Jagul Kendang

Jagul kendang adalah pola-pola kendang lanang-wadon yang memiliki keterikatan satu sama lain sehingga menciptakan suatu kesatuan yang dinamis. Kendang yang digunakan pada video tersebut adalah jenis kendang jedugan berdiameter 31 cm, 30 cm.

Biasanya pola kendang seperti ini digunakan pada komposisi tabuh kreasi, dan balaganjur. Adapun pola-pola seperti ini kadang memunculkan kesan tersendiri terhadap suatu karya.

Gamelan Sekar Langon

Gamelan sekar langon adalah ganelan yang diciptakan oleh Jro Dalang Nardhayana, S.Sn, M.Fil H. Beliau merupakan seorang seniman wayang, arja, dan karawitan dari Desa Belayu, Marga, Tabanan. Gamelan ini diciptakan kurang lebih pada tahun 2008. Gamelan sekar langon adalah gamelan hasil dari perkembangan dari gamelan semara pagulingan yang memiliki fisik badan fisik yang berbeda. Dimana yang di maksud sekar langon adalah sekar yang berarti bunga, sedangkan langon berarti kelangen (rasa hanyut/ terhayat). Yang membedakan gamelan ini dengan gamelan lainnya adalah pada motif ukiran dari gamelan semara pagulingan biasanya menyerupai ukiran gamelan gong kebyar, namun pada gamelan Sekar Langon memiliki penyangga bilah yg menyerupai bentuk gamelan Gender Wayang.

https://youtu.be/puA3leNP8Wo

Nada yg dimiliki oleh gamelan ini juga cenderung berbeda dan terkesan ke nada jawa. Menurut Jro Dalang Nardhayana, gamelan ini memiliki tangga nada diatonis dengan oktaf rendah dan tinggi. Kini gamelan Sekar Langon difungsikan sebagai media untuk mengiringi oementasn Wayang Kulit Inovatif Cenk Blonk Blayu.
  Adapun pembagian nada dari masing-masing instrumennya yang meliputi:

Gender rambat = deng-deung (16 bilah)
• deng, deung, dung, dang, daing, ding, dong, deng, deung, dung, dang, daing, ding, dong, deng, deung.

Pemade = deng-deung (16 bilah)
• deng, deung, dung, dang, daing, ding, dong, deng, deung, dung, dang, daing, ding, dong, deng, deung.

Jublag = daing-daing (10 bilah)
• daing, ding, dong, deng, deung, dung, dang, daing, ding, dong.

Jegog = ding-ding (8 bilah)
• ding, dong, deng, deung, dung, dang, daing, ding.

Adapun instrumen lainnya yang meliputi: sepasang kendang krumpungan dan jedugan, tawa-tawa, kajar krenet, kecek rincik, kemong, gong, kempur, klenang, dan suling.

GUWA WIJAYA

Guwa Wijaya
Merupakan senjata berupa panah sakti yang akan menjadi kematian dari Prabu Kumbakarna. Saat perang Ramayana, panah Guwa Wijaya dilesatkan oleh Prabu Rama demi melepaskan penderitaan Prabu Kumbarna yang saat itu dalam kondisi tanpa lengan dan tanpa kaki. Namun Prabu Kumbarna merasa bersyukur, ia telah tewas di medan perang demi membela tanah air, dan membalaskan dendam kedua anaknya.
Guwa Wijaya menjadi titik pijak untuk berfikir dan mengekspresikan sifat tajam, kuat, dan terfokus bagaikan anak panah yang kini kami yiangkan dalam sebuah komposisi tabuh Balaganjur yang memiliki ciri serupa.
Penata tabuh: I Wayan Arik Wirawan, S.Sn, M.Sn.
Penata gerak: Ngurah Krisna Murti, S.sn

Surat Cinta Untuk Starla “cover” Suling Bali dan Gitar Akustik

https://youtu.be/C1y4ztWpGws

Salah satu karya kami dalam mengkolaborasikan media musik tradisional dan musik modern. Media yang kami gunakan adalan suling bali, dan gitar akustik. Dalam karya ini kami menggunakan tangga nada B pada kunci gitar.

Teknik dalam memainkan suling sangat berpengaruh kepada kesamaan pada lagu asli dari karya yang kami Cover. Seperti pada teknik menuntup lubang dengan jari, dan tiupan-tiupan dari sirkukasi angin ke permukaan lubang suling sangatlah menjadi kreatifitas si pemain.

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!