Gamelan Gender Wayang dan yang di kenal di bali pada umumnya memiliki tiga style atau gaya yaitu gaya Sukawati, Buleleng, dan Badung. Tunggguhan gender atau yang lebih dikenal dengan gamelan Gender Wayang keberadaannya menyebar hampir diseluruh penjuru pulau Bali. Gender Wayang adalah sebuah instrument yang digunakan untuk mengiringi upacara keagamaan di Bali seperti pada upacara Dewa Yadnya untuk mengiringi pertunjukan Wayang Gedog(wayang lemah) dan pada upacara Manusa Yadnya mengiringi prosesi potong gigi (mepandes) dan banyak lagi fungsinya terhadap upacara yadnya di Bali. Begitu luas manfaat dan fungsi dari keberadaan gamelan Gender Wayang tersebut bagi kehidupan ritual religius dari masyarakat Bali. Adapun nama gending Gamelan Gender Wayang pada video ini yaitu Sekar Sungsang, style Badung (kayumas). Pada umumnya Jalan sajian gending-gending gêndér wayang
pada umumnya dimulai dengan bagian atau bagian pengawak untuk gending yang bagian kawitannya menjadi satu dengan pengawak. Hampir semua gending gêndér wayang, pada bagian pengawak-nya dimainkan secara berulang-ulang sesuai dengan kebutuhan. Pada gending Sekar Sungsang ini terdiri dari 2 bagian. Pada bagian 1 gending ini permainan berbagai pola ubit-ubitan dan melodinya ditempatkan pada oktaf tinggi/kecil. Lalu dilanjutkan dengan sedikit penyalit, dan pada bagian 2 bermain pada oktaf rendah/besar, dengan pola komposisi yang sama hanya dengan memindahkan permainan pola gending pada nada yang lebih rendah. Berikut adalah penjelasan beberapa teknik pukulan pada gamelan gender wayang :
1. Eka Sruti, Yaitu pukulan tunggal yang hanya memainkan satu tangan dalam satu nada. Teknik pukulan ini biasanya terdapat pada pengrangrang.
2. Candraprabha, Candraprabha merupakan sebuah teknik pukulan yang berjarak satu nada antara tangan kanan dan tangan kiri.
3. Padasuara, yaitu teknik pukulan yang berjarak dua nada dan dipukul secara bersamaan.
4. Danamuka, adalah teknik pukulan yang berjarak tiga nada yang dipukul secara bersamaan.
5. Anerang Sasih, adalah sebuah teknik pukulan yang berjarak empat nada yang biasanya dilakukan secara bersamaan dengan memukul nada yang sama dalam oktaf tinggi dan oktaf rendah.
6. Anerang Wisaya, merupakan teknik pukulan yang berjarak lima nada dengan memukul nada yang berbeda secara bersamaan atau bergantian antara tangan kiri dan tangan kanan.
7. Gana Wedana, merupakan teknik pukulan yang berjarak enam nada. Terkadang dilakukan secara bersamaan atau bergantian sesuai dengan jenis gending yang dimainkan.
8. Anglangkah Giri, merupakan teknik pukulan antara tangan kiri dan tangan kanan mempunyai jarak yang sangat jauh, yakni berjarak tujuh nada yang dimainkan secara bersamaan atau secara bergantian.
9. Asti Aturu, adalah sebuah teknik permainan gender wayang yang jaraknya paling jauh dibandingkan dengan pukulan yang lainnya, yaitu berjarak delapan nada antara tangan kanan dan tangan kiri.
Gender wayang merupakan sebuah gamelan yang masuk pada klasifikasi golongan gamelan tua, di Bali gambelan Gender Wayang diduga telah ada pada abad ke 14. Perkembangan Gamelan Gender Wayang hingga sampai pada sanggar seni Mudra Gita Cundamani ini berawal dari seorang pelatih atau guru yang melatih anak-anak pada sanggar ini mengikuti pelatihan Gamelan Gender Wayang yang bertempat di denpasar dengan pada saat itu bliau dilatih oleh Ibuk Putu Hartini yang juga merupakan dosen di ISI Denpasar pada saat ini. Dari sanalah awal perkembangan Gamelan Gender Wayang hingga sampai ke sanggar seni Mudra Gita Cundamani ini. Style atau gaya yang dilestarikan di sanggar seni ini adalah style Kayumas.
Full video cek di👇👇