang di buat di sawah-sawah ,Ada juga usaha pembuatan pisau atau pengrajin besi, pengrajin kayu atau pembuat ukiran kayu,dan pembuatan cindramata khas bali. Usaha kecil dan kerajian ini telah banyak menyerap tenaga kerja sehingga masyarakat desa LukLuk tidak banyak yang menganggur karana lowongan kerja dan usaha udah lebih dari cukup untuk memenuhi kehidupan masyarakat.
Dari sektor pertanian, masyarakat desa ini masih banyak yang berprofesi sebagai petani yang sebagian besar adalah orang tua yang dari dulu memang sudah bekerja sebagai petani. Mayoritas petani di desa ini menanam padi, kacang, cabai, jagung, dan semangka. Selain sebagai petani, mereka juga berternak, seperti berternak sapi, bebek dan juga berternak ikan dengan membuat tambak ikan di sawah. Di samping itu ibu-ibu rumah tangga juga ada yang berternak babi untuk menambah penghasilan keluarga.
C.Sistem Pengetahuan
Sistem Pengetahuan sangat berpengaruh terhadap perkembangan suatu desa, karena pengetahuan merupakan penunjang untuk membentuk sumber daya manusia yang cerdas, berprestasi dan mempunyai keahlian di bidang tertentu baik akademik maupun non akademik. Yang sangat penting adalah membentuk mental atau moral yang baik dan mempunyai integritas yang tinggi.
Pendidikan atau pengetahuan merupakan hal utama yang harus diperhatiakan dalam suatu desa, oleh karena itu masyarakat desa yang usia belajar harus atau wajib mengikuti sistem belajar atau menempuh jenjang pendidikan untuk menciptakan generasi bangsa yang cerdas, karena bangsa yang maju adalah bangsa yang sember daya manusiannya atau mempunyai sumber daya manusia yang mapan, dalam artian mapan dalam bidang pendidikan atau pengetahuan.
Untuk menunjang pengetahuan atau pendidikan di desa ini, sudah banyak terdapat sekolah di desa ini yaitu, 1 taman kanak-kanak ( TK ) santi kumara satu ( milik desa ) 4 sekolah dasar ( SD ) negeri, 1 sekolah menengah pertama. Selain itu banyak tempat-tempat bimbingan atau les yang terdapat di desa ini yang ikut membantu sistem pendidikan di desa ini. Ada juga pembinaan-pembinaan (workshop) yang di adakan oleh pemerintah desa mengenai kependudukan maupun kesehtan misalnya, bahaya narkoba, AIDS, dan lain-lain, guna untuk memberi pengarahan atau informasi kepada masyarakat agar mengetahui atau menjauhi hal-hal yang membahayakan diri sendiri dan agar kualitas masyarakat desa atau sumber daya manusianya lebih baik dan berintegritas.
D.Sistem Kesenian
Di desa LukLuk ini kesenian yang ada sangat banyak jumlahnya, mulai dari kesenian yang di warisi nenek moyang sampai kesenian yang bersifat modern. Kesenian yang masih ada sampai sekarang yaitu kesenian Arja, Calonarang, Topeng, Wayang dan lain-lain. Kesenian yang bersifat sakral atau untuk upacara keagamaan misalnya, tari rejang, topeng pajegan, wayang lemah dan lainnya. Dan kesenian yang bersifat hiburan atau untuk hiburan masyarakat yaitu ada Arja, prembon, dan lain-lain. Di setiap banjar di desa ini sudah semua memiliki gamelan, gamelan ini sudah menjadi hal yang wajib dimiliki oleh masing-masing banjar di desa ini, karena gamelan merupakan sarana untuk mengiringi upacara seperti odalan, ngaben dan lain-lain. Macam-macam gamelan yang ada di desa ini yaitu, Gong Kebyar, Gamelan Angklung, Gamelan Balaganjur, dan ada juga Gender Wayang. di desa ini ada beberapa terdapat sanggar-sanggar seni yang di dirikan di banjar ataupun di rumah masyarakat yang bertujuan untuk melestarikan kesenian leluhur dengan mengajak generasi muda untuk menjadi pelaku seni di masyarakat.
E.Sistem Agama
Dalam sistim agama masyarakatnya keseluruhan beragama Hindu. Dalam sistem keagamaan, masyarakat desa LukLuk masih kuat dengan tradisi yang dapat dilihat dengan kegiatan-kegiatan keagamaan seperti mepeed yang di lakukan pada saat piodalan di Pura Khayangan Tiga dan lain-lain.
Setiap desa adat atau desa pekraman di bali memiliki Pura Khayangan Tiga ( Desa, Puseh, Dalem ) begitu juga di desa LukLuk juga terdapat Pura Khayangan Tiga yang bertujuan agar semua anggota desa atau masyarakat desa dalam kehidupan sehari-hari selalu mendekatkan diri kepada Ida Sang Hyang Widi Wasa, dengan melakukan persembahyangan, upacara yandnya, dan lain-lain. Di desa ini juga terdapat setra ( kuburan ), dan juga masing-masing banjar di desa ini mempunyai pura yang masing-masing dikelola oleh warga banjar tersebut.
Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat desa ini tidak lepas dari kegiatan keagamaan, yaitu melakukan yadnya dengan mempersembahkan sesajen berupa banten saiban dan canang. Dalam perayaan hari-hari keagamaan misalnya pada waktu bulan purnama masyarakat akan melakukan persembahyangan di merajan atau pura-pura setempat, dan pada waktu tilem dilakukan mecaru atau mempersembahkan sesajen pada butha kala di masing-masing pintu masuk pekarangan rumah,(angkul-angkul) dan perayaan hari besar keagamaan misalnya hari raya galungan masyarakat desa melakukan persembahyangan ke pura-pura yang ada di desa, misalnya pura khayangan tiga. Pada saat dua hari atau satu hari sebelum pengrupukan dilakukan penyucian petapakan atau prosesi pemandian arca yang sering di sebut melasti yang di ikuti oleh hampir seluruh masyarakat desa. Dan pada hari pengrupukan dilakukan mecaru di pempatan agung yang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat desa LukLuk