Gong Gede

April 27th, 2014

Gong Gede

IMG-20131119-00111 Gong Gede juga termasuk barungan ageng namun langka, karena hanya ada di beberapa daerah saja. Gamelan Gong Gede yang terlihat memakai sedikitnya 30 (tigapuluh) macam instrumen berukuran relatif besar (ukuran bilah, kendang, gong dan cengceng kopyak adalah barung gamelan yang terbesar yang melibatkan antara 40 (empatpuluh) – 50 (limapuluh) orang pemain. Gamelan yang bersuara agung ini dipakai untuk memainkan tabuh-tabuh lelambatan klasik yang cenderung formal namun tetap dinamis, dimainkan untuk mengiringi upacara-upacara besar di Pura-pura (Dewa Yadnya), termasuk mengiringi tari upacara seperti Baris, Topeng, Rejang, Pendet dan lain-lain. Beberapa upacara besar yang dilaksanakan oleh kalangan warga puri keturunan raja-raja zaman dahulu juga diiringi dengan gamelan Gong Gede. Akhir-akhir ini Gamelan Gong Gede juga ditampilkan sebagai pengiring upacara formal tertentu yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah dan untuk mengiringi Sendratari. Sebagai seni karawitan, dijelaskan dalam kutipan artikel ISI Denpasar, Gamelan Gong Gede merupakan perpaduan unsur-unsur budaya lokal yang sudah terakumulasi dari masa ke masa. Barungan gamelan Gong Gede dipandang sangat penting karena dapat memenuhi kebutuhan warga masyarakat secara moral dan spiritual sehingga terwujud rasa kesehimbangan. Keseimbangan yang mencakup persamaan dan perbedaan dapat terefleksi dalam beberapa dimensi. Refleksi keseimbangan yang banyak ditemukan dalam kesenian Bali adalah refleksi estetis yang dapat menghasilkan bentuk-bentuk simetris yang sekaligus asimetris atau jalinan yang harmonis sekaligus disharmonis yang lazim disebut dengan rwa bhineda. Dalam konsep rwa bhineda terkandung pula sernangat kebersamaan, adanya saling keterkaitan, dan kompetisi mewujudkan intraksi dan persaingan. Konsep rwa bhineda oleh seniman Pengrawit dituangkan dalam gamelan Bali (Gong Gede). Hal ini dapat diamati pada sistem pelarasan ngumbang-isep dan instrumen yang berpasangan (lanang wadon). Unsur budaya Bali tercermin pada penggunaan instrumen dari perangkat gamelan Bali dan busana yang dipergunakan oleh para penabuh (jero gamel).Kalau dilihat dari fungsinya semuanya ini berarti tukang gamel, yang sudah melekat sebagai bagian dari identitas diri seseorang. Instrumen Bentuk instrumen gamelan Gong Gede ada dua jenis yakni : Berbentuk bilah,Berbentuk (moncol). Menurut Brata, instrumen yang berbentuk bilah ada dua macam : bentuk bilah bulig, dan bilah mausuk. Bentuk bilah bulig bisa disebut dengan : metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin.Untuk instrumen yang berbilah seperti bilah metundun klipes, metundun sambuk, setengah penyalin dan bulig terdapat dalam instrumen gangsa jongkok penunggal, jongkok pengangkem ageng, dan jongkok pengangkep alit (curing). Instrumen-instrumen ini bilahnya dipaku atau sering disebut dengan istilah gangsa mepacek. Sedangkan bentuk bilah yang diistilahkan merai, meusuk, dan meakte terdapat pada instrumen pengacah, jublag, dan jegogan. Instrumen-instrumen ini bilahnya digantung yaitu memakai tali seperti jangat.

Instrumen yang bermoncol dapat dikelompokan menjadi dua yakni : Moncol tegeh (tinggi),Moncol endep (pendek).

Contoh instrumen yang berpancon tinggi seperti; riyong ponggang, riyong, trompong barangan, dan tropong ageng (gede). Sedangkan instrumen yang berpencon pendek (endep) antara lain kempli, bende, kempul, dan gong. Begitu juga halnya dengan bentuk reportoar gending Gong Gede di Pura Ulun Danu Batur, berbentuk lelambatan klasik yang merupakan rangkaian dari bagian-bagian gending yang masing-masing mempunyai bentuk urutan sajian. Adapun urutan dari bagian-bagian bentuk reportoar gending dari masing-masing bentuk reportoar adalah sebagai berikut :

  • Gending gilak (gegilakan) terdiri dari bagian gending-gending kawitan dan pengawak.
  • Gending tabuh pisan terdiri dari bagian gending kawitan, pengawak, ngisep ngiwang, pengisep, dan pengecet.
  • Gending tabuh telu, terdiri dari bagian gending kawitan dan pengawak. Bentuk reportoar gending tabuh pat, tabuh nem, dan tabuh kutus mempunyai bagian gending yang sama yaitu kawitan (pengawit), pengawak, pengisep (pengaras), dan pengecet.
  • Gending pengecet terdapat sub-sub bagian gending yang urutan sajiannya adalah kawitan, pemalpal, ngembat trompong, pemalpal tabuh telu, pengawak tabuh telu. Alternatif yang lain dari susunan sajian sub bagian gending dalam pengecet ini adalah kawitan, pemalpal, ngembat trompong, dan gilak atau gegilakan.

Gong Gede berlaras Pelog lima nada, dengan patutan atau patet tembang, dengan instrumentasi yang meliputi (sesuai yang ada di Kintamani dan STSI Denpasar):

  • 1 tungguh trompong barangan (lebih kecil daripada trompong gede)
  • 1 buah reong dengan 12 pencon
  • 4 buah gangsa jongkok besar (demung)
  • 4 buah gangsa jongkok pemade
  • 4 buah gangsa jongkok kantilan
  • 4 buah penyacah
  • 4 buah calung
  • 4 buah jegogan
  • 1 pangkon kempyung (dua buah pencon)
  • 1 buah kempli
  • 2 buah gong ageng (lanang wadon)
  • 1 buah kempur
  • 1 buah bende
  • 2 buah kendang (lanang wadon)
  • 4-6 pasang cengceng kopyak
  • 2 buah kendang
  • 1 buah gentorag

Bentuk reportoar gending Gong Gede dapat ditentukan oleh jumlah pukulan kempul dalam satu gong, misalnya tabuh pat terdapat empat pukulan kempul dalam satu gongan pada bagian gending pengawak dan pengisap. Demikian juga pada bentuk-bentuk gending tabuh pisan (besik), tabuh telu, tabuh nem dan tabuh kutus. Disebutkan pada Pesta Kesenian Bali untuk pertama kali pada tahun 1979, Gamelan Gong Gede mengiringi sendratari dipentaskan oleh SMKI dengan cerita Mahabrata yang mengambil judul “Sayembara Dewi Ambara”, salah satu iringan musik atau gamelannya memakai Gamelan Gong Gede. Pertunjukan gamelan Gong Gede di Pura Ulun Danu Batur sebagai salah satu karya seni, sebagai ungkapan yang dapat dilihat dari penyajian karawitan (tabuh), tidak sekedar sebagai ungkapan estetik tetapi juga mempunyai makna religius. Dalam konteks religius, semua unsur masyarakat terlibat sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing yang dilandasi dengan perasaan tulus yang disebut dengan ngayah.

Barungan gamelan Gong Gede dalam mengiringi upacara keagamaan (ritual) memiliki makna religius,seperti contohnya di pura ulun danu batur. Penabuh gamelan Gong Gede di Pura Ulun Danu Batur sebelum melaksanakan tugasnya selalu diperciki Tirta untuk mendapatkan keselamatan. Dalam hubungannya dengan masyarakat berfungsi sebagai pengemban seni (karawitan), barungan Gong Gede hampir setiap bulan purnama di undang (tuwur) oleh krama yang melaksankan piodalan (Pura Puseh, Pura Desa, Pura Dalem, dan Pura-pura lainnya) di desa pekraman Batur. Jero gambel yang melaksanakan tugasnya tidak menerima upah dalam bentuk uang atau bisa di sebut ngayah.

Sumber :: di kutip dari buku GONG GEDE

Keberadaan Gong Luang Di Desa Kesiman

April 26th, 2014

KEBERADAAN GONG LUANG DI DESA KESIMAN

download (1)Gong Luang terdiri dari 2 suku kata yaitu Gong dan Luang. Kata “Gong” mengacu pada nama salah satu instrument gamelan tradisional Bali yang terbuat dari bahan perunggu bentuknya bulat seperti nakara, memiliki moncol pada sentralnya dan moncol itulah yang biasanya dipukul. Ukuran gong ini paling besar di antara barungannya ( unitnya ). Fungsinya dalam barungan adalah sebagai finalis lagu. Di Bali pada umumnya setiap Gamelan yang akan dipergunakan ( dipentaskan ) didahului dengan sebuah haturan sesaji.Tujuannya adalah agar kekuatan yang berstana di dalam gamelan tersebut merestui sehingga pada gilirannya pertunjukan akan mencapai sukses. Demikian pula yang dilakukan terhadap gamelan Gong Luang.

Di Bali setiap peninggalan benda seni selalu menyimpan sejarah tersendiri. Begitu pula dengan sejarah keberadaan Gong Luang yang menurut Prasasti Purana Pura menyebutkan gamelan ini sudah ada sejak zaman kerajaan Udayana. Selain itu, Prasasti Pura Kedaton dan Prasasti  Abasan, Bajarangkan  Klungkung  juga menyebutkan serta memaparkan detail dari gamelan Gong Luang. Gong Luang atau biasa disebut Gong Saron oleh masyarakat Banjar Kedaton  merupakan satu-satunya gamelan Gong Luang yang ada di Desa Kesiman Petilan Kecamatan Denpasar Timur. I Wayan Turun  yang merupakan salah satu penabuh dan sesepuh gamelan Gong Luang di Banjar Kedaton menyebutkan  bahwa  keberadaan Gong Luang ini berawal dari adanya lomba desa tingkat provinsi pada tahun 1987. Banjar Kedaton pun ditunjuk untuk membuat prosesi upacara Pitra Yadnya atau Memukur, yang dimana upacara Memukur ini harus diiringi dengan  gamelan Gong Luang. Sedangkan pada saat itu banjar Kedaton belum memiliki seperangkat barungan Gamelan Gong Luang. Warga banjar lalu mengadakan rapat dengan penglingsir Puri Pemayun Kesiman dan sepakat untuk meminjam Gambelan Timbung  yang sekarang berada di rumah Bapak Ebuh di Gelogor. Gamelan Timbung yang terbuat dari bambu ini pun dimanfaatkan sebagai pengganti Gong Luang untuk mengiringi upacara memukur pada saat lomba desa tersebut. Gamelan Gong Luang adalah barungan gamelan Bali yang berlaraskan pelog 7 nada dipergunakan untuk mengiringi upacara Pitra Yadnya atau Memukur. Laras 7 nada yang dipergunakan dalam Gamelan Gong Luang dapat dibagi menjadi 7 patet lagi yaitu :· Patet Panji Cenik·, Patet Panji Gede·, Patet Wargasari·, Patet Mayura Cenik· ,Patet Panji Miring· ,Patet Kartika.

 Instrumen-instrumen Dalam Barungan Gong Luang

Adapun instrumen-intrumen yang ada dalam barungan gamelan Gong Luang Banjar sebagai berikut:

  • 1 tungguh gangsa jongkok besar ( 7 bilah )
  • 1 tungguh gangsa jongkok kecil ( 7 bilah )
  • 1 tungguh saron bambu ( 8 bilah )
  • 1 tungguh reong ukuran besar ( 8 pencon )
  • 1 tungguh reong ukuran kecil ( 8 pencon )
  • 2 buah jegogan ( 7 bilah )
  • 2 buah jublag atau calung ( 7 bilah )
  • 1 buah kendang cedugan
  • 6 buah ceng-ceng kopyak
  • 1 buah ceng-ceng ricik atau kecek
  • 1 buah gong
  • 1 buah kempul
  • 1 buah kajar

Jadi dalam memainkan gamelan Gong Luang diperlukan kurang lebih 20 orang penabuh gamelan.

Teknik Permainan pada Gamelan Gong Luang

Teknik atau gegebug dalam gamelan bali merupakan suatu hal yang pokok, Gegebug atau teknik permainan bukan hanya sekedar keterampilan memukul dan menutup bilah gamelan, tetapi mempunyai konotasi yang lebih dalam dari pada itu. Gegebug mempunyai kaitan erat dengan orkestrasi danmenurut prakempa (sebuah lontar gamelan Bali) bahwa hampir setiap instrument memiliki teknik tersendiri dan mengandung aspek „‟physical behavior‟‟ dari instrumen tersebut. Sifat fisik dari instrumen-instrumen yang terdapat dalam gamelan memberi keindahan masing-masing pada penikmatnya. Teknik memainkan gamelan Gong Luang sangat khas dan unik yang tidak didominasi oleh teknik kotekan-kotekan. Teknik permainan Gong Luang juga merupakan sumber dari teknik permainan gamelan Bali lainnya. Dalam gamelan Gong Kebyar, teknik tersebut ditransformasikan dengan istilah ‟‟leluwangan‟‟.

Pada Bagian Lagu :

Trompong berfungsi sebagai pemurba lagu : mengatur serta memimpin jalannya lagu. Tugasnya memberikan petunjuk mekanisme suatu lagu, bekerja sama dengan kendang untuk mengatur irama. Instrumen lainnya seperti Riyong, Gangsa Pamade, Kantil dan Jublag berfungsi sebagai pemangku lagu serta ikut mengiringi jalannya lagu. Tugasnya dapat  tandamengisi peluang – peluang diantara melodi berupa pola – pola, motif – motif sesuai dengan teknik pukulan masing – masing.

Pada Bagian Irama :

Kendang berfungsi sebagai pemurba irama : mengatur serta memimpin jalannya irama. Tugasnya memberi aksen serta petunjuk di dalam mengatur mekanisme tetabuhan, juga bertugas untuk memulai serta menghentikan tetabuhan. Kempur dan Jegog berfungsi sebagai pemangku  masingirama yakni ikut mengiringi tetabuhan. Tugasnya untuk memberikan sekat ( pemenggalan lagu ) serta menentukan bagian – bagian tetabuhan. Gong berfungsi sebagai pemangku irama : mengikuti serta mengiringi jalannya irama. Tugasnya untuk mengakhiri ftase –frase lagu dan tanda final sebuah lagu.

Tugas dan fungsi masing – masing instrument seperti yang disebutkan di atas tidaklah mutlak demikian. Peluang – peluang kreativitas Sang Pencipta ( Penggarap ) tetap terbuka sesuai dengan persepsi, obsesi dan wawasannya untuk menangkap perkembangan – perkembangan. Pada umumnya perubahan – perubahan tersebut. Baik berupa penambahan maupun pengurangan berkisar pada : Instrumen Karawitan,Bentuk Gending,Teknik Pukulan.

Gending-gending Gong Luang

  • Gending Lilit Panji Alit
  •  Gending Lilit Nyora
  • Gending Lilit Warga Sari
  • Gending Lilit Panji Cinada
  • Gending Lilit Panji Demung
  • Gending Sih Miring

Yang dimana gending – gending tersebut masih dipergunakan oleh sekaa Gong Luang banjar Kedaton Kesiman sampai sekarang. Sekaa ini sekarang beranggotakan 25 orang dan mempunyai sistem kepengurusan yang diganti setiap 2 tahun sekali. Dr. Made Bandem, dalam bukunya yang berjudul “ Ensiklopedi Musik Bali” mengatakan bahwa  bentuk gamelan Gong Luang serupa dengan Gamelan Gong Kebyar,dimana Gong Luang hanya  terdiri dari tiga belas atau lima belas instrumen, sedangkan Gong Kebyar memakai dua  puluh lima sampai tiga puluh instrumen.

sumber informan :: I Wayan Arik Wirawan,umur 23 tahun, pekerjaan Seniman.

 

Instrument Rebab

April 12th, 2014

INSTRUMENT REBAB

images

Alat musik tradisonal rebab adalah jenis alat musik yang di gesek dan mempunyai tiga atau dua utas tali dari dawai logam (tembaga) ini badannya menggunakan kayu nangka dan berongga di bagian dalam ditutup dengan kulit lembu yang dikeringkan sebagai pengeras suara.Alat ini juga digunakan sebagai pengiring gamelan, sebagai pelengkap untuk mengiringi sinden bernyanyi bersama-sama dengan kecapi. Dalam gamelan Jawa, fungsi rebab tidak hanya sebagai pelengkap untuk mengiringi nyanyian sindhen tetapi lebih berfungsi untuk menuntun arah lagu sindhen. sama juga yang di pake tradisi musiksunda.Sebagai salah satu dari instrumen pemuka, rebab diakui sebagai pemimpin lagu dalam ansambel, terutama dalam gaya tabuhan lirih. Pada kebanyakan gendhing-gendhing, rebab memainkan lagu pembuka gendhing, menentukan gendhing, laras, dan pathet yang akan dimainkan. Wilayah nada rebab mencakup luas wilayah gendhing apa saja. Maka alur lagu rebab memberi petunjuk yang jelas jalan alur lagu gendhing. Pada kebanyakan gendhing, rebab juga memberi tuntunan musikal kepada ansambel untuk beralih dari seksi yang satu ke yang lain.

Rebab merupakan salah satu nama tungguhan atau instrumen gesek yang digunakan dalam jenis-jenis barungan gamelan yang terdapat di daerah-daerah tertentu seperti di daerah bali, jawa timur, jawa tengah, jawa barat, sumatra, dan sebagainya.Di jawa barat terdapat 2 bentuk instrumen gesek, yaitu Rebab dan Tarawangsa. Kedua instrumen gesek tersebut mempunyai ukuran yang berbeda, yaitu relatif lebih besar instrumen tarawangsa dari pada instrumen rebab. Selain ukuran yang berbeda, warna suaranya juga berbeda karena menggunakan membran yang bahannya berbeda.Tungguhan rebab dalam jenis-jenis barunganV  gambelan tersebut mempunyai fungsi yang berbeda-beda terutama dari segi musikal. Misalnya dalam barungan gamelan pegambuhan , tungguhan rebab merupakan salah satu tungguhan yang menggarap atau menyajikan melodi atau gending pada seluruh sajian gending/repertoar.

Dalam barungan gamelan pegambuhan selain tungguhan rebab yang menggarap atau menyajikan juga tungguhan suling yang berukuran besar atau sering disebut suling pegambuhan (suling gambuh). Sedangkan tungguhan rebab pada jenis-jenis barungan gamelan lainnya, peranan rebab tidak seperti barungan gamelan pegambuhan, yaitu lebih menekankan pada pemantapan hasil sajian suatu gending atau sering juga disebut oleh masyarakat luas adalah untuk memaniskan sajian gending (wawancara Wayan Berata tanggal 26 juni 1998). Dalam barungan gamelan ini (selain barungan gambelan pegambuhan) tidak semua sajian gending atau bagian gending yang menggunakan tungguhan rebab seperti dalam gending-gending gong kebyar, pada bentuk atau bagian gending kebyar, bebelat, sajian tabuhan tunggal. Meskipun peranan tungguhan rebab dalam jenis-jenis barungan gamelan tersebut hanya terbatas untuk memaniskan sajian gending tapi dapat mentukan kualitas sajian gending secara menyeluruh.dengan memperhatikan peranan rebab dalam jenis-jenis barungan gamelan tersebut di atas, maka keberadaan tungguhan rebab sangat dibutuhkan. Kalau diamati kehidupan tungguhan rebab di bali sekarang ini dapat dikatakan  suatu keharusan dan tidak mendesak. Anggapan ini dapat dibuktikan bahwa jenis-jenis barungan gamelan tersebut diatas sering tidak atau jarang menggunakan tungguhan rebab. Hal ini diantaranya disebabkan  kurangnya pengrebab sehingga dianggap tidak mempunyai peranan atau tidak sebagai keharusan seperti penggunaan tungguhan kendang, gong, dan jenis tungguhan lainnya. Dengan melihat kehidupan tungguhan rebab seperti itu, kita merasa prihatin sehingga tungguhan rebab di bali posisinya terletak diambang kepunahan.

Instrumen melodis lain dalm gamelan Pegambuhan adalah rebab. Rebab merupakan satu-satunya warga cordophone dalam gamelan Pegambuhan, instrumen melodis yang dimainkan secara unisono dengan suling. Alat gesek sejenis biola ini bentuk fisiknya terbagi menjadi lima bagian pokok yaitu kepala (bagian atas), bantang (badan penghubung), batok (badan utama), dongkrak (bagian bawah), dan sebuah pengaradan (penggesek).

Bagian kepala terdiri dari menur dan puntja (hiasan), kuping rebab yang terdiri dari klengan, kembang wong (alat pengatur ketegangan senar), dan irung-irung (lobang tempat memasukan senar dari kebagian kepala). Bantang merupakan yang menghubungkan badan utama dan kepala, dan bagian ini tempat memainkan nada dengan mengatur tutupan senar-senar yang melaluinya. Sementara senar yang berada pada bantang dimainkan dengan melepas dan menekan, senar yang berada pada bagian badan utama digesek dengan alat gesek (pengaradan). Badan utama atau batok biasanya terbuat dari batok kelapa ditutupi dengan membran yang terbuat dari babad kebo (kulit usus kerbau), direntangkan pada bagian depan badan utama. Sekarang ini rebab Bali yang terbuat dari batok kelapa sudah jarang digunakan, rebab Pegambuhan selalu didatangkan dari jawa. Rebab jawa badan utamanya terbuat dari kayu dan ukurannya relatif besar, yang ini tentu berdampak pula terhadap kualitas suara yang dihasilkan. Dongkrak adalah tangkai bagian bawah yang berfungsi sebagai kaki, sedangkan pengaradan terdiri dari batang dan arad (bulu-bulu plastik)

Senar rebab terbuat dari kuningan (biasanya dua buah) dipasang merentang dari bagian badan bawah hingga kepala. Senar ini ditegangkan dengan sebatang kayu yang disebut penyanteng, sedangkan untuk mengatur ketegangan yang berhubungan dengan tinggi rendahnya suara diatur dengan memutar kuping rebab.

 

BENTUK DAN NAMA-NAMA BAGIAN REBAB

 

Dilihat dari segi bentuknya, tungguhan rebab bali terdapat kekhususan dalam hal bebetan, ukuran dan pontang. Di bali terdapat beberapa bentuk rebab yang perbedaanya terdapat pada bebetannya dan juga bagian batoknya yang berfungsi sebagai resonator. Perbedaan batok rebab terletak pada bentuk maupun bahan yang di gunankan. Batok dibuatb dari kayu atau tempurung kelapa.

Nama-nama bagian rebab di bawah ini :

  1. Menur
  2. Kuping
  3. Irung-irung
  4. Bantang
  5. Kawat
  6. Bebetan
  7. Penyanteng
  8. Jejebug
  9. Batok
  10. Babad
  11. Batis
  12. Gegemelan
  13. Pengaradan
  14. Gondorukem / harpus

Sumber :  BUKU BELAJAR REBAB BALI EDISI 2 (Pande Made Sukerta)

Gamelan Pegambuhan

April 12th, 2014

GAMBELAN PEGAMBUHAN

 gambuhKata “gambuh” di bali pada umumnya dihubungkan  dengan beberapa genre kesenian terutama seni pertunjukan yang bernama dramatari Gambuh.Kenyataannya kata “Gambuh’ memiliki daerah pemakaian yang cukup luas. Kata tersebut juga terdapat dalam bahasa Melayu, Sunda, jawa, dan di Madura juga sebuah tari yang bernama tari Gambuh. Dalam bahasa melayu gambuh berarti “terlalu kasih kepada orang yang tidak tahu terima kasih”, dalam bahasa jawa berarti Kulina (biasa, sudah melakukannya), sedangkan dalam bahasa Sunda kata Gambuh digunakan untuk menyebut nama hiasan kepala yang biasanya dipakai bersama topeng.

Istilah Pegambuhan berasal dari kata dasar Gambuh ditambah dengan awalan pe- dan akhiran –an. Khususnya di Bali istilah ini digunakan dalam arti luas yaitu untuk menyebutkan tidak hanya nama sebuah genre kesenian bali sebagai satu bentuk, akan tetapi juga untuk menyebutkan bagian-bagian pokok yang membentuk kesatuan genre tersebut. Gambelan Pegambuhan adalah sebuah orkestra tradisional Bali yang memiliki perangai lembut (soft sounding ensemble). Konstruksi harmonis yang melahirkan kesatuan perangkat (barungan) ini kendatipun didominasi alat-alat pukul, instrumen yang paling esensial bahkan dianggap sebagai ciri adalah suling jenis end-blown flute (aerophone). Di Bali suling ini disebut dengan suling Pegambuhan atau suling sikut kutus, merupakan jenis suling yang terbesar dan terpanjang. Suling yang terbuat dari bambu ini memiliki ukuran panjang sekitar 100Cm., dan garis tengah sekitar 3,5 Cm., ujung bagian atasnya tertutup sedangkan ujung bagian bawahnya terbuka.

Sebagai satu-satunya warga aerophone dalam perangkatnya, suling Pegambuhan dilengkapi dua jenis lobang yaitu lobang pengatur nada dan lobang tiup. Lobang nada yang terdiri dari enam terletak pada bagian depan, lobang tiup terletak pada ujung atas bagian belakang, lobang ini juga sering disebut dengan lobang pemanis. Lobang nada memiliki jarak yang sama, kecuali antara lobang ketiga dan keempat berjarak dua kali yang lainnya, dan bagian ini biasanya disebut dengan pengembang. Lobang kecil segi empat yang terletak pada ujung atas bagian belakang (lobang pemanis) disertai dengan irisan tipis, kemudian dilingkari dengan semacam cincin yang terbuat dari kulit bambu yang disebut siwer, sehingga ada celah dilihat dari atas akibat irisan tersebut dan bagian ini digunakan sebagai tempat meniup.

Suling Gambuh dimainkan dalam posisi diagonal, dan karena panjangnya suling, ujung bawah harus bersandar dilantai. Sementara jari-jari tangan mengatur tutupan, teknik tiupan memerlukan hembusan udara yang terus menerus yang di Bali disebut dengan ngunjal angkian (circular breathing). Teknik meniup ngunjal angkihan sangat penting dikuasai, karenan intrumen suling merupakan pemegang melodi pokok dalam gamelan Pegambuhan. Terputusnya tiupan akan berdampak pada terputus jalannya melodi, dan ini dapat membingungkan pemain instrumen yang lain dan merusak jalannya sebuah lagu.

Instrumen melodis lain dalm gamelan Pegambuhan adalah rebab. Rebab merupakan satu-satunya warga cordophone dalam gamelan Pegambuhan, instrumen melodis yang dimainkan secara unisono dengan suling. Alat gesek sejenis biola ini bentuk fisiknya terbagi menjadi lima bagian pokok yaitu kepala (bagian atas), bantang (badan penghubung), batok (badan utama), dongkrak (bagian bawah), dan sebuah pengaradan (penggesek).

Bagian kepala terdiri dari menur dan puntja (hiasan), kuping rebab yang terdiri dari klengan, kembang wong (alat pengatur ketegangan senar), dan irung-irung (lobang tempat memasukan senar dari kebagian kepala). Bantang merupakan yang menghubungkan badan utama dan kepala, dan bagian ini tempat memainkan nada dengan mengatur tutupan senar-senar yang melaluinya. Sementara senar yang berada pada bantang dimainkan dengan melepas dan menekan, senar yang berada pada bagian badan utama digesek dengan alat gesek (pengaradan). Badan utama atau batok biasanya terbuat dari batok kelapa ditutupi dengan membran yang terbuat dari babad kebo (kulit usus kerbau), direntangkan pada bagian depan badan utama. Sekarang ini rebab Bali yang terbuat dari batok kelapa sudah jarang digunakan, rebab Pegambuhan selalu didatangkan dari jawa. Rebab jawa badan utamanya terbuat dari kayu dan ukurannya relatif besar, yang ini tentu berdampak pula terhadap kualitas suara yang dihasilkan. Dongkrak adalah tangkai bagian bawah yang berfungsi sebagai kaki, sedangkan pengaradan terdiri dari batang dan arad (bulu-bulu plastik)

Senar rebab terbuat dari kuningan (biasanya dua buah) dipasang merentang dari bagian badan bawah hingga kepala. Senar ini ditegangkan dengan sebatang kayu yang disebut penyanteng, sedangkan untuk mengatur ketegangan yang berhubungan dengan tinggi rendahnya suara diatur dengan memutar kuping rebab. Senar digesekan dengan pengaradan oleh tangan kanan, sementara jari-jari tangan kiri mengatur tekanan senar keatas dan kebawah untuk menentukan nada-nada pilihan. Pola permainan rebab dan gamelan Pegambuhan seirama dan unisono dengan suling. Tidak seperti permainan rebab di jawa, bahwa rebab jawa mempunyai melodi sendiri dalam merealisisasi nada-nada pokok.

Instrumen warga ideophone yang terdapat dalam gamelan pegambuhan paling banyak jenisnya yaitu; kempur, kajar, klenang, kenyir, gumanak, ricik, kangsi, dan genrorag. Kempur, kajar dan klenang termasuk keluarga instrumen gong. Kempur relatif lebih kecil dari gong, memiliki ukuran diameter sekitar 45Cm., dengan kedalaman lingkaran sekitar 15Cm. Pada bagian tengah terdapat pencon (moncol) dengan diameter 13Cm,. Dan menonjol keluar sekitar 3Cm. Kempur dimainkan dengan menggunakan alat pukul yang disebut panggul kempur, suaranya memiliki durasi yang paling panjang dibandingkan dengan kedua keluarga gong lainnya yaitu kajar dan klenang. Kajar berukuran diameter sekitar 25Cm., dan bagian moncolnya tidak tidak menonjol keluar seperti kempur, hal ini sengaja dibuat demikian agar durasi suara kajar menjadi pendek. Kajar juga dimainkan dengan menggunakan alat pukul dari kayu yang disebut panggul kajar. Sedangkan klenang adalah warga gong terkecil dalam gamelan Pegambuhan, berukuran diameter sekitar 15Cm., juga dimainkan dengan alat pukul berbentuk batang kayu (stick). Instrumen ini diletakan diatas sebuah tempat yang disebut tatakan klenang. Klenang memiliki nada yang tinggi dan dimainkan secara imbal dengan kajar.

Dalam gamelan Pegambuhan hanya ada satu alat jenis metallophone yang disebut dengan kenyir, yaitu saron kecil berbilah tiga dengan nada yang sama. Bilah-bilah yang terbuat dari perunggu atau kerawang berukuran panjang sekitar 18Cm., lebar 4Cm, dan tebal sekitar 2 Cm.,ketiga bilah ini diletakan diatas sebuah tempat dari kayu yang diukir yang disebut pelawah, sekaligus berfungsi sebagai resonator. Kenyir dimainkan dengan alat pukul yang berbentuk hammer bercabang tiga yang terbuat dari kayu. Pola permainannya secara alternating dengan dua kali pukulan klenang.

Instrumen warga idiophone lainnya adalah kangsi (simbal mangkuk) kecil bertangkai, biasanya terdiri dari dua sampai tiga pasang. Instrumen ini juga sering disebut ricik. Kangsi dimainkan dengan membenturkan instrumen yang satu dengan yang lainnya. Gumanak adalah instrumen berbentuk sepasang tabung perunggu dengan ukuran panjang 15Cm dan diameter sekitar 2 Cm. Terdapat celah kecil membentang dari ujung satu ke ujung yang lainnya.untuk memainkannya instrumen ini diletakan dilantai, lalu dipukul dengan batang lidi sebesar lidi. Sedangkan gentorag adalah instrumen berbentuk pohon genta (bell tree), terdapat sekitar 30 genta kecil yang digantung pada beberapa batang kayu yang melintangi instrumen secara bertingkat. Alat ini dimainkan dalam posisi tegak, dengan pola permainan sederhana yaitu menggetarkan pohon genta tersebut bersamaan dengan jatuhnya pukulan instrumen kempur.Instrumen gamelan pegambuhan yang termasuk kedalam katagori warga membranophone adalah sepasang kendang yang disebut kendang pegambuhan. Apabila dilihat dari jenis dan ukurannya, kendang Pegambuhan termasuk dalam jenis kendang krumpungan. Kendang ini terbuat dari batang pihon nangka atau pohon intaran, diolah sehingga berbentuk tabung conical yang dalamnya dibuat pakelik (hourglass). Letak pakelik anatara kendang lanang dan wadon berbeda. Pada kendang lanang, pakelik dibuat persis dibuat ditengah-tengah antara mue (muka kanan) dan cang (muka kiri), sedangkan dalam kendang wadon, pakelik ditempatkan pada sekitar seperempat panjang badan dihitung dari muka kiri (cang).

Kedua ujungnya ditutup dengan kulit sapi atau kulit kerbau yang telah diparut sehingga relatif tipis. Kulit ini kemudian dicencang dengan tali yang juga terbuat dari kulit disebut jangat. Untuk menegangkan dan mengendorkan kulit yang dicencang tersebut, diatur dengan menggeser kedudukan sompe yaitu semacam cincin yang mengatur ketegangan jangat.

Kendang krumpungan mempunyai ukuran panjang sekitar 58Cm, dimeter muka kanan(mue) sekitar 25 Cm., dan diameter muka kiri (cang) sekitar 21Cm. Demikian kendang mempunyai dua muka yaitu muka kanan yang lingkarannya lebih besar disebut mue, dan muka kiri yang lingkarannya lebih kecil disebut cang. Terdapat perbedaan antara kedua muka kendang tersebut, terutama dalam hubungannya dengan jenis suara yang dikeluarkan. Masing-masing muka mengluarkan suara yang berbeda, demikian juga stiap muka mampu mengeluarkan suara lebih dari satu jenis. Antara kendang lanang dan wadon juga terdapat perbedaan ukuran dan jenis suara tut (muka kanan), pek, peng, pung (muka kiri), sedangkan kendang wadon jenis suaranya adalah dag(muka kanan), ka, kom (muka kiri)

Selain alat-alat instrumental, gamelan Pegambuhan juga didukung oleh musik vokal yaitu seorang penyanyi yang disebut juru tandak. Juru tandak ini menyanyi dalam irama bebas, namun masih mengikuti poko lagu yang dimainkan oleh alat-alat instrumental. Fungsinya ilustratif yaitu mereka pada umumnya satu orang, tapi kadang-kadang juga lebih dari satu tergantung keputusan.

Sumber : BUKU GAMELAN PEGAMBUHAN “TAMBANG EMAS” KARAWITAN BALI (I GEDE ARYA SUGIARTHA,S.Skar,M.Hum)

Banjar Kehen Kesiman

April 12th, 2014

Banjar Kehen Kesiman

 kehenBanjar Kehen terletak di wilayah Desa Kesiman Petilan tepatnya di jalan Sulatri,kecamatan Denpasar Timur,Bali. Sejarah Banjar Kehen adalah pecahan dari Pura Kehen Bangli pada jaman kerajaan kesiman. Struktur dari organisasi banjar Kehen terdiri dari kelian dinas, kelian banjar sebanyak 4 orang, kelian tempek sebanyak 8 orang, kelian adat sebanyak 4 orang. Tempek adalah bagian dari anggota banjar yang dibagi menjadi 4 yaitu, tempek kaja, tempek kelod, tempek kangin, tempek kauh, satu tempek di pegang oleh 2 kelian. Salah satu kegiatan banjar Kehen yang aktif saat ini adalah senam LANSIA, rapat/sangkep setiap 6 bulan sekali. Organisasi PKK terdiri dari ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara, dan anggota. Anggota dari organisasi PKK adalah ibu-ibu yang sudah berumah tangga. Tugas dari organisasi ini adalah untuk membantu pembuatan sarana upacara dan membantu di perantenan (dapur) untuk membuatkan makanan atau minuman yang disuguhkan kepada sekeha gong dan tamu-tamu lainnya yang hadir saat upacara agama. Ibu-ibu PKK juga membantu dalam menghaturkan sarana upacara saat piodalan serta memundut simbol-simbol (tapakan) para dewa saat melasti dan ngiring.

Organisasi pecalang juga memiliki struktur yang sama dengan struktur organisasi PKK. Organisasi pecalang ini bertugas untuk menjaga keamanan di lingkungan banjar. Pada saat ngiring atau melasti pecalang juga bertugas untuk mengatur lalu lintas. Pecalang juga bertugas jaga pada hari raya nyepi. Di banjar Kehen, anggota pecalang melakukan ronda setiap malam dengan berjalan kaki. Di bawah banjar adalah STT.Eka Murti Yowana. Struktur dari STT.Eka Murti Yowana terdiri dari ketua STT, wakil STT, sekretaris STT, bendahara STT, dan anggota STT. Saya adalah salah satu dari anggota STT.Eka Murti Yowana. STT.Eka Murti Yowana sangat aktif melakukan kegiatan positif bagi warga banjar Kehen, salah satunya adalah kegiatan nampah/menyembelih babi setiap penampahan galungan,kuningan dan pengrupukan, gotong royong,dll. Menjelang hari raya galungan,STT.Eka Murti Yowana bergotong royong mebuat penjor dan baliho yang akan di pasang di depan banjar, ada juga yang sebagian menyembelih babi untuk warga banjar kehen yang memesan daging babi. STT.Eka Murti Yowana setiap bulan purnama juga mengadakan kegiatan sembahyang bersama dengan kelian-kelian banjar. Kegiatan STT.Eka Murti Yowana lainnya yaitu STT.Eka Murti Yowana juga menyewakan tenda untuk upacara-upacara tertentu. Selain STT, di banjar Kehen juga terdapat sekehe gong remaja dan sekehe gong gede.Di banjar Kehen mempunyai barungan gamelan gong kebyar dan baleganjur semarandana. Gamelan gong kebyar di banjar Kehen juga sering di pakai untuk mengiringi suatu upacara agama. Barungan dari gamelan gong kebyar dan baleganjur yang dimiliki oleh banjar Kehen terdiri dari beberapa instrumen antara lain adalah :

  • Dua buah ugal atau giying
  •  Empat buah pemade dan kantilan
  • 2 reyong gong kebyar
  • Sebuah terompong
  • 2 pasang gong lanang wadon (besi dan kerawang)
  •  Sepasang kempur (besi dan kerawang)
  •  Sepasang kendang krumpungan, sepasang kendang bebarongan dan 2 pasang kendang cedugan
  •  Ceng-ceng ricik
  •  Dua buah penyacah,
  • 2 pasang jublag
  • Dua buah jegog
  •  Kajar , kempli dan kemong
  •  Sepasang gender rambat
  • 8 riong 1 pemero (baleganjur)
  • ceng-ceng kopyak 10 pasang

Baleganjur yang dimiliki banjar kehen juga sering dipakai untuk mengiringi upacara agama seperti melasti, upacara pitra yadnya (ngaben atau memukur) dll. Sekehe gong banjar kehen juga sering dicari untuk mengisi acara” di puputan badung yang di selenggarakan oleh pemerintah kota Denpasar. Sekehe gong remaja di banjar kehen bernama sekehe gong remaja Kencana Wiguna. Kegiatan sekehe gong remaja sangat aktif diantaranya melatih anak-anak menabuh/megambel setiap hari minggu. Selain itu sekehe gong remaja juga aktif ngayah di pura dan kadang-kadang kalau ada acara seperti pelepasan matahari atau kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh disbud kota, sekehe gong banjar kehen bisa ditunjuk untuk melakukan kegiatan tersebut. Sekehe gong banjar kehen juga pernah mengikuti gong kebyar dewasa pada PKB tahun 1992 dan mendapatkan juara 2. Sekehe gong remaja banjar kehen pertama kali menciptakan baleganjur semarandana yang berjudul Winangun Marga, tabuh Gilak Luhur Agung dan tabuh Bebarongan Jagastra, penciptanya adalah I Ketut Suandita S.sn. beliau adalah salah satu seniman kota denpasar yang biasa menggarap di kota denpasar dan sekarang beliau menjabat sebagai kelian banjar kehen. Beliau juga menciptakan iringan tari Sekar Jempiring yang menjadi maskot kota denpasar saat ini. Sekehe gong remaja juga dilibatkan dalam pembuatan iringan tari Sekar Jempiring.

Setiap hari minggu, di banjar kehen ada kegiatan latihan sekehe gong anak-anak dan salah satu pelatihnya adalah saya sendiri. Kegiatan melatih anak-anak menabuh rutin dilakukan pada hari minggu sore untuk mencari dan melatih bibit-bibit seniman muda yang akan menjadi tumpuan sekehe gong remaja banjar kehen kedepannya. Demikian info dari saya, kalau ada kata-kata yang kurang berkenan di hati, mohon dimaafkan.