TARI KREASI BARU MAHADEWA PRALAYA NRETYA

This post was written by wahyuandika on April 2, 2018
Posted Under: Tak Berkategori
  1. Latar Belakang

Salah satu  konsep agama Hindu Dharma di Bali, memuja adanya sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin. Sembilan penguasa itu merupakan Dewa Siwa yang dikelilingi oleh Dewa Wisnu di utara, Dewa Sambu di timur laut, Dewa Iswara di timur, Dewa Maheswara di tenggara, Dewa Brahma di selatan, Dewa Rudra di barat daya, Dewa Mahadewa di barat, dan Dewa Sangkara di barat laut. Nawa Dewata (sembilan dewa) atau Dewata Nawa Sanga tersebut merupakan manifestasi dari Ida Sanghyang Widhi Wasa yang menjaga  keharmonisan jagat semesta.

Kisah Siwa sebagai dewa tertinggi, memiliki keanekaragaman dramatik dengan kandungan pesan moral yang universal dan kontekstual,  sangat ideal diungkapkan dalam seni pertunjukan. Salah satu penggambaran Dewa Siwa yang dihormati penganut agama Hindu di berbagai belahan dunia adalah sebagai Rudra yaitu sang pelebur. Dalam wujud yang menakutkan ini Dewa Siwa melebur segala sesuatu di alam semesta yang dianggap patut dimusnahkan atau didaur ulang dengan tujuan mengembalikan  kehidupan yang tenteram, damai, dan berkeadaban. Proses peleburan dan mewujudkan kembali harmoni jagat semesta itu dilakukan Dewa Siwa melalui tarian kosmisnya.

Tarian kosmis Dewa Siwa, melebur dan menciptakan kembali jagat semesta menyediakan ruang untuk digarap dalam seni tari.  Bagaimana Dewa Siwa dengan delapan dewa lainnya menjaga kedelapan penjuru mata angin, bagaimana Dewa Siwa mempralaya beragaman kejahatan yang merusak jagat semesta, dan bagaimana Dewa Siwa menciptakan kembali semesta alam dengan segala isinya, sangat menginpirasi, mengundang stimulasi estetik serta interpretasi artistik, untuk diejawantahkan dengan sebuah konstruksi seni tari.

  1. Konsep Garapan

Secara konseptual, karya seni tari ini dirancang sebagai tari kreasi, dimana elemen-elemen tari tradisi Bali digunakan dan dikembangkan secara kreatif ke arah karya yang artistik. Nilai artistik dari karya seni ini diharapkan juga mengemukakan dari konsep perbedaan karakter warna dari Nawa Dewata. Konsep perbedaan masing-masing karakter ini, selain mengoptimalkan ekspresi penari, juga dirancang dengan menggunakan topeng (tapel). Konsep tari ini dirancang menggunakan properti sebuah instrument musik tiup dan instrument musik gesek yang dibawakan langsung oleh penari. Unsur olah suara vokal yang dilantunkan penari juga menjadi bagian keseluruhan konsep karya tari ini.

  1. Judul

Karya cipta tari ini diberikan judul “Mahadewa Pralaya Nrthya”. Mahadewa adalah sebutan kehormatan kepada Dewa Siwa sebagai dewa tertinggi. Pralaya berarti kiamat ketika Siwa berwujud Rudra sebagai dewa pelebur. Sedangkan nrthya bermakna tarian. Jadi Mahadewa Pralaya Nrthya adalah ketika Dewa Siwa menari kosmis melebur jagat semesta untuk menciptakan kembali ketenteraman dan kedamaian kehidupan.

  1. Ide

Ide karya tari ini mengemukakan dari fenomena kehidupan di seluruh dunia yang belum memberikan  kedamaian kepada umat manusia. Perang antar negara atau perang dalam satu negara mengancam ketenteraman hidup. Berpijak dari fenomena tersebut, tercetus keinginan mengekspresikan pandangan terhadap masa depan dunia yang lebih menyejukkan dalam ungkapan seni tari. Kisah-kisah mitologi Dewa Siwa mimiliki pesan moral yang universal dan kontekstual jika dikaitkan dengan fenomena peperangan yang saling memusnahkan dalam sepanjang sejarah kehidupan manusia di atas bumi ini. Untuk membingkai karya tari ini dipilihlah lakon Siwa Rudra, ketika Siwa mempralaya jagat semesta.

  1. Tema

Introspeksi adalah tema yang jadi benang merah karya tari ini.  Melalui kisah peleburan dan penciptaan kembali jagat semesta oleh Dewa Siwa, segenap umat manusia, masyarakat, dan negara untuk selalu menjaga perdamaian dengan berintrospeksi. Kesadaran instrospektif dalam mengawal kedamaian hidup ini digugah melalui karya tari ini untuk dijadikan spirit kerukunan, termasuk bagi bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika.

  1. Konsep Gerak

Karya tari ini digarap dengan semangat kreativitas melalui orientasi gerak-gerak seni tradisi Bali. Namun, mengingat cerita ini melukiskan tokoh-tokoh  dewa, unsur gerak yang bersumber dari khasanah religius akan diadopsi secara styilistik. Beberapa gerak mudra pendeta dalam ritual agama Hindu di Bali akan diolah dalam ungkapan estetik.

  1. Konsep Tata Busana

Rancangan tata busana garapan ini mengacu pada busana tradisi pewayangan yang dikembangkan. Secara konseptual tata busananya akan berlangsung secara bongkar pasang di tengah arena pentas. Begitu juga topeng yang digunakan disiapkan di atas panggung.

  1. Konsep Tata Cahaya

Tata cahaya karya tari ini bersifat dinamis sesuai dengan kebutuhan suasana dan dramatiknya. Lampu-lampu yang berfungsi khusus seperti lampu sorot misalnya akan digunakan dalam tari ini.

  1. Konsep Iringan

Karya tari ini menggunakan gamelan Selonding, gamelan golongan tua yang banyak dijumpai di desa-desa Bali Aga. Karakternya yang hening dan ritualistik kiranya cocok diekplorasi untuk iringan tari ini. Unsur vokal yang akan digunakan dalam tari ini  diberi ruang oleh ketersediaan larasnya yaitu pelog tujuh nada.

  1. Jumlah Penari

Tari ini dibawakan oleh beberapa penari yang ditunjukan sebagai tokoh dalam cerita tersebut.

  1. Tipe Tari

Karya tari ini bertipe tari kelompok.

  1. Mode Penyajian

Penyajian tari ini adalah di panggung prosenium, dimana penonton menyaksikannya dari arah depan.

Comments are closed.

Previose Post: