Mar
22
2018
1

7 Unsur Budaya Desa Pemecutan Kelod Kecamatan Denpasar Barat

Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial, artinya dalam hidupnya, manusia memerlukan kerjasama dengan orang lain. Sejak manusia lahir ke dunia mereka membutuhkan bantuan dan hubungan orang lain agar mereka dapat tetap hidup. Hal ini berbeda dengan beberapa makhluk lain yang diberikan kemampuan untuk terus hidup walaupun tanpa bantuan induknya. Manusia dalam hidup di masyarakat diharapkan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang dapat dimanfaatkan dalam hidupnya, seperti memudahkan dalam mencari pekerjaan, berinteraksi dengan manusia lain, dan memiliki wawasan budaya lokal daerah setempat agar tidak punah. Dalam berinteraksi di masyarakat, manusia dipengaruhi oleh nilai, aturan/norma, budaya, serta kondisi geografisnya terhadap perubahan perilakunya.

Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku, dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Indonesia sendiri memiliki kebudayaan yang sangat beragam. Hal tersebut sangat terlihat dengan banyaknya suku bangsa yang mendiami negara ini. Setiap suku bangsa di Indonesia mempunyai kebudayaan yang khas dan tidak dimiliki oleh suku bangsa lainnya.

Maka dari itu , penulis menyusun paper tujuh unsur kebudayaan Desa Pemecutan Kelod untuk mendeskripsikan tujuh unsur kebudayaan yang ada di Desa ini, tetapi hanya beberapa yang bisa dipaparkan dan semua menurut pengetahuan si penulis, mengingat Kepala Desa Pemecutan Kelod masih mengadakan kegiatan refreshing ke negara Singapura bersama dengan staff pegawai dan Kepala Dusun dari semua Banjar yang ada di Desa Pemecutan Kelod.

Rumusan Masalah
7 unsur kebudayaan yang terdapat di Desa Pemecutan Kelod yang diajabarkan rumusan masalahnya sebagai berikut:
Apakah sistem mata pencaharian Desa Pemecutan Kelod?
Apakah bahasa Desa Pemecutan Kelod?
Apakah sistem kepercayaan Desa Pemecutan Kelod?

Tujuan
Untuk mendeskripsikan sistem mata pencaharian Desa Pemecutan Kelod?
Untuk mendeskripsikan bahasa Desa Pemecutan Kelod?
Untuk mendeskripsikan sistem kepercayaan Desa Pemecutan Kelod?

PEMBAHASAN
Landasan Teoretis
Pengertian Budaya dan Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.

Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata LatinColere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Nostrand (1989: 51) mendefinisikan budaya sebagai sikap dan kepercayaan, cara berpikir, berperilaku, dan mengingat bersama oleh anggota komunitas tersebut.

Richard brisling (1990: 11) Kebudayaan sebagai mengacu pada cita-cita bersama secara luas, nilai, pembentukan dan penggunaan kategori, asumsi tentang kehidupan, dan kegiatan goal-directed yang menjadi sadar tidak sadar diterima sebagai “benar” dan “benar” oleh orang-orang yang mengidentifikasi diri mereka sebagai anggota masyarakat.

Croydon (1973: 4) Budaya adalah suatu sistem pola terpadu, yang sebagian besar berada di bawah ambang batas kesadaran, namun semua yang mengatur perilaku manusia sepasti senar dimanipulasi dari kontrol boneka gerakannya.

Prof.Dr.Koentjoroningrat (1985: 180) Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.

Ki Hajar Dewantara Kebudayaan berarti buah budi manusia adalah hasil perjuangan manusia terhadap dua pengaruh kuat, yakni zaman dan alam yang merupakan bukti kejayaan hidup manusia untuk mengatasi berbagai rintangan dan kesukaran didalam hidup dan penghidupannya guna mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang pada lahirnya bersifat tertib dan damai.

Unsur-unsur Kebudayaan
Ada beberapa pendapat ahli yang mengemukakan mengenai komponen atau unsur kebudayaan, antara lain sebagai berikut:

a. Melville J. Herskovits menyebutkan kebudayaan memiliki 4 unsur pokok, yaitu:
alat-alat teknologi
sistem ekonomi
keluarga
kekuasaan politik

b. Bronislaw Malinowski mengatakan ada 4 unsur pokok yang meliputi:
sistem norma sosial yang memungkinkan kerja sama antara para anggota masyarakat untuk menyesuaikan diri dengan alam sekelilingnya
organisasi ekonomi
alat-alat, dan lembaga-lembaga atau petugas-petugas untuk pendidikan (keluarga adalah lembaga pendidikan utama)
organisasi kekuatan (politik)

c. C. Kluckhohn mengemukakan ada 7 unsur kebudayaan secara universal (universal categories of culture) yaitu:
bahasa
sistem pengetahuan
sistem tekhnologi, dan peralatan
sistem kesenian
sistem mata pencarian hidup
sistem religi
sistem kekerabatan, dan organisasi kemasyarakatan

Pembahasan

Desa Pemecutan Kelod adalah salah satu Desa yang ada di kota Denpasar. Terbentuknya Desa Pemecutan Kelod adalah tidak terlepas dari sejarah berdirinya Desa Pemecutan ( lama ) dan Desa Adat Denpasar yang sekarang disebut Desa Pakraman Denpasar. Kemudian lahirnya Desa Pemecutan Kelod merupakan pengembangan wilayah dari Desa Pemecutan yang lama dan menjadi bagian dari Desa Pakraman Denpasar. 7 unsur pokok yang ada, hanya 3 yang dapat ketahui secara umum, yaitu sebagai berikut :

Mata Pencaharian

Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Desa Pemecutan Kelod yaitu sebagai buruh / swasta. Sebagai pedagang dan yang bekerja di industri juga mata pencaharian masyarakat Desa Pemecutan Kelod. Mata pencaharian lainnya adalah sebagai pegawai negeri sipil ( PNS ) , dan masih banyak mata pencaharian lainnya yang ada di Desa Pemecutan Kelod.

Sistem Kepercayaan atau Religi

Sebagian besar dan paling dominan masyarakat di Desa Pemecutan kelod berkepercayaan Hindu, dikarenakan memang agama Hindu yang menjadi kepercayaan masyarakat Bali. Tetapi tidak hanya agama Hindu, agama lain seperti agama Islam, Kristen ( Protestan dan Katolik ), dan Buddha juga ada sebagai simbol dari Bhineka Tunggal Ika.

Sistem Bahasa

Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Indonesia. Karena kita masih dalam NKRI atau Negara Kesatuan Republik Indonesia yang menggunakan bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Tetapi karena kita juga berada di wilayah pulau Bali dan beragama Hindu, sebagian besar masyarakat menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa utama atau bahasa pergaulan sehari – hari. Selain itu, mungkin juga terdapat bahasa Jawa diantara mereka yang beragama non Hindu.

Simpulan
Berdasarkan uraian paper di atas, maka penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi ( budi atau akal ) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi, dan akal manusia.
Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan.
Prof.Dr.Koentjoroningrat (1985: 180) Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik dari manusia dengan belajar.
Tujuh unsur kebudayaan diantaranya bahasa, sistem pengetahuan, sistem tekhnologi dan peralatan, sistem kesenian, sistem mata pencarian hidup, sistem religi, sistem kekerabatan dan organisasi kemasyarakatan.
Dilihat dari sistem religi, mayoritas masyarakat Desa Pemecutan Kelod memeluk agama Hindu. Selain itu terdapat agama Kristen, Islam, dan Budha.
Mata pencaharian di Desa Pemecutan Kelod diantaranya sebagian besar sebagai buruh, ada juga sebagai pedagang, PNS, dll
Pada umumnya, bahasa yang dipergunakan secara luas adalah Bahasa Bali dan bahasa Indonesia

Written by in: Tak Berkategori |
Mar
08
2018
1

Sejarah Perkembangan Gamelan Samapada

PENDAHULUAN

Semara pegulingan saih pitu merupakan gamelan Bali golongan madya yang memiliki tangga nada pentatonis, yaitu memiliki 5 nada pokok dan 2 nada tambahan sebagai nada pemero. Gamelan yang terdiri dari terompong, gender rambat, gangsa gantung pemade, gangsa gantung kantil, jublag, jegog, kempul, klenang, kemong, kajar trengteng, ceng – ceng ricik, suling, rebab, dan kendang kerumpungan lanang wadon ini terkadang sangat penting dalam upacara dewa yadnya maupun manusa yadnya. Akhir – akhir ini juga banyak yang menggunakan semara pegulingan saih pitu sebagai pengiring upacara adat, dikarenakan fleksibilitas nya dan ukuran nya yang lebih kecil dari gamelan gong kebyar sehingga lebih mudah dibawa oleh orang – orang.
Menurut lontar Catur Murni disebut dengan gambelan Semara Aturu ini adalah barungan gamelan golongan madya yang bersuara merdu sehingga banyak dipakai untuk menghibur raja-raja pada zaman dahulu. Karena kemerduan suaranya, gambelan Semar Pagulingan ( Semar = samara, Pagulingan = tidur ) konon biasa dimainkan pada malam hari ketika raja-raja akan keperaduan (tidur). Kini gambelan ini biasa dimainkan sebagai sajian tabuh instrumental dan atau untuk mengiringi tari-tarian maupun teater.
Masyarakat Bali mengenal dua macam Semara Pegulingan yaitu yang berlaras pelog 7 (tujuh) nada dan belaras 5 (lima) nada. Kedua jenis Semara Pegulingan secara fisik lebih kecil dari pada Gong Kebyar terlihat dari ukuran instrument gangsa dan terompong nya yang lebih kecil dari pada yang ada di Gong Kebyar. Selain itu, Semara Pagulingan adalah sebuah gamelan yang dekat hubungannya dengan gamelan Gambuh, di mana ia juga merupakan perpaduan antara gamelan Gambuh dan Legong. Bentuk dari gamelan Semara Pagulingan mencerminkan juga gamelan Gong Kebyar, tetapi lebih kecil dan lebih manis disebabkan karena hilangnya reong maupun gangsa-gangsa yang besar. Demikian berjenis – jenis pasang cengceng tidak dipergunakan di dalam Semara Pagulingan.
Instrumen yang memegang peranan penting dalam Semara Pagulingan ialah Trompong. Trompong lebih menitik beratkan penggantian melodi suling dalam Gambuh yang dituangkan ke dalam nada yang lebih fix. Gending-gending yang dimainkan dengan memakai trompong, biasanya tidak dipergunakan untuk mengiringi tari. Di samping trompong ada juga 4 buah gender yang kadang-kadang menggantikan trompong, khususnya untuk gending-gending tari. Dalam hal ini Semara Pagulingan sudah berubah namanya menjadi gamelan Pelegongan. Instrumen yang lain seperti gangsa, jublag dan calung masing-masing mempunyai fungsi sebagai cecandetan ataupun untuk memangku lagu. Semara Pagulingan juga memakai 2 buah kendang, 1 buah kempur, kajar, kelenang, suling. Kendang merupakan sebuah instrumen yang amat penting untuk menentukan dinamika dari pada lagu.
Menurut perkembangannya, gamelan Bali tidak hanya mempunyai tangga nada pentatonis. Kini, gamelan Bali mempunyai barungan yang memiliki tangga nada diatonis ( tangga nada musik barat ) dan merupakan perkembangan dari gamelan Semara pegulingan saih pitu. Yaitu gamelan Samapada, yang lahir pada tahun 2012 oleh seniman asal Banjar Tatasan Kaja, Tonja, Denpasar Utara, I Wayan Gede Putra Wirawan, S. Sn. Gamelan ini hanya ditempatkan khusus di sanggar WYP Art Foundation Banjar Tatasan Kaja.

PEMBAHASAN
2.1 DESKRIPSI
Gamelan samapada yaitu bentuk pengembangan atau pembaharuan dari gamelan semara pegulingan, yang termasuk golongan gamelan baru . Mengapa disebut dengan nama SAMAPADA ? berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, nama SAMAPADA itu diberikan untuk lebih memudahkan menyebut nama barungan ini. SAMAPADA itu sendiri juga memiliki makna yaitu sama, tidak beda, sejajar.
Maksud dari arti SAMA tersebut yaitu barungan ini dimainkan dalam bentuk gending apapun, misalnya gending tabuh petegak samara pegulingan atau tabuh tari yang biasanya diiringi oleh barungan gong kebyar, mampu ditransfer ke barungan samapada ini, tetapi nuansa / suasana nya tidak akan berubah / tetap dengan nuansa gamelan samapada itu sendiri. Berdasarkan wawancara penulis dengan pemilik gamelan tersebut, gamelan ini juga memiliki multi fungsi dan bisa juga digunakan untuk ruang bereksplorasi.
Multi fungsi yang dimaksud tersebut seperti yang saya jelaskan diatas tadi, yaitu ketika ingin digunakan untuk kebyar bisa, ingin digunakan untuk samara pegulingan juga bisa, dan ketika ingin dikawinkan dengan instrument barat juga bisa.
Pembuatan gamelan ini di prakarsai oleh I Wayan Gede Putra Wirawan, S. Sn , dan terbentuk pada tahun 2012. Lahirnya gamelan ini karena terinspirasi dari gamelan semara pegulingan yang dimiliki Bapak I Nyoman Windha, S. SKar, M.A . Puncak ketertarikannya dengan gamelan ini bermula ketika beliau ikut serta dalam grup JGF (Jes Gamelan Fusion) yang dipimpin oleh Bapak Windha sendiri. Jes adalah singkatan dari jegog dan semara pegulingan, fusi, dan gamelan. Penggabungan Jegog dengan samara pegulingan mengambil tonika nada diatonis, dengan maksud untuk mudah beradaptasi dengan instrument barat.

2.2 BENTUK
Semara pegulingan saih pitu pada umumnya berbentuk kecil, mini, lebih kecil dari gamelan gong kebyar, tetapi masih lebih besar dibandingkan gamelan angklung. Dilihat dari bentuk bilah nya, semua yang berbilah berbentuk merahi ( ada garis di tengah bilah nya ) . Dan pencon dari instrument trompong nya sedikit lebih tinggi dari lambenya.
Pada gamelan samapada, bentuk barungannya sedikit lebih besar. Dikarenakan pada instrument pemade dan kantilnya, berjumlah 15 nada / hampir mencapai 3 oktav nada tetapi hanya 1 nada yang memiliki 3 oktav nada. Menurut Putra Wirawan, berjumlahnya 15 nada pada instrument gangsa ( pemade dan kantil ) agar lebih memudahkan memainkannya pada nada tinggi dan nada rendah, artinya setiap nada dapat dijangkau dengan baik. Selain itu, pertimbangannya supaya dapat dimainkan oleh 2 orang penabuh pada oktav rendah dan pada oktav tinggi, sesuai dengan kebutuhan gendingnya. Ditinjau dari bentuk bilahnya, disini sedikit lebih unik dari gamelan lainnya. Pasalnya, bentuk bilahnya metundun klipes seperti pada bilah gangsa jongkok gong gede, tetapi cara pemasangannya digantung bukan dipacek seperti gangsa jongkok gong gede. Sehingga suara yang dihasilkan oleh instrument gangsanya tersebut terdengar lebih unik dari gamelan lainnya.
Semua instrument gangsanya berbentuk metundun klipes, termasuk pada instrument jublag dan jegognya. Dan pada instrument penconnya yaitu instrument trompong, bentuk penconnya juga sedikit lebih unik. Menurut si penulis, penconnya sedikit lebih pendek dari lambenya dan dasar dari pencon tersebut juga sedikit melebar. Sehingga suara dari setiap pencon instrument trompong tersebut terdengar lebih unik dari instrument pencon yang lainnya / pada umumnya.

2.3 TEHNIK PERMAINAN
Pada umumnya, gamelan semara pegulingan saih pitu, tehnik permainan pada instrument gangsanya, pasti menggunakan satu tangan untuk memukul dan satu tangan lagi untuk menutup bilah yang sudah dipukul tadi, baik penabuhnya normal ataupun ngedel ( kidal ). Dan pada instrument penconnya yaitu instrument trompong, tehnik permainannya menggunakan kedua tangan untuk memukul sembari untuk menutup juga, sesuai dengan gending yang dimainkan oleh instrument trompong tersebut.
Dan pada gamelan Samapada, tidak adanya perbedaan dengan semara pegulingan pada umumnya. Tehnik permainan pada semua instrument gangsa dan instrument trompong sama dengan tehnik permainan dari gamelan semara pegulingan. Hanya saja perbedaannya, satu instrument pemade atau kantil, dimainkan oleh 2 orang penabuh, tetapi jarang juga menggunakan 1 orang penabuh untuk memainkannya, semua itu sesuai dengan gending yang dimainkan.

2.4 FUNGSI
Fungsi gamelan pada umumnya terdapat 3 fungsi, yaitu gamelan sebagai wali, gamelan sebagai bebali, dan gamelan sebagai balih – balihan. Gamelan sebagai wali yaitu gamelan untuk upacara sakral dan keberadaan gamelan tersebut harus ada di setiap upacara tersebut. Biasanya gamelan tersebut harus diletakkan dan dipentaskan pada tempat dan upacara yang sudah ditentukan oleh leluhur atau sejarah gamelan tersebut. Gamelan sebagai bebali yaitu gamelan untuk pengiring upacara yadnya, seperti mecaru, odalan, dll, keberadaan gamelan tersebut hanya sebagai pelengkap / pengiring pada upacara tersebut . Dan gamelan sebagai balih – balihan yaitu gamelan sebagai pertunjukkan atau hiburan semata untuk semua orang yang ingin menikmatinya. Biasanya, pertunjukkannya dimana – mana dan bebas pada panggung dimana saja.
Pada gamelan semara pegulingan saih pitu, lebih berfungsi untuk balih – balihan atau untuk hiburan semata karena saih / larasnya yang sangat lembut. Dan pada gamelan Samapada ini, juga tidak ada bedanya dengan gamelan semara pegulingan saih pitu. Gamelan samapada lebih dominan berfungsi sebagai hiburan atau balih – balihan pada pertunjukkan di panggung manapun. Tetapi tidak jarang gamelan samapada juga mulai beralih fungsi sebagai bebali, yaitu sebagai pengiring upacara yadnya, seperti metatah, mepandes, mecaru, dll. Karena nada / saih / larasnya yang sangat lembut dan kecil, sangat cocok untuk pengiring upacara manusa yadnya.

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Dari semua penjelasan di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Barungan Samapada ini adalah bentuk pembaharuan dari barungan samara pegulingan dan terbentuk pada tahun 2012 karena terinspirasi dari gamelan yang dimiliki oleh I Nyoman Windha, S.SKar, M.A . Barungan ini berlaras pelog 7 nada, lebih tepatnya menggunakan nada diatonis atau nada yang biasa digunakan pada music barat . Barungan ini lebih dominan berfungsi sebagai hiburan. Keunikan pada barungan ini yaitu terletak pada instrument pemade dan kantil yang bisa bermain dengan satu orang atau dua orang sesuai kebutuhan lagu.

 

INFORMAN

Nama : I Wayan Gede Putra Wirawan, S. Sn
Tempat/Tanggal Lahir : Denpasar, 22 Juli 1987
Umur : 30+
Jenis Kelamin : Laki – laki
Status Perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Pegawai swasta
Agama : Hindu
Alamat : Jalan Ratna gang Sandat no 6 Banjar Tatasan Kaja, Tonja, Denpasar Utara
Anak ke : 1 dari 2 bersaudara
Pendidikan terakhir : Lulusan tahun 2009, S1 ( sarjana ) Seni Karawitan, Institut Seni Indonesia Denpasar

 

Written by in: Lainnya |

Powered by WordPress | Theme: Aeros 2.0 by TheBuckmaker.com