TOKOH SENI, Alm I Wayan Kumba

Desember 20th, 2011

Nama : Alm I Wayan Kumba

Lahir ; di Desa Tihingan Kecamatan Banjarangkan Kabupaten Klungkung pada tahun 1938. Beliau adalah seniman karawitan yang serba bisa yang telah mampu mengharumkan desa adat Tihingan Klungkung khususnya dalam bidang seni yaitu seni tabuh atau karawitan. Beliau adalah orang yang penyabar dan banyak disukai banyak orang karena kesabaran dan ketekunan beliau dalam melatih menabuh di masyarakat . Beliau adalah seniman yang tidak pernah sekolah, sejak kecil beliau sudah mewarisi bidang seni atau yang di istilahkan dengan seniman alam tanpa ada yang melatih oleh guru .

 I Wayan Kumba adalah anak pertama dari lima bersaudara putra alm I wayan Rayeg. Beliau sudah menekuni bidang seni sejak masih kecil sehingga dengan keahliannya ini maka timbullah ide dari leluhur-leluhur kami, maka dibentuklah kelompok atau sekaa-sekaa gong utamanya sekaa angklung di desa adat Tihingan. Beliau adalah angkatan pertama saat sekaa angklung di desa adat Tihingan di bentuk. Saat di terbentuk kelompok atau sekaa gong atau angklung ini, para penabuhnya umurnya masih relatip muda boleh digolongkan masih tergolong anak-anak. Dengan rasa sabar dan percaya diri para pembina tabuh sekaa ini ,akhirnya lambat laun sekaa ini bisa berjalan dengan lancar. Sehingga hal inipun tersebar sampai ke puri Klungkung yang waktu itu bertahta sebagai raja adalah  Ide Idewa Agung bahwa didesa adat Tihingan ada sekaa angklung anak-anak.

Pada akhirnya timbullah ide dari raja Klungkung untuk mengadakan perlombaan seperti istilah sekarang lomba angklung di Kabupaten Klungkung. Dengan adanya perlobaan seperti istilah sekarang Festival angklung maka , rakyat Klungkung menyambut dengan sangat gembira. Dalam hal ini terbukti sekaa gong/ angklung desa adat Tihingan lah pertama kali ditunjuk oleh raja Klungkung untuk dilombakan atau di festipalkan melawan sekaa angklung dari desa adat Kamasan Klungkung. Dari hasil perlombaan atau festipal ini maka sekaa angklung  desa adat Tihingan lah yang sebagai pemenangnya. Dengan kemenangan ini , sekaa angklung menjadi terkenal di kabupaten Klungkung dan sekaligus usia para penabuhnya semakin dewasa.

 Dengan bertambah dewasanya usia para penabuh ini terutama I Wayan Kumba akhirnya banyak datang tokoh-tokoh masyarakat dari luar desa Tihingan untuk mencari pembina gong atau angklung kedesa adat Tihingan yang tujuannya untuk membina di tempat mereka. Akhirnya beliau ( I Wayan Kumba ) memberanikan diri keluar untuk membina tabuh. Hal ini terbukti beliau pernah membina di kabupaten Tabanan di banjar Gempinis desa Gempinis Kecamatan Selemadeg Kabupaten Tabanan tahun 1956 . Selanjutnya di banjar Dukuh Pulu Kelodan Kecamatan Selemadeg kurang lebih tahun 1958.Setelah itu beliau membina di banjar Dukuh Pulu Kajanan Kecamatan Selemadag tahun 1960 yaitu membina tabuh Pelegongan. Dari Kabupaten Tabanan, dan pada akhirnya sampailah di Klungkung tepatnya di Kecamatan Nusa penida Tepatnya di Banjar Sompang. Di banjar Sompang inilah beliau membina tabuh pearjaan. Dari Nusa Penida pindah lagi ke Nusa Tenggara Barat (Lombok) tepatnya di banjar  Tanah Met Danginan Kecamatan Gunung Sari Kabuapaten Lombok Barat. Disana Beliau juga membina Gong Kebyar. Tahun 1962. Di Lombok pun banyak beliau pernah membina gamabelan tetapi kami tidak tahu tempatnya. Akhirnya beliau kembali ke Nusa Penida untuk membina pada tahun 1962 tepatnya di Banjar Semaya . Disana Beliau juga membina Tabuh Pearjaan. Setelah dari banjar Semaya kembali lagi kebanjar Sompang untuk membina tabuh pearjaan dan gong Kebyar. Disanalah beliau membina dengan waktu agak lama dengan membina tabuh pearjaan dan gong Kebyar.

 Mungkin Jodoh sudah ditentukan oleh tuhan, pembina yang namanya I Wayan Kumba ini sampai mendapat jodoh disana yaitu mantan penari Arja. Dari hasil Perkawinan ini beliau mempunyai tujuh orang anak diantaranya dua laki-laki dan lima perempuan. Dari tujuh anak yang dimiliki ada tiga anak yang mewarisi bakat orang tuanya diantaranya dua laki –laki dan satu perempuan. Karena terlalu memporsir tenaga untuk membina tabuh di beberapa desa dari tahun 1956 , disampaing usia juga sudah lanjut akhirnya beliau kena serangan penyakit yang menyebabkan beliau sampai meninggal pada tahun 1996 dan kini sudah diupacarakan atau diaben pada tahun 1998. Demikianlah Kisah perjalanan hidup dari I Wayan Kumba (Seniman) yang tak segan –segan mengabdikan ilmu yang dimilki untuk kepentingan orang banyak khususnya seni karawitan.

SEJARAH GAMBELAN SEMARANDANA DI PURA PENATARAN PANDE DESA TIHINGAN KECAMATAN BANJARANGKAN KABUPATEN KLUNGKUNG

Desember 20th, 2011

Bermula dari gambelan bebonangan atau baleganjur saih pitu,akhirnya menjadi gambelan Semarandana. Dulu gambelan Baleganjur merupakan seperangkat gambelan yang sangat terkait dengan hal kegiatan keagamaan, namun karena pengaruh dan sesuai dengan kebutuhan, maka gambelan Baleganjur pun menjadi sebuah barungan gambelan Semarandana. Gambelan Semarandana adalah gambelan yang termasuk gambelan golongan ke tiga atau gambelan golongan baru. Gamelan ini berlaras pelog tujuh nada dengan jumlah bilah dua belas bilah yang di ciptakan oleh alm,bapak Wayan Brata pada tahun 2000. Di desa Tihingan khususnya di pura Penataran Pande terdapat juga sebuah barungan gambelan Semarandana yang dulunya adalah gambelan baleganjur saih pitu. Awalnya sebelum terdapat gambelan semarandana pura penataran pande memiliki sebuh intrumen baleganjur saih pitu yang buat pada tahun 2000 dan diplapas atau disucikan pada bulan Nopember yang bertujuan untuk sebagai pengiring upacara keagamaan.  Dengan perkembangan jaman , para warga ingin menambah instrumen sehingga menjadi barungan yang lengkap. Akhirnya para warga dan penglingsing membuat gambelan Semarandana .Gambelan Semarandana ini pun di buat dengan penggagas jero kelian pura dan penglingsisr pura penataran pande ( Jro Mangku bargawa ) karena sesuai dengan jaman sekarang yang bisa dijadikan multi fungsi atau banyak kegunaan dan tujuan, antara lain seperti: untuk menabuh ngelambat, mengiringin tari-tarian, untuk menabuh Semarpegulingan ,untuk menabuh Angklung.dan lain sebagainya. Karena desa Tihingan adalah desa pariwisata pembuat gambelan atau desa pusat pembuatan gambelan di Bali, tidak mau kalah dengan desa yang ada di daerah lainnya. Maka krama desa pengempon pura penataran pande mencoba untuk membuat gambelan ini sesuai dengan gagasan penglingsir yang telah disepakati untuk dijadikan sebagai sarana dalam mengiringi upacara atau pelengkapan dalam upacara yadnya di pura Penatan Pande. Gambelan Semarandana ini dibuat pada tahun 2006  dengan secara bertahap, mulai dari dua tungguh gangsa pemade, hingga ke instrumen lainnya seperti kantialan,jublag, penyacah, jegogan, terompong, ugal dan reong.  Dana yang digunakan adalah melalui patungan dan sumbangan dari warga pengempon lainnya, Proses pembuatan gambelan ini juga dilakukan oleh pengempon pura dengan sistem gotong royong. Supaya hasilnya menjdi lebih baik, Para pengempon mencari duasa atau hari baik dalam proses pembuatannya. Gambelan Semarandana ini di proses hampir satu tahun lamanya sampai pinis. Ada yang mebuat bilahnya,dan ada yang membuat plawahnya.atau tempat bilahnya. Untuk ukiran pelawah, warga mencari tukang ukir dari desa Angantelu kecamatan Manggis kabupaten Karangasem yang kebetulan tukang ukir ini juga warga pande. Gambelan  Semarandana ini pun di sucikan dan di tempat kan dipura penataran pande dan digunakan setiap emam bulan sekali yaitu pada hari tumpek landep yaitu hari piodalan di pura Penatan Pande. Gambelan semarandana ini mempunyai keunikan tersendiri yaitu terletak pada instrumen reongnya, karena instrumen reongnya yang bentuknya lebih besar dari reong semarandana lainya. Reong ini mempunyai panjang dua meter lelih atau reong terpanjang yang belum ada seperti gambelan Semarandana pada umumnya. Jumlah mencol ini berjumlah delapan belas pencol dengan bentuk pelawah seperti jaro yang diukir dengan ukiran bome.

Halo dunia!

Oktober 12th, 2011

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!