ANALISA TABUH PAT SARWA MANIS

This post was written by andiardiana on April 24, 2018
Posted Under: Tak Berkategori

PENGERTIAN: Tabuh pat sarwa manis terdiri dari dua kata yaitu sarwa dan manis, Sarwa yang berarti Soroh atau bagian-bagian dan Manis yang berarti rasa yang enak di rasakan. Jadi Sarwa Manis berarti bagian-bagian rasa yang manis atau enak di rasakan. Kemungkinan penciptanya terinspirasi dari merasakan maniskan sebuah lagu atau gending tersebut. Maka diberilah nama tabuh Sarwa Manis. Tabuh pat Sarwa Manis terdiri dari beberapa bagian yaitu :

  1. Pengawit

Dimulai dari gineman terompong yang di ikuti permainan suling, setelah itu di mulai lagi dengan permainan terompong lalu di selingi permainan kendang kemudian permaian gangsa dengan pukulan Nyorot kemudian di ikuti dengan semua instrumen di akhiri satu pemukulan gong.

  1. Pengawak

Pada bagian ini di mulai permaian kendang setelah itu permainan terompong dan semua instrumen, dalam bagian pengawak permainan kendang selalu mengikuti gending dengan pukulan pelan. Begitu pula permainan terompong yang selalu ngemat gending, dan permainan gangsa yang selalu norot dan ngoncang kemudian di selingi dengan permainan cengceng kopyak, dalam pengawak ada delapan ketukan jublag dan enambelas ketukan penyacah dalam satu pukulan jegong yang di barengi dengan pukulan kempur atau kempli, setelah empat pukulan kempli atau kempur baru di akhiri dengan satu pukulan gong.

 

 

  1. Penyalit

Pada bagian ini tempo dari gending tersebut mulai agak lebih cepat dan dalam bagian penyalit ada satu pukulan kempli dan kempur namun bagian akhir pemukulan di barengi pemukulan gong, Bagian ini lebih pendek dari bagian pengawak, permainan gangsa tetap norot dan ngoncak begitu pula dengan kendang tetap mengikuti irama gending.

  1. Pengisep

Pada bagian ini di mulai permainan terompong kemudian di selingi dengan permainan kendang lalu di ikuti semua permainan instrumen sama seperti pengawak permainan gangsa norot dan ngoncang di selingi permainan cengceng kopyak dan, ketukan jublag dan penyacah dengan pukulan kempur dan kempli baru di akhiri satu pukulan gong.

  1. Pengecet

Pada bagian ini sudah mulai perubahan dalam empat ketukan jublag ada satu pemukulan kempur dalam ketukan selanjutnya ada pemukulan kempli yang di barengi pemukulan jegong, hingga ada empat pukulan kempur dan kempli dengan di akhiri pukulan satu gong. Permainan gangsa tetap norot dan ngoncang serta cengceng kopyak, namun sedikit perubahan di permainan yang menggunakan permainkan kendang batu-batu dan gegilak.

  1. Pengembat

Pada bagian ini masih tetap sama seperti dengan bagian pengecet empat kempur dan kempli di barengi dengan pemukulan gong sebagai pengulangan. Bagian ini lebih panjang dari pengecet dan lebih pendek dari pengisep dan masih permainan gangsa tatap norot dan ngoncang di selingi permainan cengceng kopyak lalu permainan kendang masih sama seperti pengecet yang memakai permainan batu-batu karna akan memasuki bagian tabuh telu.

  1. Tabuh Telu

Pada bagian tabuh ini masih tetap sama pada pengembat di permainan kempur kempli dan gong, namun lebih pendek dari pengcet dan pengembat satu. Permainan gegilakan. Pada bagian tabuh telu ini berisi pengawak dengan tempo pelan namun dengan permainan sama, namun bagian ini tidak isi pengecet dengan langsung pengarah ke bagian pengembat dua.

 

  1. Pengembat 2

Pada bagian ini lebih pendek dari pengembat satu yang memiliki tempo yang lebih cepat karna bagian ini merupakan dari akhir tabuh pat Sarwa manis, pada gangsa tatap norot dan ngoncang, permainan kendang yang menggnakan batu-batu dan di imbuhi dengan janggul sebagai tanda selesai nya tabuh ini dengan di ikuti tempo yang pelan di akhiri pemukulan gong.

 

KESIMPULAN: Demikian penjelasan analisa yang bisa sampaikan karena terbatasnya informasi yang saya ketahui dari narasumber yang tidak terlalu mengetahi pecipta dan tahun berapa tabuh ini di ciptakan namun beliau pernah mendengar tabuh klasik ini, bila teman teman ada yang mengetahui yang sebenarnya mohon di beritahu atau diberi masukan agar saya dapat yang sebenarnya, Agar tabuh ini tetap di lestarikan agar tidak punah seiring berjalannya zaman yang modern.

Comments are closed.