Des
28
2011

Sejarah Gong Kebyar Br. Guming Desa Penarungan

 

Sejarah Gong Kebyar di Banjar Guming Desa Penarungan

Menurut sumber yang saya dapatkan dari I Wayan Mandra Sejarah Gong Gebyar di banjar guming penarungan ini sudah ada saat penjajahan kira-kira tahun 1930 dulunya  hanya berbilah 5 di mulai dari nada   (Ndong). Awalnya Gong ini hanya digunakan pada saat odalan di pura-pura yang ada di banjar guming saja yaitu pura melanting, pura gunung agung, pura taman beji. Pada zaman itu Instrumen Gong ini tidak berani diperlihatkan secara terang-terangan karena bila terlihat gong ini akan diambil oleh penjajah atau orang dulu bilang gestok oleh sebab itu Gong yang ada di banjar Guming juga sempat di kubur agar tidak diambil oleh penjajah. Sebelum dikubur Gong ini sangat keramat suatu saat pada menjelang hari-hari suci Gong tersebut berbunyi dengan sendirinya tanpa ada yang membunyikannya. Bila ada pementasan harus mengambil Gong tersebut, misalnya saat mengiringi orang meninggal Gong itu diletakan begitu saja karena tidak berani memindahkan karena takut terlihat dan di ambil oleh penjajah. Pada tahun 1955 gangsa yang berbilah 5 tersebut diubah menjadi bilah 9 yang dimulai dari nada   (ndeng) menurut sumber yang saya temui yaitu I Wayan Mandra yang tak lain adalah kakek saya sendiri mengatakan Gong tersebut sering mengiringi Dhrama Tari. Dhrama Tari itu pertama kali ada di Desa Penarungan yang diperkasai oleh alm. I B Panca drama tari ini bertempat latihan di Puri Penarungan yaitu di Puri Alm. I B Panca itu sendiri. Dhrama klasik ini sudah sering pentas diberbagai tempat dan pernah juga didatangi pelatih yaitu I Wayan Merta dari Bindu. I Wayan Merta terkagum melihat anak didiknya yaitu Alm. Nyoman doble yang tak lain adalah adik ipar dari I Wayan Mandra nara sumber yang saya temui. Dari mendengarkan dan melihat sekali saja beliau sudah mengerti dan memahami gending yang diberikan.

Gong yang ada di banjar Guming sempat mau di ambil oleh prebekel untuk menjadi milik Desa karena di banjar Guming lah yang pertama memiliki Gong diantara banjar-banjar lainnya. Tetapi gong ini tidak jadi diambil karena masyarakat banjar Guming tidak setuju karena Gong ini milik masyarakat Guming, jelas mereka tidak setuju karena gong ini adalah hasil dari pengumpulan tani atau hasil-hasil dari manyi. Kira-kira tahun 1970 an Gong yang ada di banjar Guming dirubah lagi menjadi 10 bilah di mulai dari nada   (ndong) karena mengikuti gong-gong yang ada di desa-desa lainnya. Pada saat perubahan menjadi bilah 10 banyak yang tertarik untuk mengikuti kegiatan latihan-latihan sampai penabuh dari luar banjar juga ikut latihan di sana, sejak inilah bnyak melahirkan penabuh dan komposer. Yang sampai saat ini menjadi komposer yang terkenal seperti I Wayan Widya Ss.Kar , I Wayan Griya Ss.Kar dan I Ketut Lanus Ssn yang sering kita dengar membina penabuh-penabuh badung, sejak itu  juga Gong ini banyak mengikuti festifal atas bimbingan dan binaan dari komposer-komposer diatas.

Written by in: Lainnya |

56 Comments

RSS feed for comments on this post. TrackBack URL


Powered by WordPress | Theme: Aeros 2.0 by TheBuckmaker.com