KEBYAR SEBUAH PENCAPAIAN SPEKTAKULER

Posted April 9th, 2018 by adityawiratmaja. Comment (0).

Resensi Buku Seni Kekebyaran

oleh : I Made Bandem

editor : I Wayan Dibia

  • Asal mula dan perkembangan kebyar

Gong kebyar diperkirakan muncul pada awal abad ke 20 dan gamelan itu semula diciptakan hanya untuk music instrumental. Dalam perkembangan selanjutnya music ini juga digunakan untukmengiringi tari, dan tarianya pun disebut tari kebyar. Tari kebyar di samping memiliki ciri-ciri yang sama dengan gong kebyar dia juga merupakan ekspresi individu atau kelompok yang penuh dengan improvisasi dan komposisi tari yang rumit. Kata “kebyar” sendiri berarti halilintar dan topan.

  1. Periode 1914-1950

Pada tahun 1914 di desa Bungkulan, buleleng para penabuh gamelan mulai memainkan ritme-ritme unison bersama, penuh dengan entakan-entakan tajam, sinkopasi-sinkopasi yang jarang ditemukan di gong kuna. Mereka memasukan “emosi dan aksi dramatis” dalam permainan gamelan menjadi bentuk awal dari gong kebyar.

Pada tahun 1919 ketika pertama kali gong kebyar diperdengarkan di Puri Subamia, Tabanan oleh sekaa gamelan dari desa Bantiran (buleleng) untuk mengiringi upacara palebon. Masih belum juga ada indikasi yang jelas bahwa gong kebyar itu digunakan sebagai iringan tari. Baru kemudian ketika I Marya mengajar tari di desa Busungbiu, dia menarik lagu gong kebyar secara bebas seperti ibing-ibingan dengan juru kendang dengan menari berjongkok yang menjadi cikal bakal tari Kebyar Duduk dan Kebyar Trompong. Baru pada tahun 1920 tercipta tari kebyar duduk dan tahun 1925 tercipta tari kebyar terompong. Tabuh iringan kebyar duduk konon digubah oleh I Wayan Sukra, demikian fenomenalnya I Merya sebagai penarinya.

Pada tahun 1928 ketika Beka dan Odeon meluncurkan rekaman komersial mengenai gamelan Bali, baru diketahui bahwa tercipta beberapa lagu gong kebyar baru seperti lagu kebyar ding surapati, lagu jerebu yang ternyata juga ditarikan oleh I Marya dan muridnya. Kebyar legong sudah diciptakan sebelumnya, namun pendekatan koreografinya masih merupakan konsep tari tunggal yang ditarikan berdua layaknya seperti legong keratin. Tari kebyar legong selanjutnya menjadi tari truna jaya yang diciptakan oleh Pan Wandres dan I Gde Manik. Tarian kebyar  periode 1914-1930 berorientasi pada tari tunggal, keterampilan pribadi, kemampuan menafsirkan, dan ungkapan emosi dan aksi dramatis. Struktur kebyar pada saat itu terdiri atas kawitan, pelayon, kebyar, bapang, dan pangecet.

  1. Periode 1930-1960

Awal tahun 1930-an muncul gagasan untuk menciptakan tari kebyar yang ditarikan oleh wanita. I Nyoman  Kaler menciptakan tari Candrametu, Panji Semirang, Margapati, dan Bayanginte. Pada tahun 1930-an orientasinya pada wanita cantik dan dimana periode 1920-an orientasinya pada ketampanan penari pria. Perubahan estetiknya terjadi, dari tarian yang bersifat improvisasi ke tarian yang terstruktur ketat. Dalam karakternya juga mengalami perubahan seperti seorang penari cantik menarikan tokoh laki-laki atau disebut dengan trafesti. Sebutan bebancihan dikumandangkan sebagai ciri khas tarian kebyar. Pada tahun 1942 I Nyoman Kaler, I Wayan Geria dan I Made Kredek menampilkan sebuah prembon yang tokoh utamanya penari margapati, mengangkat sebuah cerita Arjuna Wiwaha. Terjdinya penjajahan jepang yang membuat berhentinya kreativitas kebyar dan hampir tidak ada ciptaan baru pada masa itu.

Pada tahun 1951 terciptanya tarian oleg tambulilingan yang diciptakan oleh I Marya dan penciptaanya dirangsang oleh John Coast dan Lucy. Kemudian dipopulerkan lewat lawatan sekaa gong kebyar Peliatan ke luar negeri pada tahun 1952. Akhir dekade 1950-an perubahan estetik dalam tarian kebyar terus berkembang. Tari oleg tambulilingan memberikan inspirasi munculnya tari-tarian kebyar berkelompok seperti tari kebyar Rajapala. Pada tahun 1958 terciptalah tari Kupu-Kupu Tarum dan pada tahun 1959 tercipta dua tabuh instrumental kreasi kebyar yaitu tabuh Swabhuwana Paksa dan tabuh Jayasemara di ciptakan oleh I Wayan Beratha.

  1. Periode 1960-1980

Awal tahun 1960-an merupakan periode awal pembangunan dan kemapanan berpolitik di Indonesia. Tema-tema yang senantiasa berfokus pada tari murni dan keindahan semata dan kini berubah menjadi tarian kebyar programatik, merespon perkembangan sosial politik di Indonesia. Masa awal tengah dekade 1960-an tercipta tari Tani dan Nelayan, pada masa ini mulai diperkenalkan ekspresi realistis atau pantonim. Tarian kelompok lebih diutamakan, dalam tata busana dan tata rias lebih realistis, sederhana, mengabstraksikan kehidupan kehidupan sehari-hari. Awal tengah tahun kedua dari periode ini yaitu pada tahun 1966 I Nyoman Kaler menggubah tari Bulutangkis dan tari Memetik Kopi. I Nyoman Kaler ikut hanyut dalam menciptakan dan berkreativitas tari-tariannya bersifat programatik, karena perkembangan sosial politik di Indonesia. Pada periode ini berkembangnya tari kebyar menjadi sendratari, pada decade 1960-an telah tercatat 4 sendratari yaitu Sendratari Jayaprana, Sendratari Rajapala, Sendratari Maya Danawa,  Sendratari Ramayana.

Pada tahun 1968 pemerintahan provinsi Bali melembagakan pementasan gong kebyar ke dalam sebuah wadah yang disebut Merdangga  Utsawa atau disebut lumrah dengan Festival Gong Kebyar, hal ini yang dimotori oleh Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibiya) dalam usaha mengembangkan dan melestarikan budaya bali. Pada tahun 1972 diadakan proyek-proyek penggalian, pemeliharaan, dan pengembangan kesenian klasik seperti gambuh, wayang wong, arja, legong dll, yang di motori oleh Listibiya dan Biro Kesra Pemerintahan Daerah Tingkat 1 Bali. Kemudian lahir Pesta Kesenian Bali (PKB) yang pencetusnya oleh Prof. Dr. I.B. Mantra pada tahun 1979  merupakan sebuah strategi pembinaan dan pengembangan kebudayaan Bali.

  1. Periode 1980-2005

Pada era ini merupakan dimana era bangkitnya ASTI Denpasar yang dengan program Tri Dharma Perguruan Tingginya melakukan kegiatan pengkajian dan pengembangan kesenian yang sangat terkait dengan PKB. ASTI Denpasar secara intensif merumuskan kebijakan kreativitasnya dan sekaligus mensosialisasikannya lewat Kuliah Kerja Nyata (KKN).

  • Kontribusi Gong Kebyar Terhadap Gamelan Lain

Kebyar sebagai musik ansambel sedemikian kaya akan hiasan-hiasan musiknya, sehingga banyak gamelan lain yang meminjam reportoar dari gong kebyar yang kemudian disesuaikan dengan teknik permainan gamelan yang meminjamnya. Lagu-lagu kebyar margapati, panji semirang, belibis dan manukrawa sudah lama kita dengar sebagai reportoar dari gamelan jogged bumbung dan angklung. Prinsip pinjam meminjam dan transformasi terjadi dalam ansambel-ansambel di Bali.

Janger pada awalnya yang hanya menampilkan lagu-lagu rakyat dan iringan batel (gender wayang) atau suling saja, kini telah mengadopsi lagu-lagu kebyar ke dalam musik sebagai selingan dalam lagu janger. Dimulai oleh A.A. Gde Mandera, Granyam, dan I Made Kredek di peliatan pada tahun 1940-an diciptakan sebuah lagu kebyar janger disebut Tambur. Kebyar Tambur ini mengiringi gerak-gerak tari kecak dalam janger. Sangat jelas bahwa gong kebyar telah memberi kontribusi sangat besar terhadap perkembangan gamelan yang lain seperti gender wayang, angklung, gong suling, drama gong dll, bahkan jegog juga telah dimasuki gaya kekebyaran ketika era 1990-an .

Sendratari baik musik maupun tarinya adalah kreasi lanjutan dari gong kebyar. Kita pahami bahwa legong juga memberi inspirasi terhadap sendra tari. Belum lepas dari pengamatan kita, sesungguhnya Adi Merdangga yang diciptakan pada tahun 1984 adalah prinsip dari gamelan balaganjur yang dikebyarkan, dimasukan konsep emosi dan aksi dramatis, sebagai pengganti drumband barat dalam pembukaan PKB 1984. Dalam adi merdangga ini selain angsel-angsel yang rumit berasal dari gong kebyar, beberapa motif, ritme diambil dari  drumband barat. Disitulah fleksibilitas gong kebyar bisa menerima dan mempenhgaruhi gamelan lain, sehingga dapat dianggap sebagai sumber yang kaya raya akan melodi, ritme, harmoni, dan aspek musical lainnya.

Comments are closed.