OGOH-OGOH BARIS KETEKOK JAGO BR TUNJUK TENGAH DS TUNJUK TABANAN

  • Selasa, April 17th 2018

A. PENDAHULUAN

Hari raya Nyepi merupakan satu hari raya umat Hindu yang rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai perayaan tahun baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender Caka yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Nyepi dilaksanakan sebagai upacar pembersihan bagi alam semesta jagad raya ini. Umat Hindu sangat berkepentingan akan pembersihan lingkungan dan dirinya dari segala kekotoran, yang kotor dan bernoda, supaya benar-benar bersih lahir dan batin menghadapi hari esok setelah hari raya Nyepi. Penyepian yang dilaksanakan dengan berpuasa, merenung, juga mampunyai makna introspeksi diri. Dalam hening sepi umat dapat menjalin hubungan dengan tuhan, alam lingkungan dan sesame sehingga ketenangan dan kedamaian bisa terwujud.

Perayaam Nyepi oleh umat Hindu di awali dengan mengadakan Bhuta Yadnya yang mempunyai makna penyucian Bhuwana, kemudian umat yang melaksanakan hari raya Nyepi melakukan Catur Brata Penyepian, yakni : Amati Geni ( tidak menghidupkan api, tidak menyalakan lampu, memasak, merokok ,dan kegiatan apa saja yang menggunakan api ), Amati Karya ( tidak bekerja atau tidak melakukan pekerjaan apapun ),  Amati Lelungan ( tidak berpergian ), Amati Lelanguan ( tidak bersenang-senang, tidak mendengarkan gambelan atau musik, tidak minum-minuman keras, dll ). Dengan kata lain umat Hindu hanya diam dirumah dan tidak melakukan apa, dan sambil merenung dan bersemadi, dan melakukan puasa.

Tiga atau dua hari sebelum hari raya Nyepi umat Hindu melakukan penyucian dengan melakukan Upacara Melasti atau bisa juga disebut Melis atau Mekiyis. Pada saat melasti umat Hindu mempersiapkan segala sarana persembahyangan yang ada di Pura setempat dan diarak menuju ke pantai atau danau, karena disana terdapat sumber mata air dimana laut adalah sumber air suci, dan bisa menyucikan segala ketoran ( leteh ) di dalam diri manusia dan alam. Sehari sebelum hari raya Penyepian yaitu pada tillem sasih kesanga ( bulan mati ke-9) umat hindu melakukan upacara Bhuta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa. Melakukan upacara tawur kesanga atau pecaruan ( penyucian/pemarisuda Bhuta Kala dan segala kekotoran )

Setelah melakukan caru tersebut biasanya pemuda-pemudi di setiap banjar atau desa mengarak Ogoh-ogoh keliling desa. Ogoh-ogoh atau ogah-ogah memiliki arti sesuatu yang digoyangkan, atau bisa disebut boneka raksasa yang diarak keliling desa, yang perwujudannya menyerupai Bhuta Kala. Fungsi Ogoh-ogoh itu sendiri sebagai representasi Bhuta Kala, yang buat menjelang hari raya Nyepi. Menurut para cendekiawan dan praktisi Hindu Dharma, poroses ini melambangkan keinsafan manusia akan kekuatan Bhuana Agung ( alam raya ) dan Bhuana Ali ( diri manusia ). Dalam pandangan tattwa ( filsafat ), kekuatan ini dapat mengantarkan makhluk hidup, khususnya manusia dan seluruh dunia menuju kebahagiaan atau kehancuran. Semua tergantung pada niat luhur manusia, sebagai makhluk Tuhan yang peling sempurna dalam menjaga dirinya sendiri dan alam semesta.

 

 

B. DESKRIPSI OGOH-OGOH BARIS KETEKOK JAGO

Baris Ketekok Jago adalah tema dari Ogoh-ogoh Br Tunjuk Tengah Ds Tunjuk Tabanan, Baris Ketekok Jago adalah salah satu bentuk baris wali kerap juga disebut dengan Baris Poleng karena kostum yang dipakai dominan hitam putih dan membawa tombak yang juga dicat hitam putih. Tarian ini merupakan tari tradisoanal yang langka karena hanya di jumpai di berbagai desa atau kota di Bali. Bari Ketekok Jago mempunyai fungsi yang ganda, selain sebagai sarana upacara Dewa Yadnya, tarian ini juga sering digunakan untuk upacara Pitra Yadnya.

Sejarah Tari Baris Ketekok Jago :

Literatur tertua yang mengungkapkantentang baris adalah Lontar Usada Bali yang menyatakan: setelah Mayadenawa dapat dikalahkan maka diputuskan mendirikan empat buah kahyangan di Kedisan, Tihingan, Manukraya , dan Keduhuran. Begitu kahyangan berdiri megah, upacara dan keramaian pun diadakan dimana para Widyadari menari Rejang, Widyadara menari baris dan Gandarwa menjadi penabuh. Legenda Mayadenawa tersebut terjadi saat Bali diperintah Raja Sri Candrabhaya Warmadewa sebagai raja ke empat dari dinasti Warmadewa yang memerintah dari tahun 962 hingga 975. Dengan demikian dapat disimak bahwa pada abad X sudah ada tari Baris, namun bentuknya apakah sama dengan Baris upacara yang ada sekarang, memerlukan perenungan lebih mendalam. Nama Bari Ketekok Jago di analisa berasal dari peran yang dibawakan oleh penari yang merupakan jenis burung dan unggas.

Sumber lain yang lebih muda yakni Kidung Sunda yang ditulis tahun 1550 dapat memberikan gambaran yang lebih jelas, karena merupakan kesusastraan majapahit yang kemudian banyak mempengaruhi kebudayaan Hindu Bali. Disebutkan, tujuh macam barisan yang dipentaskan Raja Hayam Wuruk, sehubungan dengan upacara pemakaman Raja Sunda yang tewas terbunuh dalam perang bubat. Salah satu barisan itu disebut Tari Limping yang bentuknya mendekati Baris Tombak di Bali.

Jenis tarian ini merupakan perwatakan yang sangat unik, menekankan keseimbangan dan kesetabilan langkah-langkah pada waktu berbaris maupun sangat saat memainkan senjatanya sehingga disebut tari kepahlawanan. Semula merupakan tari pengawal istana untuk bersiaga melindungi kerajaan dari kekacauan dan kemudian menjadi suatu sajian suci untuk berbagai kegiatan upacara agama. Dalam penyajian membentuk formasi berbaris kebelakang dan kesamping yang dibawakan secara masal, sampai 40 orang penari laki-laki. Kini jenis tari barisan diperkirakan masih bertahan sekitar 20 macam, yang masing-masing memiliki perwatakann yang cukup unik. Dari situlah STT Widya Dharma Br Tunjuk Tengah Ds Tunjuk mendapat inspirasi membuat ogoh-ogoh dengan tema Baris Ketekok Jago, terinspirasi dari keunikan busananya, macam geraknya, dan Bari Ketekok Jago juga memiliki keunikan tersendiri.

 

 

C. PENJELASAN BALAGANJUR PENGIRING

Balaganjur berasal dari kata Bala dan Ganjur. Bala berarti pasukan atau barisan, Ganjur berarti berjalan. Jadi balaganjur yang kemudian menjadi Balaganjur yaitu suatu pasukan atau barisan yang sedang berjalan, yang kini pengertiannya lebih berhubungan dengan sebuah barungan gamelan. Balaganjur adalah sebuah ensamble yang merupakan perkembangan dari gamelan Bonangan, baik dari segi instrumentasinya maupun komposisi lagunya. Instrumen balaganjur itu sendiri terdiri atas :

  1. Satu buah Kendang Lanang
  2. Satu buah Kendang Wadon
  3. Empat buah Reong (dong,deng,dung,dang)
  4. Dua buah Ponggang (dung,dang)
  5. Delapan sampai sepuluh buah Ceng-ceng
  6. Satu buah Kajar
  7. Satu buah Kempli
  8. Satu pasang Gong
  9. Satu buah kempur
  10. Satu buah Kempur

Balaganjur yang digunakan untuk mengiringi ogoh-ogoh di Br Tunjuk Tengah Ds Tunjuk Tabanan adalah balaganjur pada umumnya, tetapi menambahkan instrumen tambahan yaitu : 3 buah Tawa-tawa, 3 buah Bende,4 buah kul-kul dan juga menambahkan alat music dari bahan bekas antara lain : 1 buah Drim, 4 buah gallon , dan 10 kaleng-kaleng bekas. Musiknya tergolong keras dan energik untuk memberi semangat kepada yang menggarap ogoh-ogoh, dan bisa juga dibuat sebagai iringan tari.

 

 

D. FOTO DAN PENJELASANNYA

Proses pembuatan pengelasan dan pembuatan rangka ogoh-ogoh

 

Gambar: Rangka setengah jadi, dan akan dilanjutkan dengan proses pengulatan

proses pengulatan rangka ogoh-ogoh

 

Proses latihan balaganjur

Proses pemasangan baju ogoh-ogoh

Gambar Ogoh-ogoh sudah jadi

 

 

E. KESIMPULAN

Hari raya Nyepi merupakan satu hari raya umat Hindu yang rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai perayaan tahun baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender Caka yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Nyepi dilaksanakan sebagai upacar pembersihan bagi alam semesta jagad raya ini. Perayaam Nyepi oleh umat Hindu di awali dengan mengadakan Bhuta Yadnya yang mempunyai makna penyucian Bhuwana, kemudian umat yang melaksanakan hari raya Nyepi melakukan Catur Brata Penyepian, yakni : Amati Geni ( tidak menghidupkan api, tidak menyalakan lampu, memasak, merokok ,dan kegiatan apa saja yang menggunakan api ), Amati Karya ( tidak bekerja atau tidak melakukan pekerjaan apapun ),  Amati Lelungan ( tidak berpergian ), Amati Lelanguan ( tidak bersenang-senang, tidak mendengarkan gambelan atau musik, tidak minum-minuman keras, dll ). Dengan kata lain umat Hindu hanya diam dirumah dan tidak melakukan apa, dan sambil merenung dan bersemadi, dan melakukan puasa.

Baris Ketekok Jago adalah tema dari Ogoh-ogoh Br Tunjuk Tengah Ds Tunjuk Tabanan, Baris Ketekok Jago adalah salah satu bentuk baris wali kerap juga disebut dengan Baris Poleng karena kostum yang dipakai dominan hitam putih dan membawa tombak yang juga dicat hitam putih. Tarian ini merupakan tari tradisoanal yang langka karena hanya di jumpai di berbagai desa atau kota di Bali. Bari Ketekok Jago mempunyai fungsi yang ganda, selain sebagai sarana upacara Dewa Yadnya, tarian ini juga sering digunakan untuk upacara Pitra Yadnya.

 

 

F. DAFTAR PUSTAKA

 

Bandem, Made (1993). Ensiklopedi Musik Bali

Nyoman S. Pendit , Nyepi Hari Kebangkitan dan Toleransi, h. 37

Sorry, the comment form is now closed.

Top