Sejarah Tari Wiranjaya

This post was written by aridarmayasa on April 9, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

TARI WIRANJAYA

Tari Wiranjaya merupakan salah satu tari kekebyaran . Tari Kekebyaran meliputi berbagai jenis tarian tunggal, duet, trio, kelompok dan sendratari. Tari-tari ini dikelompokan sebagai Kekebyaran bukan hanya karena diiringi dengan gamelan Gong Kebyar, namun karena gerakannya yang dinamis dan bernafas kebyar. Oleh sebab itu, dalam kelompok ini terdapat Tari Lepas dan Sendra Tari. Tari Lepas adalah tari-tarian yang jangka waktu pentasnya relatif pendek, tidak berkaitan (terlepas-lepas) antara yang satu dengan lainnya, baik yang bercerita maupun tanpa cerita.( Tari kekebyaran, Bali Galang ).Tari Wiranjaya ini hampir sama dengan Tari Truna Jaya. Akan tetapi ada sedikit perbedaan yang membuat kedua tarian ini terlihat beda. Kesamaan yang terlihat meliputi gending – gending kekebyaran yang hampir sama, dan dari segi ragam geraknya pun hampir sama. Tarian Wiranjaya ini hampir tidak diketahui oleh masyarakat, karena kalah pamor dengan tari Truna Jaya.Namun jika tari ini dipentaskan, antusias masyarakat yang menonton terbilang cukup besar

Asal Mula Tari Wiranjaya

Diawali dengan sering diadakan kegiatan mebarung atau pertandingan Gong Kebyar di Buleleng antara  Dangin Njung dengan Dauh Njung (antara Buleleng Barat dengan Buleleng Timur) yaitu antara desa Jagaraga ( Buleleng Timur) dengan desa Kedis  (Buleleng Barat).Menurut I Putu Sumiasa bahwa kegiatan mebarung tersebut biasa dilaksanakan untuk memeriahkan acara gelar seni pada pasar malam, dan hari-hari kebesaran,17 Agustusan. Pada saat mebarung belum ada nama tari Trunajaya dan tari Wiranjaya, yang ada hanya tari Kebyar Buleleng, versi Dangin  Njung dan Dauh Njung. Kemudian, sesudah ada tari Trunajaya dan Palawakya dari Dangin Njung yang diciptakan oleh I Gede Manik (alm), maka pementasan yang dilakukan pada saat mebarung hanya memetaskan 2 buah tarian saja yaitu Tari palawakya dan Tari Trunajaya

Desa dauh Njung pada awalnya jauh tertinggal dari Desa Dangin Njung, rasa bosan mulai dirasakan oleh masyarakata sekitar. Yang hanya bisa menonton dua buah tarian saja. Setelah itu muncul keinginan I Putu sumiasa bersama dengan Pamannya yang bernama I Ketut Merdana untuk membuat sebuah tarian yang digunakan untuk mewakili kesenian dari Desa Dauh Njumg, tarian ini dinamakan Tari Wiranjaya. Tari ini diciptakan pada tahun 1957, pada saat Bapak I Putu Sumiasa baru menyelesaikan Sekolah SMEA Negeri di Jogjakarta.

Dengan diciptakannya Tari Wiranjaya ini mengakibatkan tumbuhnya rasa bangga masyarakat Dauh Njung, karena pada saat kegiatan mebarungan, Desa Dauh Njung mempunyai tarian yang mewakilkannya. Pada saat itu Tari Palawakya dibawakan oleh Dauh Njung dan Dangin Njung sebagai tari pembuka, Untuk Tarian yang berikutnya yang dipentaskan adalah Tari Wiranjaya oleh Dauh Njung dan Tari Truna Jaya oleh Dangin Njung.

Untuk Tabuh atau gending Tari Wiranjaya juga diciptakan oleh I Putu Sumiasa bersama Pamannya. Tabuh dari Tari Wiranjaya ini mengadopsi kekebyaran Buleleng yang hampir sama dengan Tari Truna Jaya. Gerak Tarinya pun mengadopsi dari Tari Truna Jaya. Menurut I Putu Sumiasa . Bapak I Putu Sumiasa juga menuturkan bahwa pemakaian tabuh yang menyerupai Taruna Jaya karena ingin menunjukan kekentalan dari cirri khas kekebyaran Buleleng.

 

Tari wiranjaya tergolong kedalam tari bebancihan. Menurut Sumiasa menyebutkan bahwa synopsis dari Tari Wiranjaya sebenarnya tidak pernah dibuat. Beliau juga mengatakan pada awal penciptaan Tari Wiranjaya beliau tidak memikirkan cerita yang diangkat sebagai synopsis, synopsis itu ada karena pada saat beliau diundang untuk pentas di Taman Izmail Marzuki Jakarta tahun 1963. Dan disana beliau ditanyakan tentang sinopsisnya, segera beliau berfikir dan mengatakan, “ Tari Wiranjaya mengisahkan dua putra pandu yaitu Nakula dan Sahadewa yang sedang belajar memanah di Pasraman yang dikelola oleh Bhagawan Tamba Petra”.

Ragam Gerak tari Wiranjaya

Tari wiranjaya merupakan tari kekebyaran yang ditarikan oleh dua orang penari putrid. Struktur tarinya sama dengan tari Truna Jaya dan Tari bali pada umumnya. Adapun struktur tari dan ragam gerak Tari wiranjaya adalah

  1. Papeson

Tayung Truna Jaya, Agem kanan, Nyalud, nyogroh(nergah), Agem kiri, ngoyod, nabdab gelungan, ngunda, putar, ngeseh, gelatik nut papah.

Gerakan yang menjadi cirri khas Tari Wiranjaya pada bagian Papeson adalah :

–          Gerakan nyogroh( nergah ) yang dilakukan kekanan ataupun kekiri dengan tangan dalam posisi agem dan satunya dalam posisi nepuk dada.

–          Gerakan nabdab Gelungan yang dilakukan dengan kedua tangan, dengan telapak tangan menghadap keatas.

–          Gelatik nut papah yang dilakukan setelah gerakan ngeseh yang hanya dilakukan sekali, kekanan, maupun kekiri, dengan posisi tangan nepuk dada.

  1. Pangawak

Nyalid, gelatik nut papah, agem, nyalud, ngeliput, ngepik, ngumbang, ngunda, putar, kebyar seperti Truna Jaya.

Gerakan yang menjadi cirri khas Tari Wiranjaya pada bagian Pangawak adalah :

–          Ngumbang yang dilakukan menghadap blakang, dengan aksen nudnik menggunakan ujung kaki kiri.

–          Gerakan ngunda yang dilakukan sambil berputar

  1. Pengecet

Ngoyod,ngeliput, putar, ngoyod, ngenjet, ngiluk, ngembat, duduk, agem, ngenjet, ngepik, ngeseh, tanjek panjang

Gerakan yang menjadi cirri khas Tari Wiranjaya dalam bagian pengecet adalah :

–          Gerakan kaki seperti ngenjet yang digabung dengan gerakan menengok dengan posisi kipas ngepel.

–          Gerakan ngoyod kekanan dan kekiri yang dilakukan dengan volume yang lebih besar, dengan gerakan mengenjet, posisi tangan seperti nabdab gelungan, dilakukan bergantian.

Kostum dan Properti

Adapun Kostum yang digunakan dalam tari wiranjaya adalah :

  1. Kepala

–          Destar kuning yang diprada

–          Kerucut

–          Petitis

–          Gruda Mungkur

–          Lenter

–          Rumbing

Pada bagian belakang destar dibentuk menyerupai gelungan baris yang berbentuk segitiga, dengan ujung destar dibawa diatas telinga diurai kebawah, bagian depan memakai petites, dan destar dibentuk seperti janggar dan pada bagian samping ditambahkan lenter.

  1. Badan

–          Bapang ( Badong )

–          Gelangkana atas

–          Gelangkana bawah

–          Sabuk prada

–          Tutup dada

–          Ampok – ampok

–          Panah

Bapang yang digunakan menyerupai bapang tari bebancihan

Untuk panah yang dipakai adalah menyerupai tempat anak panah dan anak panahnya, di letakan dibelakang.

  1. Bagian Bawah

–          Celana Kuning

–          Kain kuning Prada

–          Gelang kaki

Disini juga terdapat perbedaan dengan tari truna jaya, tari wiranjaya tidak memakai lelancingan kesamping, akan tetapi memakai kain dengan cara lelancingan depan, dan setengah dibawa kebelakang.

Properti yang digunakan adalah kipas atau  kepet

Comments are closed.