“A.A RAI KALAM” SENIMAN DRAMA GONG PURI SATRIA KAWAN KLUNGKUNG

Oktober 16th, 2013

 

peuf_20121031_177

A.A Rai Kalam adalah seorang seniman Drama Gong yang berasal dari Puri Satria kawan klungkung, beliau lahir tgl 24 september 1939 , sejak kecil beliau bersekolah di SD 2 pekandelan klungkung dan tamat  tahun 1953 , kemudian melanjutkan ke SMP Negeri 1 klungkung dan Tamat SMP  tahun 1956, kemudian melanjutkan ke SGA dan Tamat pada tahun 1959, Sejak kecil A.A Rai Kalam Bercita-cita menjadi seorang guru, karena kegigihannya semua itu dapat tercapai dan terbukti beliau diangkat menjadi guru di SD wanasari tepatnya tgl 1 maret 1960 dan pensiun tgl 1 oktober 1999,  beliau menikah dengan Dewa Ayu Mayun sekitar tahun 1962 dan memiliki 5 orang putri namun sayangnya  tidak ada satupun anak beliau yang mengukuti jejak ayahnya menjadi seorang seniman drama gong.A.A Rai Kalam sangat dikenal di masyarakat karena kepandaiannya dalam memainkan peran patih anom dan sekaligus menjadi sutradara dibalik cerita Drama Gong namun sekarang beliau sudah berhenti bermain Drama Gong Karena faktor usia dan faktor kesehatan fisik yang memaksa beliau untuk berhenti bermain Drama Gong. Setelah saya melakukan wawancara langsung dengan beliau Pada tanggal 2 oktober 2013, saya mendapat beberapa informasi seputar perjalanan karir beliau dari pertama kali bermain Drama Gong sehingga sampai saat ini beliau masi cukup dikenal masyarakan dan bahkan sampai mendapatkan banyak penghargaan dari pemerintah kabupaten klungkung dan pemerintah provinsi bali.

1.Sejarah Drama Gong dan awal Perjalanan karir A.A Rai Kalam

            Perjalanan karir beliau sebagai Pemain Drama Gong dimulai dari tahun 1964 pada saat itu  terjadi persaingan politik antara PKI dan PNI di bidang seni Budaya PNI memiliki ormas yang Bernama LKN (lembaga kesenian Nasional) sedangkan PKI memiliki LEKRA ( Lembaga Kebudayaan rakyat) akibatnya kedua partai politik mengembangkan seni dalam menurut versinya masing-masing dalam hal ini masing-masing lembaga kesenian membentuk group atau sekaa masing-masing ada berupa janger (PKI) dan janger Marhaen , dan selain janger PNI juga memiliki sekaa parwa,sekaa arja dan lainnya dan itu menjadi cikal bakal terbentuknya Drama Gong yang sampai sekarang kita kenal.

Memasuki tahun 1964 PNI front Marhaenisme dipelopori oleh tokoh-tokoh partai dalam merayakan Hari tani Nasional dibentuklah kesenian Drama yang pada saat itu sudah menggunakan ilustrasi Gong yang dimainkan di Arena bukan dipanggung, sehingga drama gong identik juga dengan sebutan Drama Arena. Tepat pada Tgl 24 september 1964 pada hari ulang tahun Petani Drama Arena dengan ilustrasi Gong tersebut mengadakan pertunjukan perdana di bencingah Puri Satria Kanginan dan di Iringi oleh penabuh dari masyaratkat Puri Satria sendiri, namun harus diakui bahwa pertunjukan Drama Arena tersebut belum bernama drama Gong seperti sekarang, dan pada saat itu A.A Rai Kalam untuk pertama kalinya menjadi Peran Patih dalam Drama Arena tersebut sekaligus menjadi sutradara.

Perkembangan Drama selanjutnya setelah terjadinya peristiwa G30SPKI, situasi tidak aman pikiran masyarakattercekam oleh rasa takut, sehingga berbulan- bulan rakyat haus akan hiburan. Pada saat itu muncul lah Drama Arena yang di iringi dengan ilustrasi Gong kebyar bermunculan dimana-mana dan dikabupaten klungkung muncul 15 kru drama gong.

 

2. Pengalaman berkesan  A. A RAI  KALAM

            A.A Rai Kalam dari  Sejatinya tidak memiliki kemampuan atau bakat menari namun karena adanya kebutuhan lingkungan pada saat persaingan antara partai politik PNI dan PKI timbullah rasa ingin berkarya dalam bidang seni budaya dan beliau mengawali karirnya sebagai pemain drama gong di Puri satria kawan, pada saat itu beliau langsung menjadi Pembina sekaligus menjadi pemeran dan mungkin tepat seperti kata peribahasa “Dimana Tak ada elang kata belalang aku lah elang “ dan di tahun baru 1 januari 1967 drama Gong di puri satria kawan dipentaskan pertama kali di bencingah puri satria kawan, dan dari sanalah beliau mulai dikenal oleh masyarakat. Kemudian ditahun 1970 LISTIBIA provinsi bali, Majelis Pembina dan pertimbangan kebudayaan mengadakan festival Drama gong sebali, dan di ikuti oleh 8 kabupaten, untuk klungkung dalam festival tersebut diwakili oleh kru drama yang dibentuk oleh A.A Rai Kalam yang bernama Tilottama Semara Bumi, dimana  A.A Rai Kalam , ikut sebagai pemain peran patih sekaligus sutradara. Pada waktu pentas tersebut jelasnya sebagai wakil kabupaten Klungkung dalam fesitival drama Gong sebali tahun 1970 itu Drama Gong Tilottama  Semara Bumi klungkung keluar sebagai kru pilihan II. Perlu dijelaskan Sebutannya bukan Kru Juara karena pada saat itu tidak berdasarkan Ranking penilaian Dewan juri tapi berdasarkan pertimbangan lain karena kru Drama yg terpilih sebagai kru pilihan I dianggap berperan dan Berjasa Sebagai Pelopor Lahirnya  Drama Gong berbahasa bali, padahal menurut penilaian dewan juri pemain perorangan yang dianggap pemenang dalam penilaian itu dianggap Kru drama klungkung  meraih 5 juara perorangan antara lain , Pemain putrid,pemain patih agung , dan 3orang dagang tuak dan sutradara. Sedangkan Kru drama Gong pilihan I yang dianggap pemenang juara perongannya kurang dari 5.

Setelah pentas pada bulan Agustus 1970, dalam rangka festival drama gong sebali yang diadakan di Gedung Lila bhuwana denpasar A.A Rai kalam, mulai dikenal oleh penonton dan sesama pemain drama Gong. Pada tahun itu oleh seniman drama gong dari kabupaten Gianyar A.A Rai Kalam, diminta untuk bergabung membuat atau membentuk Kru Drama Gong  gabungan terdiri dari pemain-pemain asal kabupaten gianyar dan kabupaten klungkung dan kru drama yang dimaksud bernama drama Gong Bintang Bali Timur. Dari sana lah nama A. A Rai Kalam makin dikenal oleh penonton Drama Gong, akibat persainga antara sesame Kru Drama gong yang banyakbermunculan di Bali persaingan drama Gong makin ramai dan makin ketat , demkian pula kru drama gong yang manajemennya kurang bagus atau kurang beres drama pula mengalami pasang surut.

Kru drama Gong yg bermunculan di kabupaten lain seperti Drama Gong Puspa anom dari buleleng, kru Drama Gong Kertha Budaya dari kabupaten Badung Drama Gong DKD (Dewan Kesenian Denpasar,Drama Gong Swastika Karya di gianyar dan ada juga kru drama Gong yang Cukup tenar muncul di denpasar dengan nama Swastika Budaya dimana A. A Rai Kalam ikut dipilih sebagai salah seorang pemain patih anom, selain itu beliau juga ikut serta dalam kru drama gong sancaya dwipa dari kabupaten bangli. Dalam proses selanjutnya drama Gong mengalami Pasang surut, dalam Hal ini Bintang Bali timur yang pernah di ikuti dan dibina oleh beliau sendiri mengalami perpecahan tahun 1974 mulailah terbentuk  kru drama baru yang di pimpin dan di sutradari oleh A.A Rai Kalam, dimana pemainnya berasal dari 3 kabupaten yaitu kabupaten klungkung, kabupaten Gianyar dan Kabupaten badung sehingga dinamai Tri loka Budaya.

Melalui kru yg banyak itu lah yang di ikuti oleh beliau makin banyak dikenal orang bahkan sampai keluar bali.  Dan karena pengalaman yang meng lang-lang buana diseluruh wilayah pulau bali pada saat-saat sedang dipuncak petenarannya bersama seke Drama Gong yag di ikutinya rata-rata sebulan A.A Rai Kalam bisa pentas 25 kali atau 25 malam setiap bulannya dan ini berlaku sampai beberapa tahun terutama  bersama kru Drama Gong Bintang Bali timur.

 

3.Penghargaan yang diterima A.A Rai Kalam

Karena pengalaman A.A Rai kalam yang melanglang buana di seluruh wilayah bali bahkan sampai keluar bali,,beliau mendapat bebrarapa penghargaan dari pemerintah kabupaten klungkung maupun pemerintah provinsi bali, adapun penghargaan yg beliau terima antra lain :
1. Piagam Aji Sewaka Nugraha, dari pemerinyah kabupaten klungkung.

2.penghargaan pembinaan dan pengembangan Drama Gong, dari pemerintah kabupaten klungkung.

3. Penghargaan Sebagai seniman Tua , dari pemerintah provins Bali.

4. Piagam Dharma Kusuma Dari pemerintah daerah tingkat 1 Provinsi bali dan piagam Dharma Kusuma merupakan yang paling berkesan dalam hal piagam penghargaan yang beliau peroleh.

 

4.Harapan A. A Rai Kalam Untuk drama Gong kedepannya

            A.A Rai Kalam, berharap Supaya Drama Gong tidak mati harus disesuaikan dengen selera masyarakat namun jangan sampai lepas dari pakem-pakem Drama Gong , Karena Sampai saat ini  peralanan dan perkembangan seni Drama Gong, seperti kehilangan jati dirinya. Dan saat ini sudah muncul Drama gong dengan sebutan Drama gong inovasi, yang sebenarnya menghalalkan segala cara memperkosa kaidah2 drama gong yang tujuannya laku dijual, sehingga bagaimanpun caranya pakem drama gong disesuaikan dengan selera penonton. Dan kepada seniman drama Gong yang muda tolong sadari hal ini jangan sampai drama gong itu benar-benar mati walaupun sekarang ada yang menilai bahwa Drama Gong itu Mati suri mudah-mudahan tidak mati sungguhan, SEMOGA.

Daftar Informan

 

  1. Nama                           : A. A Rai Kalam

Tempat tanggal lahir   : Klungkung,24 september 1939

Jenis Kelamin              : Laki-laki

Alamat                          : Puri Satria Kawan, Dusun Peninjoan, Desa Paksebali,kecamatan dawan ,Klungkung

 

 

PERKEMBANGAN GAMELAN AGKLUNG DI BANJAR WALIANG DESA ABANG,KABUPATEN KARANGASEM

Oktober 16th, 2013

index images 

                    Gamelan  Angklung merupakan seperangkat gamelan yang berlaras selendro yang tergolong barungan madya yang dibentuk oleh instrumen berbilah dan pencon dari krawang, kadang-kadang ditambah angklung bambu kocok (yang berukuran kecil). Dibentuk oleh alat-alat gamelan yang relatif kecil dan ringan (sehingga mudah dimainkan sambil berprosesi). Gamelan Angklung dipergunakan untuk mengiringi upacara keagamaan khususnya upacara pitra yadnya dan ada dua jenis Angklung yaitu Angklung klasik dan Angklung kebyar, Angklung klasik biasanya dipakai untuk mengiringi upacara Ngaben dan Angklung kebyar digunakan untuk mengiringi tari-tarian. Dalam dekade tahun melenium dunia kebudayaan khususnya kesenian mengalami perubahan-perubahan yang sangat mejolok utamanya dalam dunia Seni Karawitan. Perkembangan ini tidak saja membawa perubahan yang positif, tetapi juga membawa pengaruh yang negatif. Penyebabnya bukan mutlak dari pengaruh dunia kesenian, akan tetapi bersumber dari pengaruh global yang terjadi pada dunia modern ini.

Perkembangan gamelan angklung yang berkembang di Banjar Waliang desa Abang, Kabupaten Karangasem membuat masyarakatnya menjadi mengetahui keanekaragaman seni musik di Bali pada umumnya. Seiring perkembangan zaman, masyarakat setempat mulai memikirkan budaya Seni Karawitan  khususnya gamelan angklung yang mereka miliki walaupun sedikit terbatas. Dan mulai sejak itu Gamelan Angklung mulai di munculkan dengan dibentuknya sekaa Angklung Gita Winangun di Banjar waliang.Semakin berkembangnya gamelan angklung di desa waliyang membuat sekaa Angklung Gita winangun  mengalami kemajuan yang sangat pesat terbukti dengan seringnya Sekaa Angklung ini mendapat kesempatan untuk mengiringi upacara  pitra yadnya bahkan sampai mewakili parade angklung kebyar yang pernah dilaksanakan di pesta kesenian bali tahun 2006.

Tujuan penulisan ini tidak lain untuk mengetahui bagaimana perkembangan Gamelan Angklung Kebyar di Desa Waliyang dan adanya sekaa Angklung di banjar waliang hingga saat ini .dan untuk mengetahui keberadaan dan eksistensi Gamelan Angklung yang ada di Banjar Waliyang,desa Abang, karangasem.

 

Sejarah Dan Perkembangan Gamelan Angklung Di Banjar Waliang

Untuk mengungkap perkembangan suatu Barungan Gamelan seperti Gamelan Angklung di banjar Waliang, Kecamatan Abang, karangasem sungguh tidak mudah. Kesulitan-kesulitan yang menyebabkannya adalah kurangnya data-data mengenai gamelan tersebut dan hampir tidak ada data-data tertulis yang memuat tentang gamelan Gamelan Angklung tersebut. Namun demikian dari beberapa informasi anggota sekaa maupun informan-informan luar yang mampu memberikan keterangan mengenai data-data tentang perkembangan dari gamelan Angklung ini.

Menurut keterangan I dewa Ngurah wijaya setelah wawancara yang saya lakukan dirumahnya di banjar Waliyang desa abang tgl 7 oktober 2013, beliau mengatakan sekitar tahun 1968 ada satu banjar sebelum bernama banjar waliyang dan di banjar tersebut terdapat gamelan semar pegulingan namun karena ada permasalahan adat dan terjadi perpecahan, banjar tersebut dibagi menjadi dua banjar sehingga gamelan semar pegulingan yang ada pada saat itu di lebur dan di banjar waliyang barung angklung klasik yang belum begitu lengkap, dan perlu diketahui angklung klasik ini terdiri dari :

b)      6 (enam) buah cenceng kepyak

c)      1 (satu) reong yang bermoncol/pencon 12

d)     1 (satu) tawa-tawa

e)      1 (satu) kempur

f)      1 (satu) kemong

g )    4 (empat)buah gangsa berbilah (terdiri dari 2 gangsa dan 2kantil)

h)     2(dua) jegogan,jublag.

Kemudian Pada kisaran tahun 1968 ini, masyarakat hanya menggunakan Angklung  kklasik ini sebagai pengiring upacara yadnya. Ketika masyarakat melaksanakan upacara yadnya pitra yadnya mereka merasa kurang dengan alat gamelannya, karena gamelan yang dimiliki hanya berupa seperangkat Gamelan Angklung klasik dan. Mulai saat itu masyarakatnya mulai merencanakan (planning) untuk membuat seprangkat Gamelan Angklung yang lebih lengkap yaitu gamelan Gong Angklung Kebyar.

Karena masyarakat hanya memiliki seprangkat Angklung klasik, Sekitar tahun 1980 masyarakat desa waliyang pada saat itu mulai Bergerak untuk bekerjasama membuat gamelan yang lebih lengkap agar menjadi Gamelan Angklung, dan Untuk membeli Gamelan Angklung Kebyar tersebut, Masyarakat desa waliyang menjual tanah milik merajan desa waliyang dan hasil penjualan tersebut dibelikan Instrumen Angklung untuk melengkapi angklung  yang sudah ada dan menjadi Angklung yang lebih lengkap. Dan Gamelan Angklung Tersebut terdiri dari :

a)      9 (sembilan) buah gangsa berbilah (terdiri dari 1 giying/ugal 4 pemade, kantil)

b)      2 (dua) buah jegoan berbilah 4

c)     1 (satu) tungguh reyong berpencon 12 (reong angklung klasik yang sudah dirubah)

e)      2 (dua) buah kendang angklung (lanang dan wadon)

f)       1 (satu) pangkon ceng-ceng

g)      1 (satu) buah kajar

h)      1 (satu) buah gong besar

i)        1 (satu) buah kemong

j)      1 (satu) buah kempur

k)    dan beberapa buah suling

Setelah Gamelan Angklung yang lebih lengkap tebentuk, masyarakatnya mulai berinisiatif membentuk sekaa Angklung dibanjar. Dan Masyarakat banjar waliang mulai latihan angklung dan menurut I dewa gede Utama, setelah saya melakukan wawancara dengan beliau pada tgl 7 oktober 2013 dirumahnya tepatnya di desa Abang, beliau merupakan salah satu anggota sekaa Angklung di banjar waliang,mengatakan, Sejak Ia kecil ia ikut ayahnya Untuk latihan Angklung dibanjar namun Sekaa Angklung di desa Waliyang tidak pernah mencari seorang guru untuk belajar bermain gamelan, orang-orang disana relatif belajar bermain gamelan dengan sepengetahuannya sendiri, namun hasil awalnya memang tidak terlalu bagus, setidaknya masyarakat di waliang bisa bermain gamelan angklung dan membentuk sebuah  sekaa angklung dan sekaa angklung yang ada pada saat itu mampu memiliki beberapa tabuh Angklung klasik yang bernuansa sedih dengan menggunakan Gamelan Angklung.

Setelah memiliki beberapa gending-gending Angklung klasik yang bernuasa sedih, sekaa angklung desa waliyang mulai berinisiatif untuk luas atau kupahan sekitar tahun 1989, dan pada tahun itu bayaran sekaa angklung untuk mengiringi upacara ngaben dari pagi sampai selesai  kira-kira 500rb, dan pada saat itu Masyarakat waliang kupahan keliling, mulai dari desa bugbug, datah, ulakan, dan di desa-desa lainnya. Dan hasil dari kupahan tersebut dibagi rata ke sesama sekaa angklung yang ikut luas kupahan. Karena Seringnya Gamelan Angklung tersebut dipakai Untuk Kupahan Angklung keliling, dank arena manajemen sekaa yang kurang bagus ketika Gamelan Angklung Tersebut Rusak tidak ada pertanggung jawaban dari pihak yang bersangkutan dan karena keterbatasan dana untuk memperbaiki akhirnya gamelan angklung tersebut tidak diperbolehkan lagi digunakan untuk kupahan ditahun 1996 dan akhirnya Gamelan Angklung tersebut  tidak lagi dipakai kupahan. Gamelan angklung tersebut sampai saat ini biasanya hanya dipakai untuk mengiringi Upacara Ngaben Khusus untuk orang yang berasal dari desa waliyang saja.

Setelah beberapa tahun Gamelan Angklung Kebyar Mulai ramai Di kabupaten karangasem, dimana di tiap desa di karangasem banyak yang membentuk sekaa angklung, melihat hal tersebut pada tahun 2000, I dewa Ngurah wijaya,( kelihan sekaa Angklung Gita winangun) dan perlu diketahui Dewa Aji ngurah adalah seorang seniman dari desa Waliyang yang sangat gemar bermain gamelan sejak kecil, selain bermainGamelan Angklung beliau juga sangat Pintar bermain Gender wayang, beliau juga bisa bermain Rindik, melihat potensi penduduk  desa waliyang yang senang bermain Gamelan Angklung beliau Berinisiatif Untuk Membeli satu barung Gamelan Angklung Kebyar, kebetulan Pada saat itu beliau bekerja menjual Prada, dan suatu hari dia mengirim prada ke Rumah temannya di desa blahbatuh Gianyar, kebetulan temannya tersebut adalah seorang pengrajin gamelan, disana beliau melihat ada satu buah barung gamelan angklung yang baru saja selesai dibuat, dan angklung tersebut yang pada saat itu seharga 25 juta rupiah, namun beliau kurang berminat untuk membelinya dan beliau memutuskan untuk memesan satu barung angklung kebyar, namun beliau meminta kepada tukang yg membuat gamelan angklung tersebut agar lubang bilahnya di perbesar sebiji beras dari biasanya, Karena beliau ingin suara angklungnya berbeda dengan angklung biasanya.

Setelah Angklung Tersebut selesai dibuat Angklung Tersebut beliau taruh dirumahnya, dan beliau membentuk sekaa Angklung Yang mayoritasnya adalah penduduk desa waliyang sendiri, Dan sekaa Angklung Tersebut Bernama Sekaa Angklung “GITA WINANGUN” Sekaa ini awalnya memiliki 30 orang anggota.dan perlu diketahui Gamelan Angklung milik I dewa Aji Ngurah wijaya Terdiri dari beberapa Instrumen yakni :

a)      9 (sembilan) buah gangsa berbilah 4 (terdiri dari 1 giying/ugal, 4 pemade, dan 4 kantil)

b)      2 (dua) buah jegoan berbilah 4

c)      1 (satu) tungguh reyong berpencon10

g)      2 (dua) buah kendang Angklung (lanang dan wadon) dan dilengkapi dengan Dua buah     kendang Besar (Lanang dan wadon)

h)      1 (satu) ceng-ceng kopyak

i)        1 (satu) buah kajar

j)        2 (dua) buah gong besar

k)      1 (satu) buah kempur

l)        1buah bebende

m)    1 (satu) buah tawa-tawa

n)      5 (lima) buah suling bambu (suling kecil 2 dan suling besar 2 dan 1 suling kecil)

o)       4 (buah) Angklung kocok

 

Barungan Gong Angklung Kebyar ini sedikit  berbeda dengan Gamelan Gong Angklung Kebyar yang tersebar saat ini di karangasem. Karena gamelan Angklung ini tidak di sertai dengan Kantil Itil-itil yang biasanya terdapat pada angklung kebyar lainya. Berikut adalah Gambar-gambar Instrumen Angklung milik I dewa Aji Ngurah Wijaya :

images

 

     Perjalanan Sekaa Angklung Gita Winangun Desa Waliyang

Setelah Adanya Angklung Kebyar yang di miliki Oleh I dewa Aji Ngurah Wijaya, Penduduk desa Waliyang yang telah membentuk Sekaa Angklung Bernama Gita Winangun menyusun Jadwal latihan, dan setiap malam Mereka latihan Angklung di rumah I Dewa Aji ngurah Wijaya, dan setelah beberapa bulan Terbentuknya Sekaa Angklung ini, mereka memutuskan untuk kupahan Angklung, selain karena Hasilnya yang lumayan dan dengan mereka kupahan Angklung , mereka dapat menjalankan hobi mereka yang sangat senang bermain Gamelan Angklung, Tempat Pertama kali sekaa Angklung gita winangun kupahan Adalah di desa BugBug Karangasem, dmana disana Mereka mengiri Upacara pitra yadnya dari pagi hingga selesai, dan pada saat itu tarif kupahan sekaa Angklung berkisar 1 juta sampai 1,5 juta rupiah, dimana Hasil tersebut dibagi 25 % untuk perawatan gamelan dan sisanya 75 % dibagi Untuk Anggota Sekaa Angklung itu sendiri.

Perkembangan Angklung di banjar Waliyang terjadi dengan Sangat Pesat, merasa bosan dengan Gending-gending Angklung klasik, I Dewa Ngurah wijaya memiliki inisiatif untuk membuat Nuansa Baru dengan membawa Tabuh-tabuh lelambatan kreasi yang biasanya dimainkan dengan Gamelan Gong Kebyar, untuk dimainkan dengan menggunakan Gamelan Angklung, Selain tabuh lelambatan Beliau juga membawa tabuh tari-tarian yang biasanya juga dimainkan dengan Gamelan Barungan Gong Kebyar dan sekarang dimainkan dengan menggunakan Gamelan Angklung, Tari-tarian yang dimaksud mulai dari panyembrahma, margapati, cendrawasih,oleg tamulilingan dan masih ada tari yang lainnya.

Tepat Pada Tahun 2006, sekaa Angklung Gita Winangun desa Abang banjar Waliyang mendapat kesempatan Untuk Mewakili Kabupaten Karangasem dalam Parade Angklung Kebyar pada Pesta kesenian Bali yang ke 28 . Dimana Kreterianya Terdiri dari 1 buah gending lelambatan kreasi yang dibawakan dengan Gamelan Angklung, 1 buah tari penyambutan, 1 tabuh kreasi dan 1 tari kreasi. Sekaa Angklung Gita winangun membawakan Tabuh Pat lelambatan kreasi yang berjudul Chandradhiyani dimana Tabuh lelambatan ini digarap oleh I wayan cenik dari desa selat duda, Karangasem, untuk Tari Penyambutan Sekaa Angklung Gita winangun membawakan Tari penyambutan kreasi baru dengan judul tari Ragekusuma dimana iringan tari penyambutan kreasi Ragekusuma digarap oleh I wayan cenik , dan Untuk tabuh Kreasi Sekaa Angklung Gita winangun membawakan Tabuh Kreasi dengan Judul Sukma Gurnita dimana tabuh kreasi ini digarap oleh Iwayan cenik dan I dewa Ngurah wijaya, kemudian Untuk Tari kreasi Sekaa Angklung Gita winangun membawakan Tari kreasi dengan Judul Gebug Ende “ dimana TAri ini merupakan Tradisi dari Desa Seraya karangasem dan iringan tari kerasi Gebug Ende digarap oleh iwayan cenik bersama I Dewa Ngurah wijaya.

Pada Parade Angklung kebyar yang dilaksanakan pada Pesta kesenian bali yang ke 28 tahun 2006, sekaa Angklung Gita winangun banjar Waliang,desa Abang,Karangasem mebarung dengan Sekaa Angklung yang berasal Dari Desa Tegak Kabupaten Klungkung. Dan pada Parade Angklung kebyar tersebut  Sekaa Angklung Gita Winangun Tampil Memukau dan mampu mencuri perhatian penonton yang hadir di kalangan Ayodya Art Center denpasar yang turut hadir untuk menyaksikan Parade Angklung Kebyar pada Pesta kesenia bali yang ke 28 tahun 2006. Setelah mewakili Parade Angklung Kebyar Sekaa Angklung GitaWinangun masih terus berkembang,dan hingga sekarang sekaa Angklung Tersebut Masih aktif dan sering kupahan di desa-desa dikabupaten karangasem.

Kesimpulan

Jadi perkembangan Gamelan Agklung di BanjarWaliyang Desa Abang, kabupaten Karangasem  mengalami peningkatan dari tahun ketahun. Ini membuktikan masyarakatnya sudah memperhatikan kebudayaan yang dimilki oleh masyarakat Waliang, dari masyarakat yang hanya memiliki Angklung klasik, kemudian berkembang lagi menjadi Gamelan Angklung dan Hingga adanya Gamelan Angkung Kebyar dan terbentukya sekaa Angklung hingga sampai saat ini di Banjar waliyang,Desa Abang Karagasem masih tetap di pertahankan.

 

 

Daftar Informan

 Nama              : Idewa Aji Ngurah Wijaya

TTL                    : Karangasem, 18 juli 1964

Pekerjaan       : Satpam, pertamina Manggis, Karangasem

Alamat            : Banjar Waliang, Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem.

 

Nama               : I dewa Rai Utama

TTL                 : Karangasem,31 desember 1954

Pekerjaan      : Petani .
Alamat           : banjar waliang kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem.

 

 

 

 

Gamelan

Mei 14th, 2013

Gamelan adalah ensembel musik yang biasanya menonjolkan metalofon, gambang, gendang, dan gong. Istilah gamelan merujuk pada instrumennya / alatnya, yang mana merupakan satu kesatuan utuh yang diwujudkan dan dibunyikan bersama. Kata Gamelan sendiri berasal dari bahasa Jawa gamel yang berarti memukul / menabuh, diikuti akhiran an yang menjadikannya kata benda. Orkes gamelan kebanyakan terdapat di pulau Jawa, Madura, Bali, dan Lombok di Indonesia dalam berbagai jenis ukuran dan bentuk ensembel. Di Bali dan Lombok saat ini, dan di Jawa lewat abad ke-18, istilah gong lebih dianggap sinonim dengan gamelan.

Kemunculan gamelan didahului dengan budaya Hindu-Budha yang mendominasi Indonesia pada awal masa pencatatan sejarah, yang juga mewakili seni asli indonesia. Instrumennya dikembangkan hingga bentuknya sampai seperti sekarang ini pada zaman Kerajaan Majapahit. Dalam perbedaannya dengan musik India, satu-satunya dampak ke-India-an dalam musik gamelan adalah bagaimana cara menyanikannya. Dalam mitologi Jawa, gamelan dicipatakan oleh Sang Hyang Guru pada Era Saka, dewa yang menguasai seluruh tanah Jawa, dengan istana di gunung Mahendra di Medangkamulan (sekarang Gunung Lawu). Sang Hyang Guru pertama-tama menciptakan gong untuk memanggil para dewa. Untuk pesan yang lebih spesifik kemudian menciptakan dua gong, lalu akhirnya terbentuk set gamelan.

melaluiGamelan – Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas.

Gangsa Dalam Barungan Gong Kebyar

Mei 12th, 2013

 

Instrument Gangsa

Gangsa

instrument gangsa adalah instrument yang mempunyai jumlah bilah 10(sepuuh) buah dengan susunan nada sebagai berikut :
nada rendah :ndong,ndeng, ndung,ndang, nding
nada tinggi   : ndong,ndeng,ndung,ndang nding
Dalam barungan gong kebyar gangsa dapat dibedakan menjadi 2,yaitu gangsa pengumbang (polos) dan gangsa pengisep (sangsih).
Tehnik permainan gangsa

Gangsa dimainkan dengan tangan kanan dengan menggunakan panggul,kemudian bilah-bilahnya ditutup sesuai dengan suara yang di inginkan. Teknik ini juga digunakan pada instrument lain dalam gong kebyar  yang sifatnya menggunakan alat bantu seperti panggul,dll.
Tehnik pukulan pada gangsa disebut gegedig.
Keberadaan Instrumen Gangsa

Instrument gangsa digunakan tidak hanya dalam barungan gambelan gong kebyar saja, tetapi instrument gangsa juga dapat ditemukan dalam barungan semar pegulingan yang menggunakan 7(tuhuh) nada dan semarandana yang menggunakan 12(duabelas) nada yang terdiri dari nada tinggi dan rendah.
Nada gangsa dalam barungan  gong kebyar menggunakan laras pelog(selisir) dan nada gangsa dalam barungan semar pegulingan dan semarandana menggunakan laras pelog(selisir) dan selendro(tembung).
Gangsa dalam tabuh kreasi
Dalam memainkan tabuh kreasi yang di kemas secara modern, instrument gangsa menjadi instrument yang lumayan rumit  untuk dimainkan karena instrument gangsa kaya dengan teknik tetekep dan teknik pukulan yang menarik. Misalnya teknik pukulan ngempyung, yaitu teknik yang memainkan 3(tiga) nada secara bersama-sama. Teknik pukulan ini mulai dikembangkan kurang lebih dari tahun 90-an sampai sekarang dan menjadi teknik yang sangat susah untuk di pelajari
Tehnik Pukulan lain Dalam permainan gangsa
  • pukulan ngoret adalah memukul tiga buah nada yang ditarik dari nada yang rendah ke arah nada yang lebih Tinggi.
  • pukulan ngerot adalah teknik memukul tiga buah nada  yang  ditarik dari nada tinggi ke arah nada yang lebih rendah.
  • pukulan netdet adalah memukul dan menutup satu nada yang secara beruntun dari tempo yang pelan ke tempo yang lebih cepat.
  • Pukulan neliti adalah memukul kerangka atau bantang gending secara polos dalam arti tidak berisi fariasi
  • Pukulan oncang-oncangan adalah Pukulan yang melompati beberapa buah nada.
  • Pukulan ngantung adalahpukulan yang tidak mengenai tempo.
  • Ngubit yang dimaksud ngubit adalah kotekan
  • Nyogcag adalah pukulan yang tidak teratur.
  • Asu nuntun aji adalh pukulan yang mendahului melodi pokok gending.Nyekati adalah pukulan yang banyak melepas dari pukulan pokoknya dan bertemu pada akhir satu pada
  • Pukulan ngecek adalah memukul dan menutup satu nada saja, dimana biasa di mainkan oleh kesemua nada tersebut.
  • Pukulan gegejer  yang berarti bergetar artinya memukul satu buah nada dengan menambah variasi getaran saat memukulnya.

Fungsi Gangsa

  • Memberi angsel-angsel
  • Membuat jalinan motif-motif tertentu
  • Mengisi Rongga-rongga Antara Pukulan penyacah dan jublag

Babad Bali – Selonding

April 15th, 2013

Gamelan Selonding yang terbuat dari besi ini berlaras pelog tujuh nada ini tergolong barungan alit yang langka dan sangat disakralkan oleh masyarakat desa Tenganan Pegringsingan dan Bongaya (kabupaten Karangasem).

Gamelan ini dimainkan untuk mengiringi berbagai upaya adat Bali Aga yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat dan untuk mengiringi tari Abuang, Perang Pandan (Makare-karean) dan lain-lain.

Di kalangan masyarakat Tenganan Pagringsingan gamelan Selonding diberi nama Bhatara Bagus Selonding. Sejarah munculnya Selonding dikaitkan dengan sebuah mitologi yang menyebutkan bahwa pada zaman dulu orang-orang Tenganan mendengar suara gemuruh dari angkasa yang datang secara bergelombang. Pada gelombang pertama suara itu turun di Bongaya (sebelah timur laut Tenganan) dan pada gelombang kedua suara itu turun didaerah Tenganan Pagringsingan. Setelah hilangnya suara itu diketemukan gamelan Selonding (yang berjumlah tiga bilah). Bilah-bilah itu kemudian dikembangkan sehingga menjadi gamelan Selonding seperti sekarang.

melaluiBabad Bali – Selonding.