Upacara Pemijilan Ida Bhatara Ngertha Gumi dilaksanakan di Desa Pakraman Selat setiap 10 (sepuluh) tahun sekali. Menuju Puncak Karya ada beberapa tahapan persiapan yang dilaksanakan yakni Ngaku agem karya lan mejaya-jaya, Mlaspas, Melasti Agung, Tabuh Gentuh, Nyepi Adat (Sipeng), Nyanjang atau nuasen karya, mepepada barulah Puncak karya Pemijilan Ida Betara Ngertha Gumi. Setelah 10 tahun berlalu (2008) kini upacara ini kembali digelar tentunya dengan segala persiapan yang matang. Puncak Upacara Ngertha Gumi dilaksanakan pada tanggal 16 Maret 2018 di Pura Gaduh Sakti dan Pura Bale Agung Desa Selat. Makna upacara ini adalah pemujaan kepada Ida Bhatara Sakti Ngertha Gumi dan Ida Ratu Putera Piyagem. Keistimewaan atau keunikan dari pelaksananaan upacara ini terlihat pada prosesi nuwur Ida Bhatara Sakti Ngertha Gumi dan Ida Ratu Putera Piyagem dari Pesimpenan Pura Gaduh Sakti menuju Pura Bale Agung. Sebelumnya Ida Ratu Putera Piyagem dituwur dari tempat disimpannya menuju Pura Gaduh Sakti. Dalam prosesi ini disiapkan lantaran atau alas berupa tikar yang diatasnya diisi kain putih sepanjang ± 900 m dari Pesimpenan Pura Gaduh Sakti sampai ke Pura Bale Agung. Diatas lantaran tersebut ditaburi ajengan / nasi berikut runtutan bebantenan sesuai pembagian areal yang telah ditetapkan untuk masing-masing banjar adat atau patus dan dadia sepanjang jalan yang dilalui.
Setelah persiapan lantaran usai tibalah pada puncak karya yang disebut Pemijilan Ida Bhatara Ngerta Gumi yakni nedunang (menurunkan) Ida Bhatara Sakti Ngerta Gumi dan Ida Ratu Putera Piyagem dari Pesimpenan di Pura Gaduh Sakti untuk katuran / diusung menuju Pura Bale Agung dengan melewati lantaran yang sudah disiapkan. Bagi masyarakat yang mengusung Pretima Ida Bhatara Sakti Ngerta Gumi dan Ida Ratu Putera Piyagem berjalan diatas tumpukan nasi pada lantaran tersebut.
Setelah melewati lantaran sampai ke Pura Bale Agung kemudian Ida Bhatara Sakti Ngerta Gumi dan Ida Ratu Putera Piyagem kemudian nyejer / melinggih di Pura Bale Agung selama 37 (tiga puluh tujuh) hari. Selama nyejer di Pura Bale Agung setiap banjar adat ataupun dadia yang ada di Desa Selat menghaturkan aturan pengayar dan pemereman secara bergilir. Selain itu banyak pula masyarakat desa penyanding atau luar desa pun pedek tangkil (bersembahyang/menghaturkan persembahan). Setelah 35 hari, Ida Bhatara Sakti Ngerta Gumi dan Ida Ratu Putera Piyagem disthanakan di Pura Puseh selama 7 (tujuh) hari. Sebelumnya juga dipersiapkan lantaran yang akan dilewati menuju Pura Puseh yang diatasnya ditaburi beras kuning. Setelah prosesi 42 (empat puluh dua) hari berlangsung tiba saatnya Ida Bhatara mesineb (kembali ke Pesimpenan) menandai rangkaian upacara usai. Lantaran juga disiapkan namun hanya ditaburi dengan beras kuning sepanjang jalan yang dilewati menuju Pura Pesimpenan masing-masing.
Upacara Ngerta Gumi yang dilaksanakan di Desa Selat memiliki berbagai makna yakni sebagai sebuah ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat melimpah yang telah diberikan, makna kebersamaan dan solidaritas terlihat sepanjang proses berjalannya upacara sangat jelas kekompakan dan kebersamaan masyarakat Desa Selat mempersiapkan dan mengerjakan tahapan demi tahapan upacara. Selain itu juga menjadi sebuah pelestarian terhadap tradisi warisan leluhur yang sampai saat ini masih tetap dipertahankan.