SEJARAH GAMBELAN SELONDING

Gamelan Selonding adalah gamelan sakral yang terbuat dari besi dan berlaras pelog tujuh nada. Gamelan Selonding tergolong barungan gamelan tua yang terdapat didaerah Karangasem, yaitu Desa Tenganan Pegringsingan dan Desa Bongaya. Gamelan Selonding sangat disakralkan oleh masyarakat Desa Tenganan Pegringsingan. Dulunya gamelan Selonding hampir jarang ditemui keberadaanya, semenjak perkembangannya gamelan Selonding banyak ditemui di Desa – desa yang ada di Bali. Di Desa Tenganan Pegringsingan, gamelan Selonding biasanya untuk mengiringi tari Abuan, Perang Pandan dan lain – lain. Sejarah munculnya Selonding dikaitkan dengan sebuah mitologi yang menyebutkan bahwa pada zaman dulu orang – orang Tenganan mendengarkan suara gemuruh dari angkasa yang datang secara bergelombang. Pada gelombang pertama suara itu turun di Bongaya ( sebelah timur laut Tenganan ) dan pada gelombang kedua, turun di Tenganan Pegringsingan. Setelah sampai di bumi ditemukan gamelan Selonding yang berjumbelah tiga bilah, dan bilah – bilah itu dikembangakan sehingga menjadi gamelan Selonding seperti sekarang yang memiliki tujuh nada dan Gamelan Selonding adalah gamelan kuno yang paling sakral dalam melengkapi upacara keagamaan Hindu di Bali. Gamelan Selonding berlaras pelog tujuh nada. Selonding merupakan salah satu gamelan tertua di Bali yang terbuat dari besi. Pada tahun 1971 guru – guru dari Kokar melakukan penelitian, bahwa Selonding berasale2 dari kata Salon + Ning, yang diartikan tempat suci. Karena gamelan Selonding itu dikenal sebagai perangkat gamelan yang disucikan dan disakralkan oleh masyarakat. Gamelan Selonding memang masih dapat bertahan dari terpaan gelombang peradaban manusia dalam rentang waktu yang cukup lama, dan ini hanya dimungkinkan oleh adanya suatu nilai yang terkandung didalamnya dan terjalin erat dengan masyarakat. Pada umunya gamelan Selonding terdiri dari delapan tungguh. Adapun nama – nama istrumen Selonding. Satu Petuduh, satu Peenem, satu Nyongyong Ageng, satu Nyongyong Alit, satu Gong Ageng dan satu Gong Alit, satu Kempul Ageng, satu Kempul Alit.

Gambelan gambang di desa tumbakbayuh

Gambang di Banjar Gunung Jeroan Desa Tumbak Bayuh, diceritakan bahwa, pada jaman dahulu ada seorang petani miskin yang sangat tekun mengerjakan tanahnya di wilayah Pesawahan Mengening. Sawahnya ini terletak dipinggir hutan yang luasnya sekitar 2 hektar. Pada saat menggarap lahan pertaniannya tersebut setiap akan istirahat untuk makan siang atau sekedar melepaskan lelahnya, petani itu pergi ke hutan tersebut .Pada suatu hari, ketika ia sedang berteduh di hutan tersebut, ia dijumpai oleh seorang wanita yang belum pernah dikenalnya. Wanita itu menawarkan seperangkat gambelan bambu dengan harga dua ratus dua puluh lima kepeng (satak selae kepeng). Dengan uang sebanyak itu, kembalilah petani itu menemui wanita tadi. Setelah tawar-menawar, wanita penjual gambelan tersebut tidak mau melepaskan gambelannya kalau tidak seharga yang diberitahukan tadi, yaitu seharga dua ratus dua puluh lima kepeng. Teringatlah petani bahwa pada tempat kapur sirihnya (selepa) ada tersimpan uang lima kepeng lagi. Sekarang genaplah seharga yang diminta oleh wanita tadi. Setelah gambelan tersebut diperiksa dan dicoba memasangnya petani itu menjadi ragu melihat ukuran bilah-bilahnya tak rata panjang pendeknya. Melihat keraguan dari pembelinya, wanita itu lalu memberi penjelasan dan memasang serta menyusun bilah-bilahnya. Setelah tersusun disuruh mencoba memukulnya. Kemudian dijelaskan lebih lanjut bahwa susunan bilah-bilah gambelan tersebut adalah sama dengan Palih Wadah. Karena gambelan ini hanya boleh dipakai mengiringi upacara ngaben saja, Gambelan tersebut diberitahu namanya adalah Gambang. Setelah memperoleh penjelasan, dengan rasa puas petani itu pulang membawa gambelan itu. Tiada berapa jauh berjalan lalu dia menoleh wanita penjual gambelan tadi, tapi di tempat itu seolah-olah gaib saja. Setelah sampai di rumah timbulah rasa kesal kenapa membeli gambelan yang tidak bisa kita memainkan dan sama sekali tidak tahu gending atau tabuh apa yang dipakai dalam gambelan itu.

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!