tradisi mepeed sukawati

Sejarah dari tradisi Mapeed di Desa Sukawati bermula saat berlangsung sebuah karya ngenteg linggih pada masa pemerintahan Dewa Agung Anom di Pura Penataran Agung Sukawati. Dewa Agung Anom mendapat pawisik dari raja Anglurah Agung ( Raja Mengwi ) untuk melakukan prosesi mendhak tirtha di sungai yang dikeramatkan di Sukawati yaitu sungai cengcengan. Setelah mendapat pawisik dari Raja Mengwi maka Raja Agung Anom memerintahkan rakyatnya untuk membawa sangku (tempat air) yang nantinya akan digunakan dalam proses mendak tirtha, yang mana masyarakat beriringan dating ke pura taman beji (cengcengan), beriringan ini yang menjadi cikal bakal mapeed di Desa Sukawati. Pelaksanaan Tradisi Mapeed dalam prosesi Mendak Tirtha serangkaian Piodalan Nadi di Pura Kahyangan Tiga Desa Pakraman Sukawati merupakan salah satu upacara 267 yadnya yang tergolong utamaning utama yadnya atau besar yang dilaksanakan pada Anggara Kliwon Tambir di Pura Dalem Gede Sukawati berselang lima belas hari kemudian di Pura Puseh dan Desa pada Buda Kliwon Matal. Mapeed sendiri dilaksanakan oleh seluruh masyarakat Desa Sukawati, baik itu dari anak – anak hingga orang – orang dewasa yang memang ingin ikut ngayah dalam pelaksanaan prosesi mapeed. Piodalan Nadi di Pura Kahyangan Tiga dilaksanakan selama empat hari dari awal piodalan sampai penyimpenan dan pelaksanaa Mapeed sendiri dilaksanakan dari awal piodalan sampai penyimpenan. Pelaksanaan Mapeed sendiri dimulai pada pukul 16.00 Wita dari jaba Pura Dalem maupun Pura Desa menuju Pura Taman Beji atau yang dikenal dengan cengcengan sampai pukul 19.00 Wita dari Pura Taman Beji menuju Pura Dalem ataupun Pura Desa. Dalam pelaksanaan ini, selalu berjalan proses dan kerjasama beberapa unsur atau elemen masyarakat yang bisa disebut Tri Manggalaning Yadnya yaitu pelaku utama kegiatan atau pelaksana, serati/tukang banten serta pemimpin upacara. Kesuksesan suatu upacara tergantung pada loyalitas pendukung kegiatan tersebut. Dengan demikian kesadaran panyungsung atau pangamong Pura Kahyangan Tiga memegang peranan yang sangat penting dalam penyelesaian suatu upacara. Persiapan pelaksanaan tradisi Mapeed dalam piodalan nadi di Pura Kahyangan Tiga Desa Pakraman Sukawati sudah dilaksanakan satu bulan sebelumnya, prajuru desa pakraman melaksanakan paruman terlebih dahulu guna menentukan banjar – banjar yang mendapat giliran dalam pelaksanaan tradisi Mapeed. Banjar – banjar yang mendapat giliran baik pada saat Piodalan, Umanis, Paing maupun Nyimpen harus menunggu perintah kelihan adat banjar masing – masing agar dapat mengetahui kapan banjar yang bersangkutan mendapat giliran dalam pelaksanaan Mapeed sesuai dengan hasil paruman yang disepakati. krama banjar yang mendapat giliran ngayah Mapeed sendiri tahap awalnya memilih orang – orang yang akan ikut dalam prosesi Mapeed, yang mana orang – orang yang sudah terpilih akan dirias sesuai dengan pakian yang sudah disepakati dan didanai oleh krama banjar baik itu dari PKK dan Sekaa Truna. Selain dari pilihan banjar masih banyak dari masyarakat yang ikut berpartisipasi atau ngayah Mapeed baik itu anak – anak sampai pemuda – pemudi di luar dari pilihan banjar. Setelah berhias Peed sendiri langsung menuju ke Pura Kahyangan Tiga dan melakukan persembahyangan sebelum melakukan perjalan menuju Pura Taman Beji atau Cengcengan. Dalam melakukan persembahyangan seseorang yang ngayah Mapeed hanya mempersiapkan bunga dan segehan dalam proses persembahyangan tersebut. Menghaturkan segehan dilakukan terlebih dahulu sebelum proses persembahyangan dimulai yang dihaturkan di depan seseorang duduk dalam proses persembahyangan. Setelah ngathuran bhakti sesorang yang ngayah Mapeed langsung menuju ke jaba untuk mengatur barisan yang nantinya diatur oleh pacalang Desa Pakraman Sukawati. Setelah persiapan dan barisan Peed sendiri sudah diatur dari urutan terdepan dari anak – anak sampai dewasa di urutan belakang. Maka iringan Peed berjalan beriringan dari Pura Kahyangan Tiga baik Pura Dalem dan Pura Desa Desa Pakraman Sukawati menuju Pura Taman Beji atau Cengcengan. Setelah sampai di Pura Taman Beji atau Cencengan seseorang yang yang ngayah Mapeed serta krama banjar yang ikut ngiring baik itu dari sekaa santhi maupun sekaa baleganjur beristirahat sambil menunggu prosesi nunas tirtha dilaksanakan. Setelah prosesi mendak tirtha di Pura Taman Beji sudah selesai, barisan Peed diatur kembali oleh pacalang. Barisan diatur seperti pada saat menuju ke Pura Taman Beji. Setelah semua barisan lengkap dan sudah beriringan dengan rapi, kemudian baru kembali berjalan menuju Pura Kahyangan Tiga. Perjalanan menuju Pura Kahyangan Tiga diawali oleh pemuda yang membawa umbul – umbul, bandrang, kober, tedung, sekaa kidung, baleganjur dan sangku sebagai tempat tirtha yang ditunas di

Tutorial membuat angklung bambu

Tradisi mepeed di sukawati yg saat ini masih tetap tetap dilestarikan

Baleganjur kumbakarna

Halo dunia!

Selamat Datang di Blog Institut Seni Indonesia Denpasar. Ini adalah post pertama anda. Edit atau hapus, kemudian mulailah blogging!