KOMPOSISI GENDING PALEGONGAN

Pada umumnya orang Bali telah mengetahui atau telah mengenal apa yang dimaksud dengan istilah ”Legong”. Terkenalnya istilah legong ini kemungkinan besar disebabkan oleh pengaruh lingkungan atau langsung dapat menyaksikan pertunjukannya. Tetapi sebenarnya kata “Legong” ini berasal dari kata “leg” kemudian mendapat kata tambahan “Gong” sehingga menjadi “Legong”. Leg itu berarti lemes, lemuh dan Gong artinya Gambelan/music. Jadi “Legong” artinya suatu gerakan tari yang indah, lemes, halus dan diiringi oleh gambelan Gong.

Sesuai dengan bentuknya masing-masing, yang mengkhusus dari barungan gambelan di Bali, maka lagu atau gending dari setiap jenis gambelan mempunyai pula susunan komposisi tersendiri yang merupakan ciri khasnya. Demikian pula halnya lagu Palegongan mempunyai bentuk menyendiri dengan ciri-ciri khasnya seperti berikut:

  • Mempunyai permainan melodi yaitu pada gender rambat.
  • Mempunyai struktur kendang untuk bagian pengawak.
  • Mempunyai susunan komposisi gending yang memberi peluang untuk ada keseimbangan antara seni vocal.

Bilamana seni Palegongan tidak disertai dengan tandak akan terasa kurang mantap. Maka tandak juga merupakan sebagai ciri keasliannya. Macam-macam gending yang mengringi tari Legong adalah pelayon, Lasem, Jobog, Kuntir, Candrakanta, Kuntul, Guak macok, Legod bawa, Tangis, Kupu-Kupu Tarum, Semarandana, Gadung melati, Karang olang, Beramara, Raja cina. Dan lagu Palegongan ini diintikan menjadi tiga pokok antara lain: Pengawit, Pengecet, Pekaad. Setelah adanya inti tersebut kemudian kemudian dilengkapi dengan jenis-jenis melodi sebagai perbendeharaan susunan tari yang diiringinya. Misalnya pengalihan, pengawak, gabor, bapang, lelonggoran, pengipuk, batel, batelmaya, pengetog, pemalpal, dan tangis.

 

Contoh komposisi lagu pelayon :

  1. Pengalihan (gineman)
  2. Pengawit
  3. Pengawak
  4. Pengecet
  5. Bapang Longgor
  6. Pemalpal
  7. Pekaad

 

Tabuh pisan, tabuh dua, dan tabuh telu tidak hanya terdapat di dalam gending lelambatan, tetapi di dalam gending Palegongan juga terdapat. Tabuh pisan, tabuh dua, dan tabuh telu dalam gending lelambatan diukur dari jumlah kempur dalam satu gong. Sedangkan di gending Palegongan diukur jumlah banyak kemong dalam satu gong di dalam gending bagian Pengawak.  Jika terdapat satu kemong dalam satu gong disejajarkan dalam tabuh pisan, contohnya tabuh sisya dalam penyalonarangan. Jika terdapat dua gong dalam satu gong dapat disejajarkan dengan tabuh dua, contohnya gending Telek. Jika terdapat tiga kemong dalam satu gong dapat disejajarkan dengan tabuh telu, contohnya gending Legong Kuntul, Legong Lasem, dan Legong Kuntir. Jadi penamaan tabuh pisan, tabuh dua, dan tabuh telu hanya untuk konteks dalam pembelajaran saja. Palegongan hanya sebagai konsep dasar untuk mengiringi tari Legong. Sehingga mendapat imbuhan pa-an dalam indicator kata Legong sebagai penegas bahwa Palegongan adalah gending atau tabuh untuk mengiringi tari Legong.