Sistem Memainkan Gong Kebyar

Dewasa ini perkembangan Gong Kebyar sudah pesat dan maju karena para generasi muda sudah mulai terlibat dalam melestarikan gambelan, sehubungan dengan hal tersebut sistem memainkan Gong Kebyar sudah banyak timbul variasi-variasi baru namun tetabuhannya tidak meninggalkan ciri khas Gong Kebyar. Sistem atau cara memainkan gamelan Gong Kebyar secara umum sebagian besar dengan cara dipukul, atau dapat juga disebut dengan musik perkusi, namun ada beberapa alat yang dimainkan dengan cara di tiup dan di gesek. Menurut Sukerta dalam buku “ Ensiklopedia Mini “ terdapat beberapa istilah umum pada sistem memainkan Gamelan Gong Kebyar antara lain : 1) Pukulan Silih Asih, 2) Ngoret, 3) Ngepat, 4) Ngotek, 5) Ngebyar, 6) Ngumbang Isep, 7) Cedugan, 8) Neliti, 9) Ngero, 10) Ngembat

  • Pukulan Nyilih Asih adalah memukul nada dengan cara memainkan melodi atau megending ( Ugal, Trompong ).
  • Ngoret adalah memukul tiga nada dengan cara ditarik dari nada rendah ke nada tinggi.
  • Ngepat adalah memainkan nada dengan memadukan satu dengan yang lain namun harus dengan aturan 4 jarak nada dipukul dengan bersamaan.
  • Ngotek adalah kotekan atau cecandetan yang artinya jalinan dua pola tetabuhan yang berbeda saling bergantian atau saling mengisi secara simultan, yang dilakukan oleh dua orang pada tungguhan sejenis atau bisa juga ditabuh pada satu tungguh.
  • Ngebyar, istilah ngebyar berasal dari kata kebyar yang digunakan untuk gending-gending dari perangkat gamelan gong kebyar. Kebyar adalah tabuhan bersamaan atau serentak diikuti oleh semua instrumen yang digunakan pada gong kebyar.
  • Ngumbang Isep, istilah ini digunakan untuk menunjukan pada bunyi dua nada yang sama dengan sedikit perbedaan prekuensi. Nada yang lebih rendah disebut dengan ngumbang, sedangkan nada yang lebih tinggi disebut dengan ngisep. Jika di pukul dengan serentak maka akan menimbulkan suara ombak, istilah ngumbang isep terdapat pada insrumen yang bertungguh.
  • Cedugan adalah istilah yang digunakan untuk jenis kendang yang di pukul dengan menggunakan panggul kendang.
  • Neliti atau nyelah adalah istilah dalam pola tabuhan terompong dan ugal. Tabuhan nyelah adalah cara menabuh kerangka atau bantang gending secara polos.
  • Ngero atau ngempyung adalah adalah salah satu tabuhan teropongyang dilukan dengan cara memukul bersama dua nada yang berbeda dengan jarak selisih dua nada.
  • Ngembat adalah istilah dari pukulan intrumen sebagi pemangku melodi dalam suatu tabuhan lelambatan, biasanya pukulan Ngembat dimainkan pada instrumen Terompong dan

SEJARAH TARI SANGHYANG

Sanghyang adalah salah satu jenis teater tradisi di Bali yang disuguhkan dalam bentuk tari yang bersifat religius dan secara khusus berfungsi sebagai tarian penolak bala atau wabah penyakit . Sampai saat ini, Tari Sanghyang tidak diadakan sekedar sebagai sebuah tontonan. Tari Sanghyang merupakan tari kerauhan (kesurupan) karena kemasukan hyang, roh, bidadari kahyangan, dan binatanglainnya yang memiliki kekuatan merusak seperti babi hutan, monyet, atau yang mempunyai kekuatan gaib lainnya). Tari ini adalah warisan budaya Pra-Hindu yang dimaksudkan sebagai penolak bahaya, yaitu dengan membuka komunikasi spiritual dariwarga masyarakat dengan alam gaib. Tarian ini dibawakan oleh penari putri maupun putra dengan iringan paduan suara pria dan wanitayang menyanyikan tembang-tembang pemujaan. Di daerah Sukawati-Gianyar, tari ini juga diiringi dengan Gamelan Palegongan. Sejarah tari sanghyang : Pada zaman Pra-Hindu kehidupan orang-orang di Bali dipengaruhi oleh keadaan alam sekitarnya. Ritme alam mempengaruhi ritme kehidupan mereka. Tari-tarian meraka menirukan gerak-gerak alam sekitarnya seperti alunan ombak, pohon ditiup angin, gerak-gerak binatang dan lain sebagainya. Bentuk-bentuk gerak semacam ini sampai sekarang masih terpelihara dalam Tari Bali. Dalam zaman ini orang tidak saja bergantung kepada alam, tetapi mereka juga mengabdikan kehidupannya kepada kehidupan sepiritual. Kepercayaan mereka kepada Animisme dan Totemisme menyebabkan tari-tarian mereka bersifat penuh pengabdian, berunsurkan Trance (kerawuhan), dalam penyajian dan berfungsi sebagai penolak bala. Salah satu dari beberapa bentuk tari bali yang bersumber pada kebudayaan Pra-Hindu ialah sang hyang. Tarian ini dilakukan saat suatu desa dilanda bahaya atau musibah. konon katanya, tarian ini ada semenjak agama Hindu belum sampai di Bali. jadi ini lah budaya primitif bali yang masi ada sampai sekarang.ciri khas tarian ini adalah dimana penarinya itu menari tanpa sadar diri. badannya menari tetapi yang menggerakkannya bukanlah dirinya tapi roh yang masuk ke dirinya.Penarinya biasanya menutup mata. dan sering sekali melakukan gerakan yang mustahil dilakukan manusia.

 

ANALISA TABUH PAT SARWA MANIS

PENGERTIAN: Tabuh pat sarwa manis terdiri dari dua kata yaitu sarwa dan manis, Sarwa yang berarti Soroh atau bagian-bagian dan Manis yang berarti rasa yang enak di rasakan. Jadi Sarwa Manis berarti bagian-bagian rasa yang manis atau enak di rasakan. Kemungkinan penciptanya terinspirasi dari merasakan maniskan sebuah lagu atau gending tersebut. Maka diberilah nama tabuh Sarwa Manis. Tabuh pat Sarwa Manis terdiri dari beberapa bagian yaitu :

  1. Pengawit

Dimulai dari gineman terompong yang di ikuti permainan suling, setelah itu di mulai lagi dengan permainan terompong lalu di selingi permainan kendang kemudian permaian gangsa dengan pukulan Nyorot kemudian di ikuti dengan semua instrumen di akhiri satu pemukulan gong.

  1. Pengawak

Pada bagian ini di mulai permaian kendang setelah itu permainan terompong dan semua instrumen, dalam bagian pengawak permainan kendang selalu mengikuti gending dengan pukulan pelan. Begitu pula permainan terompong yang selalu ngemat gending, dan permainan gangsa yang selalu norot dan ngoncang kemudian di selingi dengan permainan cengceng kopyak, dalam pengawak ada delapan ketukan jublag dan enambelas ketukan penyacah dalam satu pukulan jegong yang di barengi dengan pukulan kempur atau kempli, setelah empat pukulan kempli atau kempur baru di akhiri dengan satu pukulan gong.

 

 

  1. Penyalit

Pada bagian ini tempo dari gending tersebut mulai agak lebih cepat dan dalam bagian penyalit ada satu pukulan kempli dan kempur namun bagian akhir pemukulan di barengi pemukulan gong, Bagian ini lebih pendek dari bagian pengawak, permainan gangsa tetap norot dan ngoncak begitu pula dengan kendang tetap mengikuti irama gending.

  1. Pengisep

Pada bagian ini di mulai permainan terompong kemudian di selingi dengan permainan kendang lalu di ikuti semua permainan instrumen sama seperti pengawak permainan gangsa norot dan ngoncang di selingi permainan cengceng kopyak dan, ketukan jublag dan penyacah dengan pukulan kempur dan kempli baru di akhiri satu pukulan gong.

  1. Pengecet

Pada bagian ini sudah mulai perubahan dalam empat ketukan jublag ada satu pemukulan kempur dalam ketukan selanjutnya ada pemukulan kempli yang di barengi pemukulan jegong, hingga ada empat pukulan kempur dan kempli dengan di akhiri pukulan satu gong. Permainan gangsa tetap norot dan ngoncang serta cengceng kopyak, namun sedikit perubahan di permainan yang menggunakan permainkan kendang batu-batu dan gegilak.

  1. Pengembat

Pada bagian ini masih tetap sama seperti dengan bagian pengecet empat kempur dan kempli di barengi dengan pemukulan gong sebagai pengulangan. Bagian ini lebih panjang dari pengecet dan lebih pendek dari pengisep dan masih permainan gangsa tatap norot dan ngoncang di selingi permainan cengceng kopyak lalu permainan kendang masih sama seperti pengecet yang memakai permainan batu-batu karna akan memasuki bagian tabuh telu.

  1. Tabuh Telu

Pada bagian tabuh ini masih tetap sama pada pengembat di permainan kempur kempli dan gong, namun lebih pendek dari pengcet dan pengembat satu. Permainan gegilakan. Pada bagian tabuh telu ini berisi pengawak dengan tempo pelan namun dengan permainan sama, namun bagian ini tidak isi pengecet dengan langsung pengarah ke bagian pengembat dua.

 

  1. Pengembat 2

Pada bagian ini lebih pendek dari pengembat satu yang memiliki tempo yang lebih cepat karna bagian ini merupakan dari akhir tabuh pat Sarwa manis, pada gangsa tatap norot dan ngoncang, permainan kendang yang menggnakan batu-batu dan di imbuhi dengan janggul sebagai tanda selesai nya tabuh ini dengan di ikuti tempo yang pelan di akhiri pemukulan gong.

 

KESIMPULAN: Demikian penjelasan analisa yang bisa sampaikan karena terbatasnya informasi yang saya ketahui dari narasumber yang tidak terlalu mengetahi pecipta dan tahun berapa tabuh ini di ciptakan namun beliau pernah mendengar tabuh klasik ini, bila teman teman ada yang mengetahui yang sebenarnya mohon di beritahu atau diberi masukan agar saya dapat yang sebenarnya, Agar tabuh ini tetap di lestarikan agar tidak punah seiring berjalannya zaman yang modern.

pengertian kesenian rengganis, cakepung dan genjak

1. KESENIAN RENGGANIS

menurut saya Rengganis adalah sebauh seni pertunjukan yang menggunakan olah vocal sebagai sumber bunyi atau suara. Rengganis sering dibawakan oleh beberapa sekelompok grup atau sekhe yang memiliki peran tersendiri. Dari setiap orang menirukan instrument gamelan seperti suara Gong dan ada juga melantunkan melodi yang terdengar keceriaan dan indah. Pertunjukan Rengganis ini membawakan lagu-lagu yang berasal dari lontar jaman dahulu yang sangat sacral. Seni pertunjukan ini suatu seni pertujukan yang sangat saklar yang memiliki vocal yang klasik dan sangat penting untuk dipelajari dan dilestarikan.

2. KESENIAN CAKEPUNG

Menurut saya Cakepung adalah seni teater yang berasal dari daerah Bali dan Lombok. Cakepung sering dipentaskan oleh beberapa pria, yang ditambahkan dengan Intrumen rebab, suling, menari, berwawankata dan bernyanayi. Samapai saat ini bahwa arti dari “cakepung” belum diketahui secara pasti. Bunyi-bunyi yang dominan dalam teater ini ialah bunyi “cek” dan “pung” serta diperdegarkan berulang-ulang sehingga terdengar Cekpung. Cakepung memiliki sebuah ungkapan teater yang ceria dan megandung pesan-pesan kemasyarakatan yang sangat penting.

3. KESENIAN GENJEK

Menururt saya Genjek adalah sebuah seni karawitan Bali yang mengunakan vocal yang sebagai sumber bunyi utama. Beberapa orang yang duduk melingkar yang sambil bernyanyi dan bergerak yang menghasilkan sebuah paduan bunyi. Satu orang sebagai pemimpin yang membawakan melodi dan satunya lagi sebagai membawa ritme. Sementara yang lainya membuat jalinan suara-suara seperti sa, pak, sriang, de, tut, ces, jos, dan sir. Dari semua suara-suara itu menirukan intrumen gamelan Bali. Seperti tawa-tawa/kajar, cengceng, kendang, reyong dan gong. Di daerah karangasem genjek ditambahkan dengan intrumen penting (mandolin). Genjek berasal dari kata gonjak yang artinya bercanda guaru, bersenda gurau untuk menghibur diri dan sering diselingi nyanyian. Seni pertunjukan ini harus dilestarikan dan dikembangkan lagi seiring perjelanan jaman yang modern seperti sekarang.

 

ANALISA TABUH KREASI CAMPUHAN

Latar Belakang Tabuh Kreasi Campuhan

Tabuh Kreasi Campuhan di ciptakan oleh I Wayan Widia SSKar. Tabuh Kreasi Campuhan pertama kali di bawakan oleh Sekaa Gong Krisna Winangun Banjar Dukuh Sengguan Desa Munggu, Mengwi, Badung pada tahun 2016 di panggung terbuka Ardha Candra Art Center Denpasar.

Ide dan Konsep Garapan

Menurut narasumber saya I Wayan Widia mangatakan Tabuh Kreasi Campuhan, yaitu dalam berkesenian konsep dualitis sangat penting dan mendasar, oleh karenanya munculah konflik yang menjadi kekuatan yang estetis dan menimbulkan jalinan yang harmonis, konsep ini diinterprestasikan dalam garapan karawitan yang berjudul “Campuhan”

Campuhan, dalam bahasa bali memiliki arti percampuran atau perpaduan, dalam garapan ini percampuran atau perpaduan yang dimaksud perbedaan ritme bali dan ritme barat. Ibaratkan air sungai dan air laut sehingga timbulah kekuatan yang mahadahsyat dan membentuk satu kesatuan yang harmonis. Ada pun struktur gending Tabuh Kreasi Campuhan :

Penjelasan pengawit tabuh Kreasi Campuhan

Pengawit adalah sebuah struktur tabuh kreasi menjadi bagian paling awal di mana pada bagian ini terdapat sebuah kalimat lagu atau melodi yang menandakan mulainya sebuah komposisi. Pengawit tabuh kreasi Campuhan pada awalnya memainkan pola kekebyaran, setelah kekebyaran dilanjutkan dengan kotekan reong yang ngilis atau Cuma instrument reong saja yang dimainkan hanya pada akhir kotekan diakhikiri dengan pukulan jegog dan gangsa. Setelah itu dilanjutkan suling kecil yang mebawakan melodi pelan atau Susana yang lembut. Cepat dan lambatnya tempo menimbulkan jalinan melodi yang harmonis.

Penjelasan pengawak tabuh kreasi Campuhan

Pada bagian pengawak ini penata mencoba membuat suasana ketenangan dalam sebuah air laut yang memiliki ombak yang besar dan kecil, begitu juga pada garapan ini menggabarkan ombak laut yang dituangkan pada instrument reong yang menggunakan perpaduan ritme bali dan ritme barat. Begitu juga instrument lainnya yang selalu mngikuti melodi pada instrument jublag.

Penjelasan pengecet tabuh kreasi Campuhan

Pada bagian pengecet ini yaitu bagian inti pada garapan karawitan tabuh kreasi Campuhan yang menggambarkan sebuah perpaduan air laut dan ari sungai, dimana air sungai yang mengalir dengan tenang dan sampainya dilaut ketenangan itu menghilang setelah becampur atau dipadukan dengan air yang mahadahsatnya gelombang air laut. Disinilah penata mencoba membuat permainan ritme bali yang bercirikhas lembut atau tenang dan dipadukan dengan ritme barat yang meiliki suasana gumeruh atau keras. Yang menggunakan tempo yang cepat dan hentakan – hentakan kebyar, permainan kotekan gangsa yang cepat. Dimana agar yang mendengarkan karya ini terbawa suasana di sebuah lautan.