PERANAN SENIMAN DALAM MASYARAKAT
Seni merupakan kegiatn yang tejadi oleh proses “cipta-rasa-karsa”. Tidak sama tetapi tidak seluruhnya berbeda dengan sains dan teknologi,maka ciptaan dalam bidang seni mengandung pengertian terpadu antara kreatifitas ,penemuan (emotion, feeling).
Seniman adalah orang yang mempunyai bakat seni danberhasil menciptakan dan mempergelarkan karya seni ( Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembaangan Bahasa, 1988: 817). Senimn dapat disejajarkan posisinya dengan para agamawan dan golongan cendekiwan . apabila berbicara mengenai peranan seniman ( seni ) dalam masyarakat indoesia,maka hal itu tidak dapat dipisahkan dari pembicaraan tentang peranan senimn dalam masyarakat indonesia yang sedang membangun. Pembangunan nasional menghendaki terciptanya suatu pembangunan yang seimbang dalam arti bahwa pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat indonesia.
Konsepsi berkesenian bagi seniman –seniman dalam masyarakat indonesia yang sedang mengalami proses moderenisasi ini memang masih cukup beragam. Di pulau Bali sampai sekrang belum dijumpai sebuah istilah dalam bahasa daerah yang menjadi pedanaan kata seni dalam bahasa indonesia. Kegiatan berkarya seni dikaitkan dengan kiat dan ketrampilan tertentu yang didalam bahasa bali disebut “juru” atau tukang. Juru gambel adalah sebuah sebutan yang digunakan untuk menamakan para seniman yang pandai memainkan gambelan, atau para tukang yang pandai membuat gambelan. Pregina adalah sebuah istilah yang dugunakan untuk mereka yang ahli tari,sedangkan undagi adalah bahasa daerah yang digunakan untuk untuk menyebutkan ahli- ahli atau arsitek tradisional.
Sampai sat ini seniman bali menganggap bahwa kata seni yang ada sekarang adalah bahasa Indonesia dan kemungkinan berasal dari bahasa Belanda “genie atau bahasa Latin”. Mungkin hal ini salah satu konsep yang membedakan para seniman bali dengan seniman daerah lain, dimana mereka selalu melihat kegiatan kesenian terpisah dari kehidupan dan menempatkan kata seni sebagai istilah yang yang dimulai dengan huruf besar “ S ” atau “ A ” dalam istilah Art (bahasa inggris).
Dalam kaitan dengan seni pertunjukan Indonesia, Soedarsono menggolongkan tari-tarian Indonesia menjadi tiga golongan yaitu tari upacara, tari pertunjukan, tari hiburan (Soedarsono, 1972: 23). Antoni Forge dalam bukunya yang berjudul “Baliniase Tradisional Painting” membuat tipologi lukisan Bali berdasarkan kegunaannya sebai lukisan tabing, lukisan langsai,lukisan ider-ider,lukisan langit – langit, kober dan lontek.
Adapun konsepasi-konsepasi keseimbangan yang menjadi pegangan bagi seniman Bali dalam mewujudkan karyanya ialah :
- Konsepasi Dharma
- Konsepasi Rwa Bhineda
- Konsepasi Tri Hita Karana
- Konsepasi Kharma Phala
- Konsepasi Etos Kerja
- Konsepasi Desa Kala Patra
- Konsepasi Taksu dan Jengah
Untuk dapatnya seniman lebih berperan di masyarakat pemerintah perlu meningkan pembinan dan pengembangan kesenian bangsa dengan memupuk dan merangsang kreatifitas seniman,membina aktufitas organisasi kesenian melalui wadah organisasi tradisional seperti desa, banjr, seka-seka. Untuk meningkatkan apresiasi masyarkat tentang kesenian dan memupuk rasa bangga terhadap hasil IPTEK dan seni bangsa di masa lampau. Warisan budaya berupa kesenian klasik ( tradisional ) perlu di selamatkan, dipelihara dan di tingkatkan peranannya.
TARI BALI SEBUAH SIMBOL
MASYRAKAT BALI
Tari Bali merupakan bagian penting dari kehidupan masyarakat Bali yang sudah di warisi sejak zaman lampau. Untungnya bentuk karya seni itu sebagian besar masih terpelihara sampai sekarang yang kehidupannya didukung oleh agama Hindu Dharma. Penelitian mengenai tari bli sudah bnyak dilakukan oleh para cendekawi dan seniman baik yang bersal dari luar negri,mupun yg berasal dari dalam negri.
Pada tahun 1948 seorang komponis dan musik bangsa-bangsa yang benama Colin McPhee menulis sebuah artikel tari bali yang berjudul Dance in Bali yang diterbitkan dalam majalah Dance Index VII dan tulisan singkat ini juga mengandung informasi yang cukup luas mengenai tari Bali. McPhee mengetahui gambeln bali secara baik, mampu mengungkapkan berbagai kaitan antara tari dan gambelan Bali.
Jhon Martin seorang kritikus dan ahli teater bangsa Amerika menulis usulan tentang kesenian Bali dan Jawa berkunjung ke New york pada tahun 1938. Tulisan yang berjudul East Indies Troupe in Amerika Debut: Bali and Java Dencers dimuat oleh New York Times pada tanggal 28 oktober 1939 mempunyai pengaruh besar dalam perkwnalan kesenian Bali dan Jawa di Amerika Serikat bentuk tari Bali yang disebutnya sebagai tjoerik ngaras sudah tiada bekasnya dalam perkembangan tari bali yang ada sekarang.
Tari Bali Sebuah Simbol Masyarakat Bali kami ajukan dengan tanggapan bahwa tari bali memiliki rekaan dualitas,yaitu aspek dalam (aspek mental) dan aspek luar ( aspek fisik) . Dorongan simulasi dan transpormasi dan kesatuan dari dengan masyarakat (aspek dalam) bentuk fungi dan sumber gerak arti simbolis dari gerak dan alat-lat yang digunakan, serta kaitannya dngan penabuh,kalangan dan waktu pementasan (aspek luar). Konsepsi – konsepsi yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai dalam hidup seprti aturan- aturan khusus hukum dan norma. Masalah mengenai hakekat hidup manusia (MH), masalah mengenai hakikat dari karya manusia ( MR ),masalah mengenai hakekat dari hubungan manusia dengan alam sekitarnya ( MW), dan masalah mengenaihakekat dari hubungan manusia dengan sesamanya ( MM )