Judul : Geliat seni pertunjukan BALI
Pengarang : I Wayan Dibia
Disain grafis : Arti foundation
Penerbit : Buku arti
Tebal : 188 halaman
Cetakan : pertama , juni 2012
Buku ini menyajikan tentang sebuah gambaran umum tentang perubahan dan pembaharuan seni pertunjukan BALI dari dalam kurun waktu kurang lebih selama tiga dekade terakhir ini, dari awal tahun 1980 sampai dengan tahun 2010 Dengan menjadikan sejumlah genre-genre seni pertunjukan seperti : Pedalangan,Tari,Karawitan,dan Drama terutama di kelompok seni balih-balihan. Sebagai dasar pijak, penulis mengharapkan buku ini mampu menyajikan realita kehidupan seni pertunjukan bali yang selama ini belum banyak di ungkap. Selain itu,didalam buku ini kebanyakan mengenai seni budaya BALI yang selama ini yang lebih banyak menyajikan tentang kreatifitas para seniman bali dari masa lampau dengan menampilkan unsur-unsur eksotik,keunikan ,serta peranan seni di dalam kehidupan masyarakat BALI. Semua ulasan ini belum memberikan tentang gambaran secara utuh atas keberadaan seni pertunjukan di bali.
Karena di dalam seni pertunjukan bali perlu banyak pembelajaran yang mendasar dari satu persatu tentang pertunjukan seni bali. Karena dalam seni pertunjukan bali cukup banyak pembaharuan yang terjadi karena kreatifitas seniman bali banyak perkembangan. Baik dari segi pembaruan yang dinamis serta sifat yang berbeda-beda. Sejak kurang lebih dari tiga puluh lima tahun terakhir , dari awal tahun 1980 sampai dengan 2010 gerak kehidupan seni pertunjukan Bali memperlihatkan berbagai perubahan yang cukup mendasar serta di semarakan oleh munculnya berbagai jenis-jenis karya baru yang menawarkan cita rasa, konsep-konsep,dan pola-pola garap yang menunjukan adanya lompatan atau terobosan kreatif yang cukup berani dalam kreatifitas yang tinggi.namun karya karya yang muncul di era sekarang jugan merupakan proses daur ulang dari bentuk-bentuk karya seni yang pertunjukan yang sudah ada. Walau pun wujud fisiknya tampak berbeda, sesungguhnya secarab konsep artistic,struktur formal, dan prinsip estetik karya-karya tersebut masih sangat melekat dengan genre-genre seni pertunjukan tradisional Bali dari masa-masa sebelumnya. Realita kehidupan seni pertunjukan tradisional yang “minus” karya-karya besar menujukan bahwa dewasa ini perkembangan seni pertunjukan bali tengah kehilangan daya vital kreatifitas dan semangat dobrak inovatif juka tidak mau di katakana mengalami masa ketenggelaman.maka dari itu penulis mencoba menjabarkan dalam buku agar kreatifitas parab seniman bali kembali menggarap suatu seni pertunjukan yang mendobrak,dan memiliki inovasi yang baru.
Kelebihan buku ini yaitu menjelaskan tentang perkembangan seni pertunjukan dan mengkitik tentang perkembangan seni di masai ini.
Kekurangan buku ini adalah kurangnya tentang penjelasan tentang hubungan dari seni pertunjukan secara keseluruhan.
Gender wayang merupakan kesenian klasik yang masih berperan penting di masyarakat terutama di dalam upacara,khususnya dalam upacara agama di bali.namun sejarah gender wayang ini masih belum di ketahui karena masih banyak informasi yangmengalami kesimpang siuran berita karena ada saling keterkaitan dengan beberapa alat dan juga saling mempengaruhi termasuk gong kebyar.
Fungsi gender wayang
Barungan gender wayang merupakan gamelan yang kecil yang dalam satu barungan berjumlah empat alat yaitu pemade dan barangan.Gamelan ini merupakan gamelan yang tergolong dalam gamelan golongan tua. Gamelan ini umum nya di gunakan sebagai pengiring wayanjg kulit,namun kini sudah berkrmbang fungsi nya,bisa juga sebagai gamelan iringan tari dan juga sebagai pengiring vokal.
Tentang gender wayang
Gender wayang merupakan gamelan yang ber bentuk bilah dan bilah itu ber bentuk kotak tipis memanjang seperti kubus atau semacamnya. Jumlah bilah pada gender wayang berjumlah 10 bilah.setiap bilah ter sebut menggunakan resonator yang terbuat dari bambu yang berfungsi sebagai pemantul suara dari setiap bilah. Nada yang di gunakan adalah nada(patet) selendro .dan nada nya berawal dari nada berbilah besar bernada rendah ndang atau ndong dan berakhi di bilah nada yang kecil danbernada tinggi yaitu nada nding atau ndung,tergantung pemain yang memainkan.
Alat pemukul
Gender wayang juga memiliki alat pemukul yaitu panggul yang umumnya berbentuk bulat tipis seperti roda, namun lebih kecil dan mempunyai gagang atau pemegang yang lurus dan panjang sekitar 15 cm,dan memiliki cicin yang umum nya terbuat dari tanduk sapi atau kerbau.cara memegang panggul tersebut adalah dengan cara menjepit gagang panggul di antara jari telunjuk berada di atas dan jari tengahberada di bawah gagang,dan ibu jari berada di blakang jari telunjuk untuk mengunci. cara memainkan gender wayang adalah menggunakan dua tangan dengan cara memukulnya dengan panggul dan di tutup dengan samping tangan,sehingga menimbulkan suarayang merdu.
Tehnik memainkan dan jenis –jenis pukulan
Setiap motif lagu wayang memiliki beberapa irama yang berbeda di setiap motif pukulannya. Pukulan atau gedig gender wayang ber beda dengan gender rambat,karena gender wayang menggunakan teknik yang lbih sulit karena tangan kanan dan tengan kiri ber peran atau berfungsi berbeda. Tangan kanan yang membeberi otekan,melody,atau penghias nada pokok,dan tangan kiri yang berfungsi sebagai irama namun terkadang juga sebagai pokok nada atau pokok melody,dan juga sebagai penghias melody yang sederhana. Barungan gender wayang juga memiliki beberapa style seperti: style sukawati, kayumas, badung dan ada beberapa lagi.setiap daerah atau style mempunyai gending dan jenis pukulan yang berbeda.dan gending yang berbeda pula.namun ada beberapa lagu atau gending yang sama namun tetap juga beberapa pukulannya yang berbeda.
Proses pembuatan
Gender wayang terbuat dari krawang atu kuningan dan namun dengan berubahnya jaman kini ada juga gender wayang yang terbuat dari besi.adapun cara pembuatan nya dengan carakuningan di lebur dan di cetak dengan sedemikian rupa,dan di haluskan dengan grinda dan barulah membentuk nada atau menyetel nada pada bung-bung atau bambu untuk resonansi getaran nada. Setelah nada sudah tersusun dengan benar barulah bung-bung di susun di plawah dan bilah bilah tersaebut di pasang dan di kaitkan satu sama lain.
DI DESA PERING,pertama yang memiliki wayang gender adalah I Made Wardana.gemder ini merupakan gemderv yang ber saih selendro yang menggunakan patutan atau saih buleleng.gender ini di beli di buleleng pada tahun 1952 dengan harga 1500 rupiah.namun sekarang gender ini tidak ada yang mengurus karena keturunan bliau tidak ada yang bisa dan mau untuk melanjutkan kesenimanan bliauI Made Wardana)
Di des Pering gender keduadi miliki oleh i ketut darya Ssn.yang di beli pada tahun 1999 seharga 700 ribu,namun hanya gender yang besar saja,dan belum termasuk barangannya,namun pada tahun 2002 bliau membeli barangannya dengan seharga 1000.000 1 pasang gender bliau berlaraskanb selendero dengan mengambil saih kumbang atarum yang oktafnya sedang.
Posted Under: Tulisan
This post was written by artakesuma on November 7, 2012 Comments (1)
Seni, ritual, adat, agama dan alam sekitar adalah ciri khas kekerabatan masyarakat Bali. Semua berada dalam satu nafas kehidupan bersama. Dalam upacara apa pun – musik, tari, seni rupa, teater, sastra – dan elemen-elemen seni ritual lainnya tak terlepas dari komunitas masyarakat Bali sehari-hari. Manusia Bali terlatih dalam komunitas pro arte seperti itu. Berbeda dengan daerah lain di mana pun – seni adalah kegiatan sehari-hari yang lekat dan tak pernah tanggal dari kehidupan orang Bali. Tak berlebihan
bila dikatakan, bahwa orang Bali itu pada dasarnya seniman semua. Dalam kondisi lingkungan seperi inilah I Nyoman Windha dilahirkan di Banjar Kutri desa Singapadu, Gianyar-Bali, 4 Juli 1956. Seperti manusia Bali lainnya, Nyoman Windha telah akrab dengan suara-suara gambelan dan tembang yang energik, penuh gerak dan keanekaragaman bunyi. Nyoman kecil juga sudah pandai menabuh gambelan sejak anak-anak. Bakat musiknya mulai nampak lebih jelas ketika Nyoman melanjutkan pendidikan di Konservatori Karawitan Denpasar pada umur 17 tahun. Di sekolah seni gambelan itu ia selalu dilibatkan ikut menabuh gambelan untuk pementasan musik maupun tari di muka umum. Tahun 1976 Nyoman melanjutkan studinya di jurusan karawitan Akademi Seni Tari, ASTI Denpasar. Tahun 2005 Nyoman Windha menyelesaikan program studi Master of Music di Mills College California.
Seperti ASKI Surakarta, ASTI Denpasar adalah salah satu ikon sejarah perkembangan seni tradisional berwajah baru di Indonesia. Di sana berkumpul sejumlah empu karawitan Jawa dan Bali yang menjadi mentor para mahasiswa berbakat yang kemudian menjadi pelopor pembaharu semi karawitan, tari dan pedalangan di Indonesia. I Nyoman Windha salah satu diantaranya. Di kampus seni itu Windha bertemu dengan para senior dan rekan seangkatannya yang sedang bergairah, seperti I Made Bandem, I Wayan Dibia, Komang Astita, Wayan Rai, Made Berata, Wayan Suweca, Ketut Suryantini, Made Arnawa, Gede Asnawa – yang ternyata kemudian menjadi seniman pelopor seni tari dan karawitan Bali. Debutnya sebagai komponis diawali pada Pekan Komponis-Dewan Kesenian Jakarta 1983.Tahun 1998 Nyoman Windha diundang untuk kedua kali ke forum bergengsi itu . Pada masanya, forum Pekan Komponis-Dewan Keseniam Jakarta dipandang sebagai gerbang karir para komponis muda masakini Indonesia. Rahayu Supanggah, Al. Suwardi, B. Subono, I Wayan Sadra, Pande Made Sukerta, Nyoman Windha, Komang Astita, Made Arnawa, Gede Asnawa, Wayan Rai, Toni Prabowo, Harry Rusli, Djadug Ferianto, Hadjizar, Elizar Koto, Ben Pasaribu, Nano Suratno, Marusya Nainggolan, – adalah sedikit dari para alumnus Pekan Komponis-Dewan Kesenian Jakarta. Mereka semua menjadi penyebar visi baru musik masakini Indonesia. Dalam khasanah musik Bali saat ini, Windha menempati posisinya yang paling utama.
Sebagai pemain, komponis dan guru musik Bali, Nyoman Windha telah berkali-kali bermain, mengajar dan berkolaborasi dengan para seniman di berbagai pelosok dunia, antara lain di Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Australia, Hong Kong dan Singapore. Puluhan karyanya telah direkam dalam berbagai label studio musik. Diantaranya adalah, Sangkep, Palapa I dan Palapa II, Bali Age, Gita Nusantara, Gerehing Kawulu, Gora Merdawa, Cendra Wasih, Gadung Kasturi, Jagad Anyar, Gita Winangun, Sinom Lawe, Kala Edan, Lekesan, Kaget Atangi, Prawireng Stri dan masih banya lainnya. Saat ini Nyoman Windha adalah dosen untuk karawitan dan komposisi di Institut Seni Indonesia, ISI Denpasar.
Profil
Musik Nyoman Windha bergerak dalam wilayah permainan bunyi dan ritme dengan kecepatan tempo, dinamik dan tehnik tinggi yang melodius. Seorang etnomusikolog Amerika mencatat, bahwa karya-karya Nyoman Windha dibuat untuk berbagai jenis gamelan dan alat musik Bali, utamanya gong kebyar. Benar. Awal abad ke 20, seni kebyar tumbuh dengan pesat dan mendominasi jenis-jenis kesenian Bali lainnya. Seniman dan masyrakat Bali terobsesi dengan tren seni kebyar yang cenderung meminggirkan jenis-jenis seni yang lain. Tapi budaya Bali bukan hanya gong kebyar. Di sana masih ada banyak bentuk seni gambelan, seperti gambelan selunding, gambuh, semarapagulingan, semaradhana, palegongan, saihpitu, bebarongan, gambelan jegog, joged pingitan, joged bumbung, gambang dan sebagainya. Karena perbedaan dasar materi dan bentuknya, berbagai jenis gamelan Bali itu mempunyai karekteristik bunyi, peran dan pendekatan permainan tehnik yang tidak sama.
Selama 30 tahun lebih, Windha menjelajahi wilayah-wilayah musik Bali dengan pendekatan dan cara yang berbeda. Karya-karya Windha yang berjudul Sangkep, Palapa, Bali Age, Simponi Bambu – misalnya – sangat jauh berbeda dengan karya-karyanya dalam Swagatika, Prawirens Stri, atau Gora Merdawa, Gadung Kasturi, Kuda Mandara dan Gerincing Wesi. Materi bunyi, model gambelan, genre budaya dan tingkat ketrampilan memungkinkan terbentuknya berbagai keragaman – tetapi karya-karya Windha tetap mencitrakan keBaliannya yang kokoh hingga hari ini. Hampir 30 tahun lalu ia menulis : “ ……kriteria yang disodorkan kepada kami adalah garapan yang bernafas baru, baik yang masih bertitik tolak dari tradisi atau lepas sama sekali….. Namun titik tolak berangkat kami dari karawitan (Bali) sehingga kami belum mampu untuk lepas sama sekali dari sumber tradisi“. Dengan keberbagaian karyanya, Nyoman Windha tetap berada di sekitar sumber asli budanya. Pembaruan-pembaruannya dilakukan dari dan di dalam Bali itu sendiri. Walaupun begitu, ide dan alam pikirannya tidak hanya berkutat di selingkar wilayah Bali yang sempit. Perjalanan jauhnya ke pelosok-pelosok wilayah budaya yang lain – baik di dalam maupun ke berbagai negara – menyadarkan adanya sesuatu di luar keBalian dirinya. Bali tidak aman, katanya pada forum Art Summit Indonesia 2001. Ia menulis karya The Balinese Bamboo Backlash, sebagai gugatan terhadap keadaan meresahkan musik tradisi Bali yang dianggapnya telah membatu.
Dalam karya Simponi Bambu itu – sama seperti pada karya Bali Age yang menggunakan gambelan selonding – ia sama sekali tidak menggunakan gambelan gong kebyar. Pada karya Jaya Baya (California 2005) Nyoman membaurkan gamelan dengan instrumen biolin, klarinet, tabla dan sebagainya. Karya Rumpun Bambu adalah hasil kolaborasinya dengan pemain jazz Indra Lesmana. Dalam karya itu ia menggunakan gamelan Jegog dan Selonding yang berbaur dengan alat-alat standar musik jazz, seperti piano, gitar, perkusi dan sebagainya. Dalam kolaborasinya dengan pemain jazz etnik Dwiki Dharmawan, Nyoman bahkan menggagas gamelan baru yang diberi nama Gamelan JES. Gabungan gamelan Jegog, Semarapagulingan dan berbagai alat musik jazz etnik tahun 2007 itu ia tandai dengan nama Gunungan. Perluasan wilayah pembauran instrumentarium musik Windha cukup beragam. Namun dalam kenyataan yang sesungguhnya – melalui seni gambelan gong kebyarlah Windha telah menorehkan barbagai masukan yang cerdas ke dalam budaya musik Bali masakini. Keluasan dan keberbagaian modus musiknya menunjukkan, bahwa I Nyoman Windha adalah komponis Bali terpenting saat ini.
Posted Under: Tulisan
This post was written by artakesuma on November 7, 2012 Comments (6)
judul : KUMARA MAS
karya : I NYOMAN WINDHA S.skar.Ma
penyaji : duta kab.gianyar
Alamat :Ds.Belega ,Kec.blahbatuh, Kab.GIANYAR
tahun : 2006
tempat : panggung terbuka ardha candra denpasar.
evend :pementasan penutupan pada pesta kesenian bali 2006
coment:
Ada beberapa komentar yang ingin saya tambahkan pada video yang di up load di you tube ini.
KRITIK :
– Tempat pementasan pada tabuh kreasi “KUMARA MAS” ini terlalu bergema dan tempat penabuh terlalu sempit sehingga ruang gerak penabuh /penyaji kurang bebas dalam menyajikan tabuh ini.karena kondisi panggung penabuh kiurang di manfaatkan .
– Sound system terlalu peka pada instrument melody di antaranya kantil dan gangsa/pemade.
– Soundsystem kurang peka di instrument kendang yang membuat penekanan pada
aksen – aksen kendang tersebut kurang jelas dan menyebabkan kurangnya gebrakan dalam penabuh.
– Sound system malah lebih peka ke posisi penonton senghingga sorak riuh penonton terdengar keras dan membuat lagu kurang jelas.
– Video yang dio upload tidak bagus karena temponya di percepat.itu membuat kurangnya kejelasan pada video dan suara.
– Lighting pada penabu kurang pada penabuh.membuat face atau wajah para penabuh menjadi gelap.
– Kualitas pada gambar video kurang jelas dan kurang jernih,menyebabkan wajah para penabuh kurang jelas.
– Penyajian penabuh kurang rapi dalam membawakan tabuh ini karena tetekes pada saat menutup bilah gambelan kurang.
– Posisi penabuh lebih condong banyak di blakang sehingga ruang gerak penabuh di blakang kurang bebas dan penabuh didepan terlihat kosong,terutama pada posisi kendang.
– Dalam membawakan lagu para penabuh ini masih terbawa emosi sehingga pada saat lagu yang di bawakan telalu keras dan kenyang lempung nya kurang meresap pada rasa di saat penabuh menyajikan.
– Costum penabuh terlalu meriah dan.
SARAN
– Bila bisa di sarankan untuk seterusnya agar sound system lebih di atur folume nya agar bias lagu yang di sajikan bias terdengar jernih dan jelas.sehingga tidak ada suara penonton tidak terdengar dari sound.
– Kamera video kualitas gambarnya lebih bagus dan jernih,agar gambarnya bias jelas di lihat dan enak di pandang.
– Dalam menyusun gamelan atau instrument music agar bias mengaturnya dengan rapi dan agar posisi penabuh enak di pandang di pandang penonton.
– Lighting agar lebih di atur agar tidak fokus pada oenabuh depan saja.
– Penabuh harus bisa mengontrol emosi pada saat menabuh,supaya alur lagu yang di bawakan bisa di resapi oleh penikmat yaitu penonton.
– Pada saat meng upload video agar memperhatika video yang di upload supaya tidak terlalu cepat dan tidak menyimpang dengan penyajian aslinya.
Sekian komentar dari saya,saya ucapkan terima kasih, dan mohon maaf bila ada salah kata.
judul : KUMARA MAS
karya : I NYOMAN WINDHA S.skar.Ma
penyaji : duta kab.gianyar
Alamat :Ds.Belega ,Kec.blahbatuh, Kab.GIANYAR
tahun : 2006
tempat : panggung terbuka ardha candra denpasar.
evend :pementasan penutupan pada pesta kesenian bali 2006
coment:
Ada beberapa komentar yang ingin saya tambahkan pada video yang di up load di you tube ini.
KRITIK :
– Tempat pementasan pada tabuh kreasi “KUMARA MAS” ini terlalu bergema dan tempat penabuh terlalu sempit sehingga ruang gerak penabuh /penyaji kurang bebas dalam menyajikan tabuh ini.karena kondisi panggung penabuh kiurang di manfaatkan .
– Sound system terlalu peka pada instrument melody di antaranya kantil dan gangsa/pemade.
– Soundsystem kurang peka di instrument kendang yang membuat penekanan pada
aksen – aksen kendang tersebut kurang jelas dan menyebabkan kurangnya gebrakan dalam penabuh.
– Sound system malah lebih peka ke posisi penonton senghingga sorak riuh penonton terdengar keras dan membuat lagu kurang jelas.
– Video yang dio upload tidak bagus karena temponya di percepat.itu membuat kurangnya kejelasan pada video dan suara.
– Lighting pada penabu kurang pada penabuh.membuat face atau wajah para penabuh menjadi gelap.
– Kualitas pada gambar video kurang jelas dan kurang jernih,menyebabkan wajah para penabuh kurang jelas.
– Penyajian penabuh kurang rapi dalam membawakan tabuh ini karena tetekes pada saat menutup bilah gambelan kurang.
– Posisi penabuh lebih condong banyak di blakang sehingga ruang gerak penabuh di blakang kurang bebas dan penabuh didepan terlihat kosong,terutama pada posisi kendang.
– Dalam membawakan lagu para penabuh ini masih terbawa emosi sehingga pada saat lagu yang di bawakan telalu keras dan kenyang lempung nya kurang meresap pada rasa di saat penabuh menyajikan.
– Costum penabuh terlalu meriah dan.
SARAN
– Bila bisa di sarankan untuk seterusnya agar sound system lebih di atur folume nya agar bias lagu yang di sajikan bias terdengar jernih dan jelas.sehingga tidak ada suara penonton tidak terdengar dari sound.
– Kamera video kualitas gambarnya lebih bagus dan jernih,agar gambarnya bias jelas di lihat dan enak di pandang.
– Dalam menyusun gamelan atau instrument music agar bias mengaturnya dengan rapi dan agar posisi penabuh enak di pandang di pandang penonton.
– Lighting agar lebih di atur agar tidak fokus pada oenabuh depan saja.
– Penabuh harus bisa mengontrol emosi pada saat menabuh,supaya alur lagu yang di bawakan bisa di resapi oleh penikmat yaitu penonton.
– Pada saat meng upload video agar memperhatika video yang di upload supaya tidak terlalu cepat dan tidak menyimpang dengan penyajian aslinya.
Sekian komentar dari saya,saya ucapkan terima kasih, dan mohon maaf bila ada salah kata.