Archive for Agustus, 2014

Gamelan Pelegongan

Posted in Tak Berkategori on Agustus 29th, 2014 by wayanariawan

index                                            GAMBELAN PELEGONGAN

Gambelan pelegongan adalah barungan atau sebuah gambelan yang dipergunakan untuk mengiringi tari legong keratin atau andir. Perangkat gambelan ini merupakan perkembangan dari gambelan gambuh dan gambelan semar pegulingan. Gambelan ini mempergunakan lima nada yang patetnya serupa dengan patet selisir pada gambelan gambuh. Gambelan pelegongan tidak menggunakan terompong dan kedudukan terompong digant dengan gender lambat.

Adapun instrumentasinya terdiri dari gender lambat, gender barangan, gangsa jongkok, gangsa gantung, penyacah, jublag, jegogan, kempul, kenong, kelenang, suling, rebab, cengceng kecil, gentora, dan kendang kecil yang disebut kendang krumpungan.

Sedangkan lagu-lagunya meliputi: lasem, semarandana, kuntul, kuntir, candrakanta, gonteng jawa, dan lain-lainnya.

Istilah gambelan di Bali mempunyai istilah ganda, dapat diartikan lebih dari satu maksud. Definisi penulis ingin mencoba untuk menyusu alternative tentang pengertian gambelan yang dikupas dari segi etimologi atau arti kata. Ditinjau dari etimologi kata gambelan berasal dari kata gambel mendapat akhiran an yang berarti pegang atau kuasai seperti misalnya : ngambel jagat (memegang atau menguasai suatu wilayah atau daerah). Jadi gambelan disini dapat beararti penguasaan terhadap nada dari berbagai unsure alat instrument yang dibentuk menjadi satu kelompok yang disebut barungan.

Gambelan bisa berarti sekelompok alat instrument barungan seperti misalnya barungan gong kebyar, barunga angklung, barungan gong gede, dan lain-lainnya.

Gambelan dapat berarti hasil tatabuhan, gending, atau lagu seperti misalnya : gambelan baris, gambelan sisia, gambelan penasar, dan lain-lainnya, walaupun istilah gambelan tersebut diatas mempunyai artian yang berbeda-beda namun satu dengan yang lainnya tak dapat dipisahkan, karena hal ini merupakn factor yang menentukan keberhasilan sesuatu tetabuhan ( lagu yang dihidangkan).

Dalam hal ini penulis akan membahas lebih banyak pengertian gambelan yang berarti sekelompok instrument atau barungan music tradisisonal yang bagian terbesar alat perkusinya dari perunggu, besi, bambu yang dapat mengihidangkan lagu ( gending) dalam karawitan yang berlaras pelog dan selendro.

Drs. M.Soeharto dalam bukunya yang berjudul kamus music Indonesia memberikan definisi bahwa gambelan adalah nama umum dari berbagai kelompok alat musik tradisional khususnya di pulau jawa dan bali yang bagian terbesar alat perkusinya dari perunggu atau kadang-kadang dari besi.

Ki Sindoesawarno dalam bukunya ilmu karawitan jilid 1 mengatakan gambelan itu adalah nama keseluruhan alat bunyi-bunyian, alat itu punya nama sendiri-sendiri tapi alat itu semua sebagai suatu kesatuan.

Jadi gambelan yang penulis maksudkan dalam hal ini adalah sejumlah atau sekelompok alat instrument barungan misalnya : barungan gong gede , barungan semar pegulingan, barungan pelegongan dan lain-lainnya.

Pelegongan berasal dari kata legong mendapat awalan pe dan akhiran an. Dr. I Made Bandem dalam bukunya yang berjudul ensiklopedi tari bali menyebutkan kata legong adalah suatu tarian yang dilakukan oleh dua atau tiga orang gadis, seorang diantaranya berperan sebagai condong yang nantinya akan menyerahkan kipas kepada penari berikutnya bapak Drs. I Ketut Rota menjelaskan kata pelegongan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan legong, menurut dugaan kata legong sebagai sebuah kata bahasa bali ( bahasa nusantara yang berasal dari sebuah akar kata leg menggambarkan arti kata yang luas dan elastis yang dikombinasikan dengan kata gong yang mengandung kata gambelan.

Sumber Kutipan : Buku Gamlean Pelegongan , Di Banjar Binoh,

Oleh I wayan Suweca , Akademi Seni Tari Indonesia Tahun 1983, pada halaman 1-4

Gamelan Saron

Posted in Tak Berkategori on Agustus 29th, 2014 by wayanariawan

GAMELAN SARON, DI BANJAR BALAI AGUNG, DESA CEMAGI

 

Pulau bali adalah salah satu pulsaronau kecil dari kepulauan Indonesia yang memiliki kesenian yang beraneka ragam, mempunyai cirri khas dan keunikan tersendiri sudah sepatutnya hal ini menjadi kebanggaan bagi setiap putra bali khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya untuk melestarikan warisan seni budaya tersebut pemerintah telah melakukan berbagai usaha seperti dokumentasi, penggalian, Festival, Dll.

Ada bermacam-macam cabang yang menarik untuk diungkapkansalah satu diataranya adalah seni karawitan, seni karawitan yang juga bisa disebut sebagai seni gambelan memiliki bermacam-macam jenis seperti : gambelan solonding, gambelan gambang, gambelan saron, gambelan angklung, dan lain-lainnya. Diantara barungan gambelan tersebut penulis memilih gambelan saron yang ada di Banjar Bale Agung desa Cemagi untuk diteliti. Gambelan saron adalah salah satu warisan dari nenek moyang yang tinggi nilainya yang perlu dilestarikan.

Untuk mengetahui asal mula dari gambelan saron di desa cemagi secar tererinci penulis mengalami banyak kesulitan. Kebanyakan masyarakat pendukung dari gambelan saron tidak dapat mengungkapkan secara jelas kapan mulai adanya gambelan itu di desa tersebut juga belum adanya data-data tertulis yang khusus menguraikan tentang seluk beluk ditemukan gambeln saron tersebut menambah kesukaran penulis dalam menelusuri asal mula gambelan saron di desa cemagi di desa tersebut diatas namun demikian perlu penulis sampaikan bahwa akan berbahaya apabila ada anggota masyarakat yang bernai melanggar peraturan-peraturan seperti memainkan atau memukul gambelan tanpa sesajen dan meminjamkan gambelan saron ini kepada sekaa lain.

Mengenai asal mula gambelan saron ini, kelihan sekaa saron mengatakan bahwa ada suatu cerita yang isinya seperti berikut diceritakan ada sekelompok orang yang sedang mengerkjakan sepetak sawah didekat pantai batu ngaus. Musim panas pada waktu itu membuat pekerja-pekerja sawah lelah dan kehausan ehingga mereka mencari tempat berteduh. Pada saat itu mereka melihat seekor burung gagak putih yang terbang kesana kemari.

Para pekerja sawah merasa tertarik dengan gerak gerik burung itu lalu mereka mengikuti dari belakang. Sampailah burung itu di suatu tempat suci atau pura yang dinamakan pura batu ngaus. Ditempat itulah mereka mendapat bentuk-bentuk instrument yaitu gambelan saron. Kemudian gambelan tersebut dipindahkan ke desa cemagi di Pura Tangi-tangi.

Informan guru luh kama mengatakan bahwa gambelan saron telah diwarisi tiga generasi diatasnya, guru luh kama sekarang berumur 65 tahun, jika jarak umur masing-masing generasi adalah 30 tahun maka selisih anatara guru luh kama dengan leluhurnya yang masih diingat adalah 90 tahun karena sekarang adalah tahun 1984 maka buyutnya yang sudah ada pada tahun 1829.

Dengan demikian menurut informasi yang penulis peroleh adanya gambelan saron didesa cemagi tidak diketahui secara pasti tahunnya sebab mereka sudah mendapatkan keterangan secara sambung-menyambung, bahwa gambelan tersebut adalah merupakan warisa turun-temurun dan tak seorang pun pernah mencatat atau menjelaskan tentang asal usul yang pasti.

Di kutip Dari Buku Gamelan Saron Di desa Cemagi Oleh I nyoman Sudarna, Jurusan Karawitan , tahun 1985,

pada Halaman 1-17

artikel Gong Luang

Posted in Tak Berkategori on Agustus 29th, 2014 by wayanariawan

                                                                                                  GONG LUANG

 

Sebelum menginjak isi uraian mengong luanggenai gambelan luang terlebih dahulu kami berikan beberapa penjelasan atau batasan-batasan tentang apa yang akan dimaksud dengan istilah yang termuat dalam judul artikel ini demi tercapaainya kesatuan pendapat. Istilah gambelan luang adalah suatu istilah yang dapat dipisahkan menjadi gambelan dan luang yang masing-masing mempunyai arti tersendiri.

Gambelan, bila kita mendengar atau berfikir tentang gamelan maka perhataian kita akan terangkat pada suatau alat music tertentu dengan fungsi tertentu pula karena belumlah boleh dikatakan gambelan bila hanya terdiri satu jenis alat music misalnya cenceng tidak ada ijstilah gambelan cenceng, gambelan kendang, dan sebagainya. Hingga agar dikatakan gvaambelan diperlukan sejumlah alat music yang akan menentukan gambelan tersebut.

Dalam kamus modern bahasa Indonesia yang di karang oleh sutan mohhamad sain dikatakan bahwa gambelan adalh orkes jawa dan bali yang terdiri dari berjenis-jenis alat bunyi-bunyian yang sebagian besar alat-alatya dipukul tetapi ada juga yang digesek dan ditiup, seperti halnya di bali gambelan itu bisa disebutkan dalam bentuk nama tabuh.

Beberapa alat musik diatas seperti : kukul, okokan , sunari, kekekuakan, tektekan dan sejenis itu. Lazim dipakai bermain music dan dianggap menghasilkan music, kiranya belum dapat dikatagorikan sebagai gambelan.

Keseluruhan alat itu betul-betul terlepas dari barungan yang ada di bali. Ini berarti bahwa gambelan itu terdiri dari beberapa alat music (karawitan), yang ada unsur keindahan baik dari segi bentuk, suara, dan tekhnik penyajian.

Oleh karena itu dalam suatu barungan gambelan tentu akan melibatkan orang lebih banyak, hingga dalam penyajiannya diperlukan adanya kebersamaan. Dan sifat individu dalam memainkkan sangat jarang.

Luang, setelah kami hubungi beberapa informan yang kami anggap tahu mengenai arti kata luang terjadilah penafsiran yang sama antara informan yang satu dengan yang lainnya. Maka dalam hal ini akan dijelaskan istilah luang dalam kaitannya dalam gong luang yang ada di Desa Kerobokan. Yang kami maksud adalah kesimpang siuran pengertian di masyarakat yaitu ada menanggapi gila barunga gong luang itu dinamakan saron, sedangkan bila kurang namanya luang.

 

 

Gong Luang terdiri dari 2 suku kata yaitu Gong dan Luang. Kata “Gong” mengacu pada nama salah satu instrument gamelan tradisional Bali yang terbuat dari bahan perunggu bentuknya bulat seperti nakara, memiliki moncol pada sentralnya dan moncol itulah yang biasanya dipukul. Ukuran gong ini paling besar di antara barungannya ( unitnya ). Fungsinya dalam barungan adalah sebagai finalis lagu.

Istilah gong juga dipakai untuk memberi nama pada satu barungan gamelan. Contoh : Gamelan Gong Gede, Gamelan Gong Kebyar, Gamelan Gong Suling, Gamelan Gong Beri dan lain sebagainya. Selanjutnya kata “Luang: atau “Ruang” atau “Rong” berarti ruang atau bidang. Istilah “Luang” ini sangat popular dipergunakan dalam dunia perundagian ( arsitektur tradisional Bali ), untuk menyebutkan nama bidang atau ruang – ruang kosong yang akan diberi hiasan berupa motif – motif ukiran dan sejenisnya. Istilah “Luang” dipakai juga penamaan salah sau gametu lagu Gambang yaitu “Menjangan Saluang”. Menjangan Saluang juga mengacu pada nama salah satu banguna suci yang terdapat di Merajan/Sanggah ( Tempat Suci keluarga bagi umat Hindu Bali ). Di Sumatra, dikenal istilah “Saluang” untuk memberi nama pada sebuah bentuk.instrumen tiup ( seruling ).

Menurut I Nyoman Raweg (Sudiana, 1982 : 4 ) istilah “Luang” berarti kurang. Dalam hal ini dikatan mengatan bahwa apabila unit gamelan tersebut kurang lengkap maka dinamakanlah Gong Luang. Tetapi, lebih lanjut Raweg mengatakan bahwa pendapat ini pun ternyata simpang siur. Pendapat lain menyatakan bahwa justru barungan yang lengkaplah bernama Gong Luwang sedangkan yang kurang bernama “Saron” yaitu terdiri atas saron, gangsa jongkok besar dan gangsa jongkok kecil. Kelompok masyarakat lain mengatakan bahwa lengkap atau tidak barungan itu tetap saja namanya Gong Luang.

Sumber  kutipan dari : Buku Gong Luang Di Banjar Tegeh Desa Kerobokan ,

Oleh : I Nyoman Sudiana tahun 1982 pada halaman 1 – 16

BUNGBANG

Posted in Tak Berkategori on Agustus 28th, 2014 by wayanariawan

BUNGBANG

images

Secara organologi yaitu ilmu tentang alat-alat musik, gamelan bungbang di klasifikasikan ke dalam kelas idofoon yaitu alat musik pukul. Gamelan bungbang adalah sebuah barungan (satu set) gamelan bambu yang diklasifikasikan dalam seni karawitan Bali sebagai gamelan anyar. Hal ini dikarenakan gamelan bungbang diciptakan setelah abad ke dua puluh dan merupakan pengembangan dari gamelan – gamelan yang sudah ada sebelunya, terutama pada teknik permainan dan lagu-lagu yang dimainkan.

Gamelan bungbang diciptakan pada tahun 1985 dan dipentaskan untuk umum pertama kali pada tanggal 16 november 1988 pada saat pawai pembukaan lomba desa di Desa Sesetan Denpasar Bali. Pada awalnya gamelan bungbang bernama timbung kemudian setelah dua tahun, tepatnya pada tanggal 15 Juni 1987 nama timbung diubah menjadi bungbang yang dikutip dari kakawin Bharatayuda yang bunyinya: “Pering bungbang muni kanginan manguluwang yeaken tudungan nyangiring” yang terjemahan bebasnya adalah bambu berlubang tertiup angin suaranya merdu meraung-raung bagaikan suara suling.

Gamelan bungbang diciptakan oleh almarhum I Nyoman Rembang seorang maestro karawitan Bali yang dilahirkan pada tanggal 15 Desember 1930 di Banjar Tengah Sesetan Denpasar Bali.

Gamelan bungbang pada awalnya diciptakan untuk mengiringi tari ikan hias. Warna dan gerak-gerik ikan hias dalam aquarium di Hotel Tanjung Sari Sanur Bali, menarik perhatian I Nyoman Rembang untuk menciptakan tarian ikan hias, kemudian beliau mencoba memikirkan instrumen apa yang tepat untuk mengiringi tarian ikan hias tersebut. Gamelan bungbang tercipta setelah I Nyoman Rembang mendengarkan suara butir-butir air yang jatuh dari mulut keran di bak air dalam kamar mandi, yang bunyinya klak, klik, kluk…
Instrumen pokok dari gamelan bungbang adalah alat-alat musik pukul berbentuk setengah kulkul (kentongan) yang terbuat dari bamboo yang ukurannya bervariasi mulai dari 90 cm untuk yang paling panjang dan 10 cm untuk yang paling pendek. Berdasarkan ukurannya instrumen pokok gamelan bungbang dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu:

 

 

  1. Bungbang pangede atau jegogan, mempunyai ukuran paling besar dengan nada paling rendah.

Bungbang Jegogan

  1. Bungbang madya atau pemade, mempunyai ukuran sedang dengan nada satu oktaf di atas bungbang pangede atau jegogan.

Bungbang Pemade

3. Bungbang alit atau kantilan, mempunyai ukuran paling kecil dengan nada tinggi melengking.

Bungbang kantilan

Selain instrument pokok yang terbuat dari bambu, untuk melengkapi barungan gamelan bungbang biasanya dilengkapi dengan instrument pendukung seperti :
– Sepasangkendang
– Sepasang cenceng kecil
– Sebuah gong pulu yang berbentuk bilahan
– Sebuah gong (bermoncong) yang berukuran menengah
– Beberapa buah suling
Dalam memainkan gamelan bungbang, teknik yang digunakan hampir sama dengan teknik memainkan gamelan pada umumnya di Bali yaitu menonjolkan permainan melodi dan kekotekan (terjalin). Untuk dapat memainkan gamelan bungbang memerlukan sedikitnya 40 orang penabuh (pemain pemusik). Dalam memainkan gamelan bungbang semua pemain atau penabuh dituntut untuk menguasai atau menghafal lagu secara keseluruhan, dikarenakan setiap penabuh hanya membawa atau memainkan satu buah instrumen bungbang sehingga dalam memainkan gamelan ini antara penabuh yang satu dengan yang lain akan saling melengkapi atau saling ketergantungan.

Gamelan bungbang merupakan satu-satunya gamelan bambu yang mampu membawakan lagu-lagu atau komposisi musik yang berlaras pelog maupun slendro. Dalam gamelan yang terbuat dari kerawang (besi) hanya gamelan semare pegulingan yang dapat memainkankedua laras tersebut.
Seiring berjalannya waktu seka atau kelompok yang masih mempertahankan dan dapat memainkan gamelan bungbang hanya dapat ditemui di Br. Tengah Sesetan yaitu Seka Gong Wirama Duta. Seka ini adalah seka yang memainkan pertama kali gamelan bungbang.
Pada proses pembuatan gamelan bungbang tidak ada sesuatu yang khusus kecuali pada pemilihan bambu yang dipergunakan sebagai bahan pembuatan gamelan bungbang. Bambu yang digunakan adalah bambu petung untuk nada-nada rendah (jegogan) serta bambu jajang untuk nada-nada madya dan tinggi (pemade dan kantil).

Lagu – lagu Bungbang walaupun dikarang dan disusun dalam bentuk kreasi baru, namun pijakannya tetap pada lagu – lagu tradisional yang terpakai didalam gamelan – gamelan yang sudah ada sebelumnya. Andaikata lagu – lagu Bungbang ini dibangun dalam bentuk kontemporer dikhawatirkan akan lekas punah atau tidak mampu melawan perkembangan jaman. Adapun lagu – lagu yang dipakai untuk mengikuti pawai, dimulai dengan lagu kesiar, kemudian lagu pengecet, gandrangan dll. Tergantung situasi dan kondisi.

Contoh Struktur Gending Pementasan “Bungbang” :

  1. KATIBANGBUNG, Dimana gending ini termasuk gending petegak/ instrumental dengan laras pelog panca nada, yang merupakan kombinasi dari unsur – unsur klasik/ tradisional dengan unsur – unsur modern, sehingga suasananya menyerupai suasana upacara adat.
  2. SRINADI adalah juga termasuk gending petegak/instrumental dengan laras seledropanca nada disusum dari unsur – unsur klasik /tradisional, yang memperdengarkan suasana kehidupan di persawahan/pertanian, dimana dilukiskan berbagai jenis suara kodok, belalang, sunari, dll.
  3. MINA PRADPTA adalah sebuah tari yang menggabarkan keindahan ikan – ikan hias dengan gerak gerik ikan yang kadang – kadang cepat dan gesit, kemudian lemah gemulai dengan bentuk dan warna yang beraneka ragam. Tari ini diciptaka oleh Ni Ketut Arini Alit, SST, dan lagu iringannya oleh I Nyoman Rembang.
  4. GANDRUNG adalah sebuah tari yang menggambarkan seorang Pria, dalam hal ini “Arjuna” yang dalam cerita , Mahabharata, menyamar sebagai wanita yang pandai menari, dengan tujuan untuk mendapatkan seorang putri dari salah satu kerajaan. Pada mulanya tari ini hanya diperankan oleh satu orang penari saja, tetapi pada masa sekarang tari Gandrung sering ditarikan oleh lebih dari satu orang.
  5. JOGED adalah sebuah tari yang termasuk dalam tari pergaulan, dimana menggambarkan muda – mudi yang sedang bergimbara – ria pada hari raya setelah musim panen. Tari ini dapat diamainkan dalam bentuk tunggal maupun masal.

 

*Informan:

Nama : Bapak I Gede Putra

Alamat : Sesetan Br. Tengah, Kecamatan Denpasar Selatan.

 

 

 

BUMBUNG GEBYOG

Posted in Tak Berkategori on Agustus 27th, 2014 by wayanariawan

                                                                                       GAMBELAN BUMBUNG GEBYOG

DI DESA DANGINTUKAbg1DAYA NEGARA

 Di bali terdapat bermacam-macam instrument yang terbuat dari bambu, seperti :

Gambelan jogged bumbung,gambelan gandrung,gambelan joged pingitan, yang disebut rindik,gambelan jegog,gambelan gambang, dll. Dari sekian instrument yang ada penulis memilih gambelan bumbung gebyog yang ada di Desa Dangintukadaya Negara, sebagai artikel yang ditulis.

Gambelan bumbung gebyog merupakan kesenian khas daerah bali bagian barat yaitu daerah tingkat II Jembrana, gambelan ini jauh berbeda dengan gambelan bumbung yang ada baik dari segi instrumennya maupun dari segi cara pemukulan, istilah bumbung masih bias dipecah menjadi dua kata yaitu dari kata bumbung dan gebyog. Bahwa bumbung adalah bamboo yang terdiri dari satu atau beberapa ruas yang pada ujungnya dipotong sedemikian rupa sehingga berlubang dan pada pangkalnya dibiarkan tertutup. Sedangkan gebyog adalah suara yang ditimbulkan oleh instrument bumbung.

Beberapa hal yang mendorong penulis untuk meneliti gambelan gebyog sebagai obyek karya tulis adalah : gambelan bumbung gebyog di desa Dangintukadaya Negara belum diketahui secara pasti mengenai asal mulanya, mempunyai fungsi tersendiri dalam penyajiannya khususnya di Desa Dangintukadaya, mempunyai instrument sederhana, gambelan bumbung gebyog ini memiliki kekhasan tersendiri dilihat dari segi instrumen dan cara memainkan instrument tersebut.

Demikian secara garis besarnya yang dapat mendorong penulis memilih gvambelan bumbung gebyog ini sebagai obyek penelitian. Didalam menguraikan nanti yang akan penulis ungkapkan hanya berkisar pada data-data yang didapat dari informan.

Untuk lebih jelasnya dibawah ini menguraikan alat-alat instrument bumbung gebyog didesa dangintukadaya :

  1. Papan panjangnya 3m, tebalnya 5 cm, diletakkan diatas lesung fungsinya sebagai tempat memukul bumbung.
  2. Dua buah lesung tingginya lebih kurang setengah meter diletakkan di kedua ujung papan. Mulut lesung mengarah keatas fungsinya sebagvai penyanggah papan dan sebagai pelawah
  3. Delapan buah bumbung yang terbuat dari bambu panjang masing-masing bumbung yaitu:
  4. bambu 1 panjangnya: 88 cm
  5. besar bambu 25 cm
  6. diameter 8 cm
  7. bambu 2 panjangnya 82 cm
  8. besar bambu 23 cm
  9. diameter 6 cm
  10. bambu 3 panjangnya 79 cm
  11. besar bambu 22 cm
  12. diameter ­­­6 cm
  13. bambu 4 panjangnya 73 cm
  14. besar bambu 22 cm
  15. diameter 5 cm
  16. bambu 5 panjangnya 65 cm
  17. besar bambu 20 cm
  18. diameter 5 cm
  19. bambu 6 panjangnya 64 cm
  20. besar bambu 21 cm
  21. diameter 5 cm
  22. bambu 7 panjangnya 62 cm
  23. besar bambu 19 cm
  24. diameter 5 cm

Mengenai pengelompokan music yang dilihat berdasarkan bahannya orang cina membedakan menjadi :

  1. Kin ( Logam), che ( Batu), Tu ( Tanah),Ko Kulit)
  2. Hien ( Dawai),Po ( Buah Kelabu), Cu ( Bambu),Mu(Kayu)

Kemudian bangsa lain juga mempunyai pendapat misalnya orang India menemukan dalam natya Sastra membagi menjadi empat golongan yaitu : Gana (seperti simbal) Avananda (termasuk kendang dan rebana) Tata ( Alat berdawai) Qusira ( Alat Udara)

 

Artikel ini dikutip dari buku tentang gamelan bumbung gebyog di Desa Dangintukadaya Negara

Di Kutip Dari Buku Gambelan Bumbung Gebyog Di Desa Dangintukadaya Negara

Oleh : I made Surya , Jurusan Karawitan, Akademi Seni Tari Indonesia Tahun 1986,

pada Halaman 1-3