RESENSI BUKU SENI KEKEBYARAN

This post was written by astamargawa on Mei 13, 2013
Posted Under: Tulisan

 

    I KETUT PANDE ASTA MARGAWA

NIM. 201102008

Judul               : Seni Kakebyaran

Pengarang       : I Wayan Dibia

Penerbit           : Balimangsi Foundation

 

Tebal               : 121 halaman

 

 

 

            Seni Kebyar dibentuk oleh dua suku kata yaitu “seni” dan “kekebyaran”. Seni adalah ekspresi jiwa dari seniman yang diwujudkan menjadi bentuk kesenian tertentu. Kekebyaran berasal dari kata kebyar yang berarti letupan atau sinar memancar dengan tiba-tiba sehingga dapat membuat kita terkejut. Seni kebyar pada awalnya lahir sebagai sebuah ekspresi musikal berupa tetabuhan dengan bunyi keras yang datang secara tiba-tiba, menggelegar dan meledak-ledak. Musik kebyar pertama kali muncul di Desa Bungkulan sekitar tahun 1914. Musik kebyar muncul akibat pengaruh dari musik jazz, sebagai unsur musik barat yang diperkenalkan ke Bali melalui daerah Buleleng. Hal ini membuktikan bahwa gong kebyar telah mengalami proses globalisasi dari sejak awal kelahirannya. Sejak tahun 1930-an seni kebyar telah tersebar ke seluruh Bali dan menjadi pertunjukan yang sangat digemari masyarakat sehingga secara tidak langsung menggeser keberadaan barungan-barungan gamelan kuno yang dilebur menjadi barungan gamelan gong kebyar.

            Gong kebyar dengan tari-tarian kekebyaran telah hidup penuh gairah. Sebagai sebuah perwujudan ekspresi masyarakat Bali masa kini gong kebyar telah memberikan kontribusi yang signifikan  bagi jagat kesenian. Gong kebyar dengan tradisi lombanya, terutama dalam kaitannya dengan PKB telah berkiprah mengawal dan mengangkat prestise para senimannya, banjarnya, desanya, dan juga sanggarnya.           

Meski penulis tidak membuat semua tentang seni kekebyaran, tapi ada yang dijadikan beberapa poin, maka dari itu justru lebih mudah bagi si pembaca untuk memahami isi dari buku tersebut, dan mudah dicerna.  Kelebihan lain dari buku ini yaitu dilengkapi juga dengan gambar seni tari dan gong kebyar. Seperti: gambar-gambar tarian-tarian kekebyaran dan juga gambar tokoh yang sangat berperan bagi seni kekebyaran yang bisa membuat pembaca menjadi tertarik untuk membacanya dan si pembaca mengetahui tokoh-tokoh yang ada dalam seni kekebyaran. Jadi, pembaca tidak merasa bosan kala membaca buku ini.

            Dalam buku ini dijelaskan juga mengenai dampak negative dari berkembang pesatnya seni kekebyaran, yaitu rontoknya Sekaa Gong Sebunan dan Terpojoknya Seniman Alam.gagasan awal untuk membangkitkan sekaa seni sebunan mellui festifal kini sudah menjadi using dan batasan sekaa sebunan juga sudah mulai terkoyak-koyak. Sekaa sebunan kini sudah tidak lagi sebatas banjar dan desa, tetapi sudah melebar ke wilayah kecamatan bahkan kabupaten.

Buku ini pada bagian akhirnya juga disuguhkan beberapa tokoh yang terlibat dalam penulisan buku ini, seperti: I Wayan Rai S (Prof.,Dr.,MA), Pande Made Sukerta (Prof.,Dr.,SKar.,M.Si), Kede Arya Sugiartha (SSKar.,M.Si), I Nyoman Windha (SSKar.,MA), Ni Ketut Arini Alit (SST), I Wayan Mandra Aryasa (Drs.,MA), I Gusti Sudiatmaka Sugriwa (Drs.,MM.,MBA), I Ketut Suwentra (Dr.,Msc), I Ketut Gede Asnawa (SKar.,MA), I Made Bandem (Prof.,Dr.,MA).

Dari sekian banyak dijelaskan, menurut pendapat saya, sajian yang dijelaskan dalam buku ini sangatlah menarik, di mana dijelaskan seni kekebyaran yang ada di Bali, sejarah/ sumber seni kekebyaran, jenis-jenis seni kekebyaran Bali di dalam buku “ SENI KEKEBYARAN”.

.

 

Comments are closed.

Next Post: