Suling Topeng Tua

Suling adalah instrumen aerophone, yaitu seruling bambu yang prinsipnya adalah end blow flute, memakai enam buah lubang nada, dan satu lubang pemanis untuk menimbulkan bunyi. Suling Bali memakai siwer, dan mempunyai teknik permainan yang memerlukan tiupan terus-menerus yang disebut ngunjal angkihan (circular blown breathing), dan dibuat dengan bermacam-macam ukuran, dari ukuran besar dan panjang, menengah dan sampai ukuran yang paling kecil. Dalam karawitan Bali, suling mampu memberi kesan lebih hidup dan lebih dinamis dalam melengkapi barungan gamelan Bali. Dibuat sederhana dari sebatang bambu, namun dibalik kesederhanaannya suling menunjukkan identitasnya sebagai sebuah instrumen yang sangat unik, memiliki tingkat permainan yang tinggi, aturan cara pembuatannya yang cukup rumit, serta memiliki fungsi yang cukup beragam. Tulisan ini mempergunakan pendekatan yang bersifat kualitatif, yaitu berupaya menjawab tantangan untuk memahami, memberikan interpretasi pada fenomena emperis yang dipadu dengan sistem logika dan nilai kebenaran dalam Seni Karawitan Bali. Dilaksanakan melalui tahapan-tahapan, yaitu: melakukan persiapan dan menentukan objek penelitian, menentukan lokasi penelitian, pengumpulan data, menganalisis data, dan menyajikan hasil analisis data. Mekanisme penulisannya adalah menganalisis teks yang dideskripsikan, dijadikan titik tolak untuk memahami bentuk dan jenis instrumen suling, selanjutnya menelusuri teknik membuatnya menurut pengalaman beberapa nara sumber. Tulisan mengenai suling mempunyai tujuan memperoleh pengetahuan secara deskriptif tentang suling, memperkenalkan, menggali, mendokumentasikan dan mengembangkan teknik pembuatan suling dalam karawitan Bali. Memberikan informasi dan wawasan untuk dapat memahami eksistensi suling dengan baik, serta  memberi motivasi, merangsang generasi mendatang untuk lebih kreatif dan membiasakan diri agar tidak ‘menganak-tirikan’ salah satu instrumen gamelan Bali.

Pengawak Iringan Topeng Arsa Wijaya

Topeng adalah tarian yang penarinya mengenakan topeng. Topeng telah ada di dunia sejak zaman pra-sejarah. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Diyakini bahwa topeng berkaitan erat dengan roh-roh leluhur yang dianggap sebagai interpretasi dewa-dewa. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai kegiatan seni dan adat sehari-hari.

Cerita klasik Ramayana dan cerita Panji yang berkembang sejak ratusan tahun lalu menjadi inspirasi utama dalam penciptaan topeng di Jawa. Topeng-topeng di Jawa dibuat untuk pementasan sendratari yang menceritakan kisah-kisah klasik tersebut.
Keberadaan topeng dalam masyarakat Bali berkaitan erat dengan upacara keagamaan Hindu, karena kesenian luluh dalam agama dan masyarakat.  Topeng Bali adalah sebuah tradisi yang kental dengan nuansa ritual magis, umumnya yang ditampilkan di tengah masyarakat adalah seni yang disakralkan. Tuah dari topeng yang merepresentasikan dewa-dewa dipercaya mampu menganugrahkan ketenteraman dan keselamatan.
topeng Dalem merupakan tari topeng yang menokohkan seorang raja yang sedang bertahta di suatu daerah. Topeng Dalem atau juga disebut dengan Topeng Arsa Wijaya didalam pertunjukan Topeng Wali. Topeng Wali berarti topeng upacara(sakral)yang berguna sebagai salah satu syarat agar yadnya (korban suci) yang dilakukan oleh umat Hindu Bali selesai dengan sempurna.

Kendang Kerumpungan



Kendang krumpungan, kata krumpungan berasal dari kata pung yaitu menirukan suara kendang tersebut (onomatopea atau peniruan bunyi). Jenis kendang ini dipukul hanya menggunakan tangan. Kendang ini biasanya dipergunakan untuk mengiringi gamelan Pegambuhan dan gamelan Palegongan. Kendang krumpungan ini selalu dimainkan berpasangan yaitu kendang lanang dan kendang wadon. Kendang wadon mempunyai diameter tebokan besar 24,5-25cm, panjang antara 55-57cm dan diameter tebokan kecil 20cm. Sedangkan kendang lanang mempunyai diameter tebokan besar 23,5-24cm, panjang antara 55-57cm, diameter tebokan kecil 19,5-20cm. Kendang batel mempunyai banyak kesamaan dengan kendang krumpungan baik dari segi bentuk maupun cara memainkannya. Adapun perbedaan antara kendang batel dengan kendang krumpungan adalah kendang batel memiliki ukuran yang sedikit lebih kecil dari kendang krumpungan. Selain itu, kendang batel biasanya dipergunakan untuk mengiringi gamelan Pengarjan dan gamelan Batel Wayang. Kendang wadon mempunyai diameter tebokan besar 23-24cm, panjang 52-55cm dan diameter tebokan kecil 19cm. Sedangkan kendang lanang mempunyai diameter tebokan besar 22-22,5cm, panjang 52-55cm dan diameter tebokan kecil 18cm. 

Tabuh Petegak Gajah Indre


gennder Wayang merupakan barungan alit yang merupakan gamelan Pewayangan (Wayang Kulit dan Wayang Wong) dengan instrumen pokoknya terdiri dari 4 (empat) tungguh gender berlaras selendro (lima nada) (Dibia, 1999:108).Gender Wayang ini memiliki banyak kelebihan, dari segi fungsi, ataupun maknanya yang biasanya digunakan untuk mengiringi upacara Manusa Yadnya (potong gigi) dan upacara Pitra Yadnya (ngaben). alat musik Gender Wayang sering digunakan untuk mengiringi pertunjukan Wayang Lemah, Wayang Kulit Ramayana ataupun Wayang Kulit lengkap dengan dipadukan alamat musik lain.

Gender Wayang saat ini tidak hanya digemari oleh kalangan dewasa, namun saat ini sudah mulai menyentuh kalangan anak-anak. Anak-anak sangat membutuhkan hal- hal yang mampu memicu perkembangan fisik dan psikisnya kearah yang lebih baik dan tentunya hal ini yang diinginkan oleh setiap orang tua. Melalui belajar Gender Wayang siswa diharapkan mampu mengoptimalkan kemampuan otak, karena dalam memainkan alat musik tradisional ini memerlukan keseimbangan antara otak kanan dan otak kiri.

Gajah Indra, Merupakan Gending atau lagu yang dimana dimainkan setelah melakukan prosesi meperas gambelan atau mengupacarai gambelan itu sebelum dimana oleh para pemainnya, gending Gajah Indra ini, gending umum yang biasanya di mainkan lombok, gending atau lagu ini mempunyai khas style lombok dari Kr.Blungbang

Penelitian Gambelan Kelentang Lombok



Gambelan Kelentang merupakan seperangkat alat musik tradisional yang biasanya dimainkan sebagai musik instrumental dan iringan tari. Di dalam fungsinya sebagai musik instrumental gamelan kelentang dimainkan secara dipukul sendiri-sendiri dalam posisi duduk dan berjalan. Sebagai satu kesatuan sebuah ensambel, didalamnya terdapat beberapa instrumen yang merupakan perpaduan antara instrumen berpencon, berbilah dan rebana. Adapun instrumen yang terdapat di dalam ensambel musik kelentang diantaranya:1 kelentang, bernada. Di samping instrumen dalam bentuk rebana juga terdapat beberapa instrumen lain seperti: rincik dan suling.

Di Desa rendang bajur kecamatan Gunungsari, kabupaten lombok barat, terdapat seniman pembuat gambelan kelentang yang bernama, Bapak Komang Kantun, beliau adalah seorang seniman yang dulunya pernah ngajar di SPG.Berawal dari dulunya Bapak Komang Kantun mengajar di SPG, tamatan SPG dulunya rata-rata mengajar di SD, karena pada saat itu ada kebijakan baru dari pemerintah bahwa guru SD itu harus Sarjana D3, Akhirnya SPG itu di tutup kemudian Bapak Komang Kantun langsung berpindah alih ke bidang kesenian di sekolah, maka dari itu Bapak Komang Kantun mulai dipercayai untuk diberikan subsidi baik itu berupa peralatan gambelan atau dana kepada sanggar-sanggar yang ada di lombok khususnya sanggar-sanggar tradisional Sasak. Berawal dari sana masing-masing sanggar itu mengajukan proposal bermacam-macam pengajuan proposalnya ada Rebana, Gendang Beleq, Tawak-tawak, dan lain sebagainya sampai sekarang ini. dari sana banyak terlihat pengerajin itu sudah memang ada dari sejak dulu tetapi karena jauh jaraknya sehingga pengerajin itu kesulitan bahan maka langka untuk dicari, seingat beliau pada zaman dulu itu di lombok Timur bagian desa Raja, dari sana kemudian Bapak Komang Kantun mulai relas pertama kali untuk membuat gambelan dari bagik nunggal bersama almahrum Bapak Saleh beliau yang tekun dengan kerjasama bersama Bapak Komang Kantun. Besi-besi pelat supanya murah dan gampang dicari yaitu di desa babakan. Seperti Bahan-bahan rangka kendaraan seperti kap, sehingga lama-lama kemudian timbullah jadi kebutuhan bunyi itu jadi Beliau dapat simpulkan bahwa kalau kita pakai alat besi yang mengandung baja untuk membuat Gambelan Kelentang  itu lebih bagus sehingga pir untuk membuat bilah Gambelan Kelentang tidak langsung dibuat tetapi memiliki proses yang pertana dipotong kemudian ditempa seperti dipande, dan dibakar di deder pakai palu untuk menyesuaikan bentuk bilahnya sesuai keinginan kita, pada zaman dulu yang bapak komang kantun  temui kebanyakan dari segi bentuk Gambelan Kelentang dipengerajin yang lain itu kebanyakan yang membuat ukuran bilahnya pedek  jadi penampilannya kurang elok atau kurang pas diliat sehingga kurang sistematis suara yang dihasilkan dengan bentuknya yang lebar tetapi pendek, jadi mulai dari sana Bapak Komang Kantun pikirkan lagi dan terus bertanya kepada Pembina beliau yang bernama Ida Wayan Pasa dari Abian Tubuh dan Bapak Gusti Maharta dari Karang Sidemen, dari sana dulunya Bapak Komang Kantun mendapatkan banyak cara membuat gambelan baik dari segi ukuran dan bentuk membuat gambelan kelentang, adapun bahasa ukuran itu disebut Rai yang berarti Lebar, untuk pengukuran memakai penggaris, sedangkan penampilan yang paling bagus pada Gambelan Kelentang ukurannya 4 x lebar, misalnya lebarnya 7 Cm panjangnya harus 28 Cm, dari sana beliau banyak belajar hingga bisa menemukan penampilan dan suara dalam membuat gambelan kelentang yang baik.Penyusunan nada-nada pada gambelan kelentang ada 2 yaitu pelog dan Selendro karna perkembangan sesuai dengan pesanan, jadi kalau sudah paham dengan susunan nada itu dengan bahan besi itu sama seperti triplek mempunyai ketebalan beberapa ML jadinya ketebalan itu sama, misal kalau ukurannya lebih panjang dan lebar tentu nandanya lebih rendah tetapi kalau pas menemui dari bentuknya itu kita cari penampilan supanya agak bengkuk seperti sambuk atau dibali disebut metundun sambuk sehingga cara penyetelan nadanya itu di getok setelah disepuh agar terdapat suara kencang lalu cara penyetelannya untuk mencari nadanya tinggal memakai getokan saja, suara lebih lengkung maka suara lebih tinggi sedangkang kalau lebih kurus atau tipis suara lebih rendah.Pencocokan nada dengan resonator dengan cara ditiup dan bilahnya dipukul agar resonator dengan bilah bisa menjadi satu atau nyedot dari suara tiupan, untuk bambu yang biasanya beliau pakai itu dipilih untuk membuat resonator bambu tambang, adapun dari segi ukuran pelawah kita cari enaknya itu supaya penuh resonator dengan bunyi itu supanya bisa masuk bilahan itu ke bambu, beliau  membuat resonator  terlebih dahulu mulai dari resonator yang paling rendah sampi lanjut ke yang lebih tinggi agar  ukurannya bisa tersusun nurut, sedangkan untuk ukuran dari style tinggi pelawah tergantung selera dan pesanan. Untuk Nada Gambelan kelentang di lombok yaitu nada pelog 5 nada, adapun susunan oktafnya mengambil dari nada terompong. Gambelan kelentang ini dimainkan dengan memukul sendiri-sendiri ada yang dikatakan panud banteng dan paud solas, paud bantang yaitu diambil dari nada jublah atau dilombok disebut calung, sedangkan paud solas yaitu diambil dari nada terompong. Mungkin itu yang beliau ketahui tentang musik atau gambelan jalan yang ada dilombok pada saat ini, tidak ada bedanya dengan dibali walaupun ada bedanya mungkin dari segi rasa arti interfalnya lebih tinggi atau rendah sedikit, Cuma beda penyebutan nada