Gamelan selonding adalah alat musik yang terbuat dari besi dan berlaraskan pelog 7 nada. Gamelan selonding berasal dari Karangasem, tepatnya di desa adat Tenganan Pegringsingan, alat musik ini dimainkan oleh 7 orang dan menggunakan panggul di kedua tangan kanan dan kiri si pemain. Gamelan selonding pada umumnya terdiri dari peenem, petuduh, nyong-nyong ageng, nyong-nyong alit, gong, dan kempur dengan tehnik permainan gegucekan, rereyongan, dan sekatian. Tehnik-tehnik ini berkaitan dengan gending yang dimainkan seperti gending Rejang ngucek yang memakai tehnik ngucek, gending Sekar gadung memakai tehnik lente, Rejang reyong memakai tehnik rereongan, dan gending Sekati memakai tehnik sekatian. Selain keunikan dari Gamelan Selonding di Bebandem, selonding ini juga bisa untuk mengiringi Yadnya yaitu Dewa Yadnya, Rsi Yadnya,Pitra Yadnya, Manusia Yadnya dan Butha Yadnya. Gamelan Selonding memiliki sandaran yang sangat berpengaruh bagi perkembangan Karawitan Bali. Gamelan Selonding sebagai “puncak-puncak budaya’’, sekaligus merupakan arsip dari kegiatan bermusik nenek monyang dimasa lampau yang diciptakan pada saat jiwanya dalam keadaan damai, indah dan agung, yang dilandasi dengan kesucian dan ketulusan hati yang mendalam sebagai wujud persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Nilai-nilai luhur kehidupan nenek moyang di masa lalu perlu digali kembali dan dikembangkan demi memelihara dan menegakan citra serta martabat dan untuk menapak langkah selanjutnya di masa depan.
Keberadaan Gamelan Selonding yang ada di Desa Bebandem yang diprakarsai oleh I Wayan Pande Tusan, yaitu salah satu sastrawan yang meneliti tentang Gamelan yang sudah ada sejak zaman Bali kuna. Gamelan Selonding tersebut di rencanakan dari tahun 1993 dan di buat juga pada tahun tersebut, pada awal pembuatanya, juru pande (si pembuat) masih mengalami beberapa hambatan karena pada waktu itu si pembuat yaitu I Wayan Widia salah seorang pande besi yang menekuni Gamelan Selonding belum tahu betul tentang bagai mana wujud, tata nada dan instrumentasi gamelan tersebut. Secara repertoar gamelan Selonding yang ada di Desa Bebandem sebagian besar merekonstruksi gending – gending Selonding yang sudah hampir punah di beberapa desa kuno di Kabupaten Karangasem. Repertoar asli Desa Bebandem yang merupakan hasil dari transpormasi gending – gending yang ada pada gamelan Gambang di Desa Bebandem yaitu gending Bhatara Mabiasa dan Dukuh Dayang. Transpormasi tersebut hanya mengambil gending pokok pada instrument Gambang, sedangkan tekniknya disesuaikan pada kebutuhan permainan selonding.
Repertoar Gamelan Selonding di Desa Bebandem dapat dikelompokan menjadi fungsi instrumental dan pengiring tari fungsi instrumental repertoarnya yang terdiri dari gending Geguron, Geguron Rangga Tatating, Bhatara Mabiasa, Dukuh Dayang, Landung Locog, dan Sudhamala. Pengiring tari repertoarnya yang terdiri dari gending Anda Sahat, Rejang Manda, Rejang Asep, dan Pendet Abuang. Meskipun repertoar – repertoar tersebut dikelompokan, repertoar pengiring tari bisa juga dimainkan pada fungsi instrumental.
Pada Gamelan Selonding mengenal dengan berbagai nama saih, dan gamelan Selonding itu sendiri disebut gamelan saih pitu karena mempergunakan tujuh nada dalam instrumentnya. . Berikut nama – nama saih, repertoar pada gamelan Selonding di Desa Bebandem yaitu: Saih pitu, Saih nem, Saih lima, Warga sari, Tunjung biru, rarangwangi, rarangwangi, Sinom, bali, malat, cupak, Anda sahat, Dukuh dayang. Repertoar atau gending yang disajikan dapat dikelompokan menjadi tiga kelompok berdasarkan tradisi Desa Bebandem yang telah dilaksanakan adalah sebagai berikut:
a. Kelompok Pemungkah yang berpfungsi sebagai pembuka upacara saat upacara akan dimulai yang terdiri dari gending geguron, dan geguron rangga tatig.
b. Kelompok Puja yang berfungsi sebagai pengiring upacara, mulai dari pemangku mepuja, mendak Ida Bhatara (upacara melastian di pura), sampai upacara selesai terlaksana. Gending – gending yang dimainkan pada kelompok ini terdiri daribhatara mabiasa, anda saat, landing locog, dukuh dayang, rejang asep, rejang manda, dan pendet abuang.
c. Kelompok Shidakarya yang berfungsi sebagai pemuput upacara. Gending yang dimainkan pada kelompok ini adalah gending sudahamala, gendingini dimainkan ketika masyarakat Desa Bebandem melaksanakan persembahyangan dan nunas tirta.
Teknik Permainan Gamelan Selonding di Desa Bebandem
Teknik permainan adalah cara atau teknik sentuhan pada alat musik atas nada tertentu sesuai petunjuk atau notasinya (Pono Banoe, 2003: 409). Dari segi teknik gamelan Selonding di Desa Bebandem memiliki empat teknik permainan yang terdiri dari teknik lungidan, nyogcag, ngundir, dan ngubit. Teknik permainan tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.
1) Teknik Lelungidan
Teknik ini merupakan salah satu yang dipakai dalam gamelan Selonding di Desa Bebandem yang di adopsi dari Desa Bugbug. Secara musical memilikipola dan alur yang sudah baku pada setiap permainan masing – masing instrumennya. Teknik Lelungidan ialah permainan ritme yang tersusun dengan melodi yang menggunakan pola yang sama pada instrument menanga dan gangsa pemade, namun pada instrument jegog dan suir tetap memainkan fungsionalnya. Teknik ini digunakan pada repertoar dukuh dayang (Wawancara dengan I Wayan Widia dan I Wayan Pande Widiana, tanggal 18 Oktober 2017).
2) Teknik Nyogcag
Teknik Nogcag merupakan teknik yang khusus dipakai dalam satu repertoar yaitu Bhatara mabiasa yang hanya digunakan pada instrument gangsa pemade. Secara musical teknik nyogcag permainannya melompati satu nada yang berawal pada nada mbat (nada yang sama dalam satu oktaf) mengarah ke bagian susunan nada – nada tengah dan kembali lagi ke nada mbat pada satu instrument yang memakai system on beet dan off beet (Wawancara dengan I Wayan Widia dan I Wayan Pande Widiana, tanggal 18 Oktober 2017).
3) Teknik Ngundir
Teknik ini merupakan teknik yang dipakai khusus pada instrument suir yang digunakan pada salah satu repertoar yaitu Bhatara Mabiasa. Teknik ngundir merupakan dimana permainan polos sangsih menggunakan system on beet dan off beet pada nada yang sama (Wawancara dengan I Wayan Widia dan I Wayan Pande Widiana, tanggal 18 Oktober 2017).
4) Teknik Ngubit
Teknik ini merupakan teknik yang dipakai pada beberapa repertoar dengan permainan menggunakan sistem jalinan yang jenisnya disesuaikan dengan kebutuhan setiap repertoarnya. Teknik ngubit biasanya digunakan pada instrument gangsa pemade yang satunya menggunakan jalinan polos dan satunya lagi menggunakan jalinan sangsih. Salah satu contoh dapat temukan pada gending Bhatara Mabiasa dan Sudahamala (Wawancara dengan I Wayan Widia dan I Wayan Pande Widiana, tanggal 18 Oktober 2017).