bayumahendra on Mei 22nd, 2012

TARI KEKEBYARAN CIPTAAN I NYOMAN I NYOMAN KALER

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Bentuk Tari Kekebyaran Ciptaan I Nyoman Kaler

Pada dasarnya bentuk adalah wujud fisik yang dapat dilihat. Dalam kesenian ada banyak hal yang tak nampak dengan mata seperti suara gambelan, nyanyian, yang tidak mempunyai wujud tetapi jelas mempunyai wujud.

Tari Kekebyaran ciptaan I Nyoman Kaler merupakan wujud yang dibentuk dengan struktur atau susunan yang terdiri dari berbagai unsur, seperti gerak yang terdapat dalam tari, suara yang terdapat dalam music iringan, warna yang terdapat pada tata rias busana sehingga menjadi suatu susunan atau kebulatan.

Adapun tari Kekebyaran ciptaan I Nyoman Kaler memiliki kekhasan gerak tersendiri antara lain :

  1. Sebagai peralihan untuk struktur tari berikutnya terdapat gerakan Ngucek atau Ngeseh.
  2. Terdapat gerakan Ocak – Ocakan dengan tempo sedang atau cepat yang didominir oleh gerakan kaki dan gerakan kepala ( Seledet )
  3. Pada bagian akhir struktur tarinya , baik pada tari Bebancihan maupun tari perempuan terdapat gerakan Pengecet  yang di isi dengan gerakan Pengipuk, penari mendekati pemain kendang dan pemain ugal. Sedangkan tarian karakter perempuan yang diciptakan untuk dua orang penari maka gerakan Pengecet dilakukan berhadap – hadapan.

 

Tari Perempuan

Tari perempuan ciptaan I Nyoman Kaler memiliki cirri antara lain : watak kewanitaan, kebanyakan gerak bersifat lembut, posisi kaki Tapak Sirang berjarak satu genggam, sikap badan  Cangked, dan saat berjalan dengan posisi kaki lurus ke depan.

Jenis tari perempuan ciptaan I Nyoman Kaler antara lain :

  1. Tari Candra Metu
  2. Tari Puspawarna
  3. Tari Bayan Nginte
  4. Tari Kupu – Kupu Tarum
  5. Tari Pengaksama

 

Tari Bebancihan

Tari Bebancihan merupakan suatu istilah yang dipakai menyebutkan sekelompok tari – tarian Bali yng memiliki karakter antara laki dan perempuan yang dapat dilihat pada busana, sikap, serta ragam gerak tarinya. Disamping itu mengandung ungkapan kelaki – lakian dengan posisi kaki berjarak dua genggam serta gerak tari dynamis dan gagah.

 

Fungsi Tari Kekebyaran Ciptaan I Nyoman Kaler

Fungsi tari – tarian Kekebyaran ciptaan I Nyoman Kaler sejak kemunculan hingga saat ini dapat dikemukakan sebagai berkut :

  1. Fungsi hiburan
  2. Fungsi tontonan
  3. Fungsi social
  4. Fungsi ekonomi
  5. Pelestarian budaya

 

Makna Kekebyaran Ciptaan I Nyoman Kaler

Tari Kekebyaran ciptaan I Nyoman Kaler mempunyai makna sebagai berikut :

  1. Sebagai sebuah persembahan
  2. Perwujudan ekspresi seni seorang seniman
  3. Pengayaan khasanah seni pertunjukan
  4. Sebagai wujud transformasi budaya
bayumahendra on Mei 22nd, 2012

Bhagawad Gita

 

Latar belakang peristiwa ‘Bhagawad Gita’ adalah kisah perang Mahabarata yang melibatkan pihak Pandawa dan pihak Kurawa. Pandawa berarti suci dan bersih dengan kata lain simbol ‘kesucian’, Diwakili oleh keluarga pandu yang. Kurawa adalah symbol kekuatan nafsu, amarah, tamak, Kecongkakan dan dengki diwakili oleh 100 keturunan dari Dritharashta secara simbolis medan pertempuran itu sendiri memiliki dua nama, nama asal adalah Dharma Kshetra ( yakni tempat historis & suci ), sedangkan nama yang kedua adalah Kuru Kshetra ( yakni medan pertempuran ). Arti simbolis kedua nama ini adalah : berawal dari kelahiran sebagai bayi yang suci bahagia dan banyak tertawa karena tak mengenal dosa, harus beranjak dewasa dan berbuat banyak dosa sehingga harus berjuang di medan pertempuran agar kembali menjadi bayi yang murni. Jalannya peristiwa Arjuna penengah Pandawa  maju dalam peperangan dan menaiki kereta yang dikusiri oleh Kresna. Menyaksikan bahwa lawan dan kawan yang pada kaki katnya adalah teman, kerabat dan saudara, maka Arjuna menjadi lemah hati dan bermaksud untuk mengundurkan diri dari peperangan. Saat itulah Kresna bergeser fungsi menjadi Sang Guru yang memberi wejangan-wejangan dalam dialog yang disebut dengan ‘Bhagawad Gita’. Inti wejangan Kresna : Manusia (wayang) memiliki dua keakuan yang mendasar, bentuk keakuan pertama adalah aku yang berwujud ragawi, badan kasar yang menjadi wujud lahir ialah manusia, keakuan ini melahirkan banyak keterikatan seperti : negaraku, milikku, mobilku, perusahaanku, istriku dll. Sedang keakuan kedua adalah Aku besar yang berada dalam samudra kalbu manusia, diri yang sejati inilah yang memberi pertimbangan baik dalam diri manusia. Arjuna maju kemedan perang dan menyaksikan keluargaku, kerabatku, temanku, saudaraku harus bertempur dan salah satu pihak akhirnya harus lenyap. Inilah yang memberatkan hati & pikirannya. Keterikatan akan keakuan yang kecil inilah yang mengakibatkan terjadinya duka &  derita, maka Kresna memberi wejangan pada Arjuna agar meninggalkan sifat lemah dan dengan gagah berani harus maju bertempur dan mengalahkan segala keangkara murkaan. Makna yang terdalam manusia, seperti halnya Arjuna, harus berani maju kemedan pertempuran, berpihak pada keakuan yang besar dan dengan gagah berani harus mengalahkan segala keterikatan keakuan yang kecil (yang dipenuhi oleh keangkara murkaan). Peperangan batin ini tidak lah pernah akan berakhir selama hidup manusia.

Dalam kitab Bhagawad Gita ini tertulis bahwa pada saat dimulainya suatu peperanagan para pasukan Pandawa dan Kurawa memakai instrument bunyi tertulis pada BAB I, 1 – 12, 1 – 13 yang berbunyi :

 

 

1 – 12

 

Tasya sanjanayan harsem

Kuru – vrddhah pitamahah

Simha – nadam vinadyoccaih

Sankham dadhmau prataparan

 

Artinya :

Untuk membangkitkan semangat pahlawan Kuru, yang sudah lanjut usia, sebagai patriot meniup trompet, meniup trompet rerangnya kuat – kuat sehingga menderu bagai raungan singa.

 

1 – 13

 

Tatas sankhas ca bheryas ca

Panavanaka – gomukhah

Sahasai vabhyahanyanta

Su sabdas tumulo bhavat

 

Artinya :

Kemudian terompet, gendering dan tambur serta seruling tanduk dibunyikan serentak dengan gemeruh dan gagap gepita

 

Inilah kegaduhan yang ditimbulkan pasukan Kurawa untuk membangkitkan semangat pertempuran, karena sebelumnya telah diawali oleh tiupan terompet oleh kakek Bhisma.

 

a

bayumahendra on Mei 8th, 2012

PENDEKUMENTASIAN TABUH – TABUH BALI KLASIK

( GAMBANG & PEGAMBUHAN )

_Gambelan Gambang

            Para penabuh gambelan gambang di masyarakat, kebanyakan tidak mengenal istilah patutan, tetekep, dan saih. Tetapi sekaa  Gambang di Desa Ngis mengenal adanya 3 macam saih yaitu : saih lima, saih enem, saih pitu. Saih lima dimagsudkan adalah gending yang memerlukan lima nada pokok, Saih enem adalah gending yang memerlukan enam nada pokok. Saih pitu adalah gending yang memerlukan nada pokok tujuh nada.

Dibawah ini di cantumkan nama – nama lagu beserta dengan saih yang dipergunakan :

Saih Lima

  1. Puh Labda
  2. Puh Wargasari
  3. Puh Demung
  4. Puh Sida Sadya
  5. Puh Manda
  6. Puh Rejang
  7. Puh Manakaba

Saih Enem

  1. Puh Cupak
  2. Puh Lilit Ubi

Saih Pitu

  1. Puh Peningkah

 

 

 

 

 

 

 

Gambelan Pegambuhan

Suatu kebetulan bahwa para penabuh – penabuh gambuh masih ada yang mengingat gending – gending Pegambuhan yang pernah dipergunakan pada jaman dahulu karena hilangnya Gambuh berarti kerugian kita semua.

Adapun lagu – lagu gambuh yang masih ada dan masih dapat dilaksanakan oleh penabuh Gambuh Pedungan yaitu :

  1. a.      Jenis lagu – lagu untuk petegakan :
    1. Batel
    2. Tabuh Gari ( ada yang mengatakan tabuh Bugari )
    3. Semambang Bali
    4. Langsing Tuban
    5. Pengecet Sekar Edel

 

  1. b.      Jenis lagu – lagu peengiring tari :
    1. Perong – Condong
    2. Subandar – Kakan-kakan
    3. Sumambang – Puteri
    4. Sekar Gadung – Kadean-kadean atau Arya
    5. Tembung – Arya

 

Dibawah ini disebutkan nama – nama lagu yang disesuaikan dengan tetekep :

  1. a.      Tetekep Selisir
    1. Batel – Tabuh Batel
    2. Tabuh Gari – Tabuh Telu
    3. Sumambang Bali – Tabuh Dua
    4. Pengecet Sekar Eled – Tabuh Pat
    5. Bapang Selisir – Tabuh Bebaturan
    6. Pengecet Anuan – Tabuh Pat
    7. Pengecet Pangarip – Tabuh Pat
    8. Perong Condong – Tabuh Pisan
    9. Subandar – Tabuh Dua
    10. Lasem – Tabuh Telu
    11. Suduk Baru – Tabuh Pisan
    12. Gending Unduk – Tabuh Dua

 

 

 

  1. b.      Tetekep Lebeng
    1. Sumambang – Tabuh Telu
    2. Lengker Cenik – Tabuh Pat
    3. Lengker Gede – Tabuh Pat
    4. Gending Unduk – Tabuh Dua
    5. Biakalang – Tabuh Bebaturan
    6. Tunjung – Tabuh Telu
    7. Sumarada – Tabuh Telu
    8. Barama – Tabuh Telu
    9. Banyak Bandil – Tabuh Dua

 

  1. c.       Tetekep Sundaren
    1. Langsing Tuban – Tabuh Telu
    2. Gadung Melati – Tabuh Telu
    3. Godeg Miring – Tabuh Bebaturan
    4. Jaran Sirig – Tabuh Bebaturan

 

  1. d.      Tetekep Tembung
    1. Tembung – Tabuh Pisan
    2. Bapang Gede – Tabuh Bebaturan

 

Pengelompokan lagu – lagu diatas dapat dilihat bahwa lagu yang memakai Tetekep Selisir paling banyak dan yang memakai Tetekep Tembung paling sedikit. Sedangkan yang memakai Tetekep Baro  tidak ada. Beberapa sumber mengatakan bahwa penabuh Gambuh Sesetan mengatakan bahwa lagu Biakalang dan lagu Sekar Gadung memakai Tetekep Baro, dan lagu Godeg miring memakai Tetekep Tembung sama dengan lagu Bapang Gede untuk Demang, Tumenggung.

 

Mengenai susunan lagu – lagu Pegambuhan tergantung pada jenis dan paileh tari dan untuk itu dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu :

 

  1. a.      Komposisi untuk tari kekerasan
    1. 1.      Kawit dengan bebaturan
    2. Pengawak melodinya berganti – ganti sampai tiga kali kempul
    3. Kembali bebaturan seperti bagian awal

 

 

  1. b.      Komposisi untuk tari manis
    1. Kawit dengan pemalpal
    2. 2.      Pengawak melodinya berganti – ganti tiap kempul
    3. Pengecet melodinya kadang – kadang berganti – ganti beberapa kali
    4. Pemalpal sebagai penutup

 

Lagu – lagu untuk pengiring tariam Patih ( manis ) tidak memakai pengecet, sebab disusul dengan keluarnya prabu.

Lagu – lagu untuk petegakan komposisinya kenyir sama dengan lagu – lagu untuk tarian bagian manis.

Lagu – lagu lelambatan yang berukuran tabuh pat  dalam Pegambuhan belum pernah diketemukan meskipun ada yang mengatakan bahwa tabuh pat didalam Pegambuhan itu ada. Yang dapat kita ketemui sampai sekarang adalah tabuh pat  dalam bentuk pengecet saja.

bayumahendra on Januari 5th, 2012

 

“Panji Semirang”

 

Sinopsis : 

Panji Semirang……

Adalah sebuah nama dari Galuh Candrakirana yang sedang menyamar untuk mencari Raden Panji.

Tarian ini menggambarkan……Pengembaraan Galuh Candrakirana yang menyamar sebagai seorang lelaki untuk mencari kekasihnya Raden Inu Kertapati.

Tarian ini termasuk tari putra halus yang biasa diartikan oleh penari putri.

Tarian ini ciptaan I Nyoman Kaler pada tahun 1942

Komentar :

F Sound system

Pada saat pementasan dimulai suara tidak terlalu jelas terdengar, menyebabkan penari menjadi ragu-ragu bergerak, tapi dari keseliruhan tarian ini sudah bagus.

 

F Lighting

Dari keseluruhan yang saya lihat pada pementasan lampu sangat keras menjadikan para penari tersebut tidak terlihat jelas dan kurang meratanya lighting pada garapan ini.

bayumahendra on Desember 28th, 2011

Biografi Seniman Di Banjar Ketogan

Seniman di atas bernama I Made Mindrawan, beliau berasal dari Br. Ketogan, Taman, Abiansemal, Badung. Beliau terlahir pada 31 Desember 1967, dulu bersekolah di SD 2 Taman sekarang menjadi SD 4 Taman dan lanjut ke SMPN 1 Blahkiuh sekarang SMPN 1 Abiansemal dan SMA 1 Abiansemal, beliau pernah melanjutkan ke perguruan tinggi di ISI akan tetapi berakhir di semester 3 karena menikah. Beliau ini menekuni seni pada masa SMP kelas 3 karena kemampuan yang dimiliki cukup akhirnya beliau mampu melatih di desa – desa pada masa SMA, karena memiliki bakat yang cukup bagus tahun 1993 beliau mengajak sekaa yang dilatihnya mengiringi drama gong, karena pada saat itu drama gong sangat diminati di masyarakat, akhirnya beliau dikenal karena sering mengikuti pertunjukan drama gong. Karena sudah dikenal maka beliau di minta untuk melatih di desa – desa lain seperti Getasan Petang, Beresela Payangan, Pacung Baturiti, Semanik Pelaga, dan masih banyak lagi di daerah lain, semua itu hanya melatih gong kebyar saja, karena beliau melatih di Pelaga akhirnya disanalah beliau mendapatkan jodoh dan lanjut sampai menikah. Karakter dari beliau adalah tegas tapi banyol bisa dikatakan banyol karena kalau materi yang diberi sudah bisa ditangkap baik oleh sekaa yang dilatih maka saat itulah keluar banyolannya bisa disebut itu ungkapan rasa gembira tapi kalau sebaliknya sekaa sangat menakutinya. Keseriusan beliau menekuni seni sampai di seni tari , tari yang pernah di tekuni adalah seni tari prembon, beliau pernah menjadi penasar dan pernah ngayah di pura. Kemampuan beliau dalam berkesenian akhirnya beliau bekerja di Dinas Kebudayaan Kabupaten Badung, pada Pesta Kesenian Bali pada tahun 2008 beliau ikut membina gong kebyar anak – anak, beliau juga pernah ikut memperkenalkan kesenian Bali ke luar negeri yaitu di India dan Prancis, dan pada Pesta Kesenian Bali (PKB) tahun 2010 beliau mengikuti parada drama gong kembali untuk mengenang masa yang membawanya di kenal oleh masyarakat bersama teman – teman pemain drama lainnya. Sekarang ini beliau di sibukkan dengan lomba antar kecamatan se-Kabupaten Badung untuk menyeleksi yang mewakili Badung di ajang Pesta Kesenian Bali ( PKB), karena keseriusan beliau melatih di desa – desa kalau ada desa yang di latihnya mengikuti lomba pasti beliau dengan maksimal melatihnya karena beliau tidak suka dengan hasil yang mengecewakan, beliau juga sudah banyak membuat karya tabuh yang dituangakan di desa – desa seperti angklung, beleganjur, dan gong kebyar, pada tahun 2002 beliau bersama sekaa yang dilatihnya mengikuti lomba dan mendapatkan juara 1 langsung rekaman,karya beliau sudah termasuk di dalamnya dan rekaman tersebut sudah di jual belikan dengan rekaman tersebut beliau makin dikenal di masyarakat luas sehingga makin banyak desa lain mendatangi beliau untuk melatih di desa mereka dan beliau cepat akrab dengan masyarakat di desa tersebut karena keakraban tersebut beliau sampai di ajak menginap karena masyarakat di desa tersebut merasa senang, keakraban tersebut dibalas sekaa dengan membantu kegiatan yang ada di rumah beliau dengan cara menyumbang hasil pangan yang di hasilkan oleh masyarakat di desa tersebut, karena beliau merasakan ketulusan dari sekaa dari desa – desa yang dilatihnya beliau tidak memikirkan ongkos melatihnya beliau hanya menerima seikhlasnya saja beliau tidak mematok ongkos melatih, dari sebab itu banyak sekaa yang merasakan tidak enak tapi beliau hanya ingin keakraban dan sekaa bisa menerima materi  dengan baik dan  utuh sekaligus terus melestarikan seni dan kebudayaan yang ada di Bali.