MENGENAL LEGONG, PALEGONGAN DAN GAMELAN PALEGONGAN
Kamis, Mei 3rd, 2018LEGONG & PALEGONGAN
Menurut dugaan, kata “legong” sebagai sebuah kata bahasa Bali (bahasa Nusantara), berasal dari sebuah akar kata “leg”, yag kemudian dikombinasikan dengan kata “gong”. Akar kata “leg” menggambarkan arti gerak yang luwes dan elastis. Sedangkan “gong” mengandung arti gamelan, sehingga dengan keterangan diatas kata “legong” mengandung arti tari dan gamelan. ( Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Bali, 1974/1975, hal : 13-14). Menrut pemahaman kami dari pengertian legong diatas, maka dapat kami simpulkan : jika legong mengandung arti sebagai tarian dan gamelanya, maka palegongan memilki arti sebagai konsep, pola-pola atau bentuk dari legong itu sendiri. Fungsi dari tari legong itu sendiri adalah sebagai sarana balih-balihan atau hiburan yang mencerminkan kreasi murni dari para seniman bali.
GAMELAN PELEGONGAN
Gamelan pelegongan merupakan gamelan golongan madya yang berlaraskan pelog lima nada. Dalam lontar Catur Muni-muni nama dari gamelan palegongan sebenarnya adalah gamelan semara petangian dengan laras pelog 5 nada, konon gamelan ini dikembangkan dari Gamelan Gambuh dan Semara pagulingan. Konsep dari gamelan tersebut adalah palegongan dan fungsinya untuk tari-tari palegongan. Tetapi, hingga saat ini dominan dari masyarakat Bali menyebutkannya dengan gamelan palegongan.
Tabuh-tabuh palegongan dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu tabuh pisan palegongan, tabuh dua palegongan dan tabuh telu palegongan. Tabuh pisan, tabuh dua dan tabuh telu memiliki arti sebagai ukuran panjang dan pendeknya sebuah lagu yang ditentukan oleh aturan-aturan yang baku atau dalam istilah Bali disebut dengan jajar pageh. Aturan-aturan tersebut menentukan panjang dan pendeknya sebuah lagu yang ditandai dengan jumlah dari jatuhnya pukulan kemong dalam satu gong pada bagian pengawak tabuh-tabuh palegongan contohnya, pada tabuh pisan palegongan aturan yang berlaku adalah satu kali pukulan kemong dalam satu gong dibagian pengawaknya, pada tabuh dua palegongan aturan yang berlaku adalah dua kali pukulan kemong dalam satu gong dibagian pengawaknya dan pada tabuh telu palegongan aturan yang berlaku adalah tiga kali pukulan kemong dalam satu gong dibagian pengawaknya. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa panjang pendeknya sebuah lagu diatur oleh jajar pageh yang ditentukan dengan jumlah jatuhnya pukulan kemong dalam satu gong dibagian pengawak pada setiap tabuh-tabuh palegongan. Maka dari itu, tabuh-tabuh palegongan diberi nama dengan satuan bilangan untuk mengkatagorikan jajar pageh yang berlaku pada tabuh-tabuh tersebut. Jajar pageh dari tabuh-tabuh palegongan bukan hanya ditentukan oleh jumlah dari pukulan kemong dalam satu gongnya tapi juga ditentukan oleh pola-pola kekendangannya, jumlah baris, jumlah pukulan jegog dan lain-lain.
PUSTAKAAN
Bandem, I Made. 2013. Gamelan Bali Diatas Panggung Sejarah. Denpasar, BP STIKOM BALI.
Bandem, I Made. 1983. Ensiklopedia Tari Bali. Denpasar, Akademi Seni Tari (ASTI) Denpasar.
Proyek Pengembangan Sarana Wisata Budaya Bali, Perkembangan Legong Keraton Sebagai Seni Pertunjukan, Bali, 1974/1975
INFORMAN
I GUSTI NGURAH PADANG, S.Skar
I NYOMAN WINDHA, S.Skar, MA
I WAYAN GEDE ARSANA, S.Sn