Sejarah Gambelan Geladag

Latar Belakang Sejarah Keberadaan Sekaa Gong Geladag Desa
Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan (Dulu Kecamatan Kuta)

 

Seni yang merupakan bagian dari kebudayaan nasional kita dan khususnya yang berkembang di Bali sangatlah beragam. Salah satu dari sekian banyak kesenian yang hidup subur adalah seni pertunjukan yang berkembang di Bali Selatan tepatnya di Banjar Geladag Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan. Tidaklah sukar mencari lokasi ini karena dengan melalui simpang 6 (enam) kemudian lurus di jalan Pulau Kawe serta tidak membelok dan sebelum pertigaan terakhir kita sudah berada pada bangunan megah berlantai 2 (dua), dan itulah dia Balai Banjar Geladag di sebelah Timur jalan.

Penyimpanan instrument Gamelan Gong Geladag yang sekarang punya julukan Jaya Kusuma berada di seberang jalan alias di sebelah Barat jalan.

Asal Usul Gambelan

 

Pura Dalem Penataran Sari yang merupakan Pura Dadia berlokasi ± 100 meter di sebelah Timur dari Bale Banjar Geladag. Di pura sendiri sudah ada petapakan Barong Ket serta Gamelan pengiringnya terdiri dari: 4 (empat) Tungguh Gender Rambat; 1 (satu) buah Gong; 1 (satu) buah Kempur; 1 (satu) pasang Kendang; 1 (satu) buah Kajar; dan 1 (satu) pasang Ceng-ceng. Instrumen-instrumen ini khusus untuk mengiringi tari Barong yang dipergelarkan saat-saat pujawali (odalan) di Pura tersebut. Pada awalnya para penabuh hanya dari lingkungan Dadia dibawah asuhan keluarga pemangku Pura I Ketut Candra yang kemudian menjabat sebagai Bendahara dari Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag. Tahun 1925 atas desakan anggota Dadia untuk lebih representatifnya instrument tersebut maka pemangku pura menambah 2 (dua) tungguh Penyacah serta 2 (dua) tungguh Jublag. Setelah menambah instrument maka mulailah anggota penabuh mengiringi drama tari Topeng, Perembon dan Calon Arang.

Para penabuh tahun ini dapat dikategorikan penabuh angkatan I. Mereka-mereka tersebut adalah I Nyoman Gejor, I Made Reteg, I Wayan Kaluk dll. Sedangkan penari angkatan I adalah Ni Wayan Coblong, A. A. Kompyang dan I Wayan Konolan. (Proyek Penggalian / Pembinaan Seni Budaya Klasik/Tradisional dan baru tahun 1980).

Kemudian dengan didorong oleh kemauan yang keras serta ingin mengejar prestasi dengan penampilan yang lebih baik terutama dalam acara-acara sosial seperti ngayah di Pura serta di dalam lingkungan anggota sekaa, serta di masyarakat maka di dalam rapat yang dilaksanakan akhir tahun 1930 diputuskan akan melebur gamelan ini. Kemudian merencanakan akan membangun 1 (satu) barung yang lebih lengkap agar dapat dipergunakan untuk nabuh kelambatan pagongan.

Tokoh Seniman Yang Berperan Penting

–          Tahun 1935 Era Pembinaan I Made Regog (1900 – 1982)

Atas desakan beberapa anggota yang ikut ngerombo (membantu) Sekaa Gong Seblanga maka diputuskan akan mendatangkan juru uruk (pelatih) Pan Berata yang asal Belaluan Denpasr untuk membantu memberikan latihan tabuh lelambatan klasik pagongan.

(Sampai tahun 1940-an Pan Berata (I Made Regog) memberikan latihan disamping di Belaluan juga melatih Sekaa Gong Geladag, dan Sekaa Gong Banjar Pinda Desa Blahbatuh Kabupaten Gianyar. Gending­gending yang diberikan di Sekaa Gong Geladag antara lain Tabuh Telu, Buaya Mangap, Tabuh 4 Banda Sura, Tabuh 6 Galang Kangin dll. (Penuturan Alm. I Made Regog (Pan Berata) semasih beliau hidup kira­kira tahun 1951 menjelang parade Gong Kebyar Belaluan melawan Geladag tahun 1951 yang dilaksanakan pada pasar malam di Alun-alun (Lapangan Puputan) Badung.

–          Tahun 1942 Era I Wayan Lotering

Para penabuh dan penaripun secara bergelombang silih berganti menginjak tahun 1976 sudah merupakan generasi ke-7, yanAg dikendalikan oleh Maestro Palegongan Wayan Lotering.

Keberhasilan Lotering membesarkan Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag tidak terlepas dari peran Berta para pendamping yang sangat setia yaitu I Gusti Putu Geriya, I Wayan Kale dan I Ketut Rintig.

Di kalangan Bekaa sendiri banyak pula inisiator, untuk mensejajarkan kwalitas penampilan maka fisik instrumen pun beberapa kali berubah dan ditingkatkan yang sebelumnya merupakan hanya lelengisan ditingkatkan ke bahan kayu taep berukir kemudian dengan mendatangkan undagi Bapak Nyoman Gebyuh yang asal Kali Ungu Kaja Kota Denpasar. Pada tahun 1975 kembali merenovasi pelawah dengan kayu ketewel (nangka) dengan hiasan ukiran menggambarkan epos Maha Bharata, sedangkan pelawah lama dihadiahkan ke Sekaa Gong Banjar Anyar Padangsambian, setelah Sekaa Gong Jaya Kusuma memenangkan kejuaraan Festival Mredangga Uttsava se-Bali II tahun 1969. )

Tungguhan Instrumen Gong Geladag

 

Setelah renovasi di tahun 1969 (setelah memenangkan festival mredangga uttsava) jumlah tungguhan terdiri dari

–          1 (satu) tungguh Terompong

–          2 (dua) tungguh Giying/Pengugal

–          4 (empat) tungguh Pervade

–          4 (empat) tungguh Kantil

–          2 (dua) tungguh Jublag

–          2 (dua) tungguh Penyacah

–          2 (dua) tungguh Jegogan

–          1 (satu) pasang Gender Rambut Don 13

–          1 (satu) tungguh Reyong/Barangan

–          1 (satu) pasang Gong

–          1 (satu) tungguh Kempur

–          1 (satu) tungguh Kemong Gantung

–          1 (satu) buah Kajar

–          1 (satu) unit Ceng-Ceng Kopyak

–          1 (satu) unit Ceng-Ceng Kekebyaran

–          1 (satu) unit Siding, Rebab

Bermacam – macam kendang, cedungan, gupekan, palegongan.

Regenerasi Para Penabuh / Penari

 

Seperti halnya pada sekaa lain, bila ingin tetap mempertahankan mutu, maka peremajaan sangat menentukan karena bila terlambat maka akan terjadi kevakuman.

Demikian pula halnya dengan Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag. Menurut catatan yang ada maka setelah angkatan II yaitu Made Coblog Cs yang dilatih oleh I Made Regog maka untuk angkatan III mulai 1 April 1942 tercatat nama-nama : I Gusti Putu Geriya, I Wayan Reteg dan I Wayan Kale. Penari angkatan II A.A. Md. Rai, I Ketut Rintig, Wayan Coblong. Para penari angkatan ke 3 (III) antara lain: Ni Ketut Dengser, Ni Wayan Rempuh, Ni Gst. Pt. Oka, Ni Gusti Made Denda, dan Ni Wayan Piring.

Tahun 1953 untuk angkatan ke-4 (IV) para penabuh terdiri dari I Ketut Rintig, I Made Rintig, I Nyoman Rintug, I Retig, Gst. Pt. Oka, I Gst. Renteg dll. Para penari angkatan ke-4 (IV) antara lain: Ni Wayan Rende, Ni Wayan Genep, Ni Gst. Md. Lole, Ni Gst. PT. Raka, Ni Ketut Kecemek, Ni Luh Lempung, Ni Gst. Ketut Raka, Ni Made Lukil, Ni Wayan Lunga, Ni Wy. Nugri.

Pelatih Wayan Lotering didampingi oleh Bp. Wy. Rindi sebagai pelatih Kebyar Duduk dan Legong Keraton.

Di tahun ini tari-tarian yang berkembang seperti tari-Subali Sugriwa dan Satyaki Burisrawa, keduanya dari penggalan Beratha Yudha (Maha Bharata).

Tahun 1963 merupakan angkatan ke-5 (V) masih tetap diasuh oleh Bapak Wayan Lotering dan dibantu oleh I Gst. Pt. Geriya, I Wayan Kale, dan Ketut Rintig. Nama penabuh angkatan ke-5 (V) antara lain I Wayan Nugra, Made Rundu, Kt. Rintug, Wayan Retog. Para penari Ni Wy. Kemit, Ni Wy. Nyamplah, Ni Kt. Sekar, Arwati, Sukerti, Meri, Ni Gst. Pt. Nendri, Ni Wayan Debri, Ni Gst. Kt. Rai, dan Gst. Ketut Adi.

Tahun 1970 masih tetap dibawah asuhan Wayan Lotering, Gst. Pt. Geriya, I Wayan Kale, I Kt. Rintig, clan para penabuh anyar diantaranya Gst. H. Atra, Gst. Pt. Widia, Made Balot, Wayan Sujana, A.A. Kt. Wirta, Made Kendra dll.

Para penari diantaranya Ni Ketut Gadung, Suri, Luh Seri, Manik Wayan Wati, Gst. Kt. Sudi, Ripik, Rapik, Roja Widnyani, Ariani, Candri, Ribon Nida, Md. Kendri, Sarmini dan Padmi.

Tahun 1976 meskipun tidak dibina lagi oleh Pekak Lotering namun Bekaa tetap mengadakan peremajaan dibawah asuhan pelatih I Gusti Putu Geriya, Wayan Kale, Ketut Rintig, dan Ida Bagus Suteja. Para Penabuh Anyar terdiri dari Ketut Candra, Wayan Suandra, Nyoman Puja, A. A. Putu Oka, A. A. Pt. Raka. Generasi ini merupakan angkata ke-7 (VII) dengan para penari Ni Wayan Suweni, Made Swendri, Ketut Adi, Nyoman Mandi.

 

Aktifitas Sekaa Gong Jaya Kusuma

 

Dari sejak tertata setelah tahun 1925 ada banyak kegiatan yang telah dilaksanakan seperti:

  1. Di tahun 1942 saat Jepang menginjakkan kakinya di Bali maka Bekaa Gong Geladag diminta untuk menyambut kedatangan para pembesar militer Jepang di lapangan Puputan Badung.
  2. Setelah kemerdekaan beberapa kali mengisi acara yang diminta melalui pemerintah di Bali.
  3. Tahun 1969 disamping menyambut Bapak menteri P.UT.L. Bapak In Asutami di Hotel Werda Pura, juga menyambut tamu dari pemerintah Australia bertempat di KOKAR Bali.
  4. Bertempat di jaba Pura Satrya mentas bersama group Kesenian Thayland dengan mementaskan tarian Legong Keraton dan Ramayana.
  5. Dalam rapat kerja Kayu Cendana, resepsi hiburan oleh Gong Jaya Kusuma bertempat di Kertha Sabha.
  6. Memberikan hiburan pada resepsi kerja Pharmasi dan kedokteran di Universitas Udayana.
  7. Meriahkan hari jadi Puputan Badung 20 September 1977 di lapangan Puputan Badung Denpasar, menabuh Gong Luang milik Puri Pemecutan.
  8. Menyambut Jenderal Gatot Subroto ( tidak disebutkan tahunnya )

 

Di tahun 1949 dalam bebarungan seluruh Bali di Denpasar

–       Gong Geladag meraih Juara I (Wakil Badung)

–       Gong Pangkung meraih Juara II (Wakil Tabanan)

–       Gong Peliatan meraih Juara III (Wakil Gianyar)

–       Gong Pikat (Pangi) meraih Juara IV (Wakil Klungkung)

 

Melawat Keluar Bali

 

Disamping kegiatan pergelaran yang dilaksanakan di daerah Bali maka lawatan keluar Bali pun sering dilaksanakan, diantaranya :

  1. Mengadakan pertunjukkan di Semarang dan Jogyakarta pada tahun 1949.
  2. Tahun ini juga melawat ke Jember.
  3. Tahun 1969 sebanyak 8 (delapan) orang diajak peri ke luar negeri yaitu ke Australia, setelah juara pada mredanga uttsawa.

Momentum Bersejarah

 

Disamping pertarungan kecil sebagai yang dipaparkan di atas salah satu mementum yang sangat bersejarah yaitu saat dilangsungkannya festival (Mredangga uttsava, tahun 1969 yang sangat melambungkan nama sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag Desa Pedungan Denpasar.

Kegiatan ini merupakan adu gengsi di samping nama sekaa juga daerah yang diwakili saat itu yaitu Kabupaten Badung.

Seperti halnya dengan tahun 1968 pada mredangga Uttsava I Daerah/Kabupaten Badung yang diwakili oleh Sekaa Gong Sadmerta serta sudah memperoleh predikat terbaik yaitu keluar sebagai Juara Umum I (Yudha, Sekaa Gong Sadmerta, 2005), maka untuk tahun 1969 pihak pemerintah daerah Kabupaten Badung menunjuk sekaa Gong Geladag (Jaya Kusuma, untuk mempertahankan predikat yang sudah diperoleh tahun sebelumnya.

Sering kali kita dengar atau kita baca di media Koran atau elektronik bahwa mempertahankan lebih berat dari merebut. Namun dalam hal ini Pemda Badung yang saat itu dipimpin oleh Bapak Bupati Wayan Dhana yang asal Banjar Gemeh Denpasar, sangat yakin akan kemampuan Sekaa Gong Jaya Kusuma untuk mempertahankan juara umum yang sudah diperoleh tahun sebelumnya oleh Sekaa Gong Sadmerta Belaluan. Apalagi dengan kehandalan para pembina pada waktu seperti Bapak, I Gusti Putu Geriya serta didampingi oleh Bapak Nyoman Rembang, Wayan Rindi dll, maka tidakkah terlalu berlebihan bila optimisme yang berkembang bahwa juara umum akan tetap bertahan serta akan direnggut kembali oleh Sekaa Gong Jaya Kusuma ini.

 

Inventaris Tabuh pada Gong Jaya Kusuma

 

Selain tabuh-tabuh untuk iringan tari lepas maka tabuh iringan untuk fragmenpun banyak dimiliki oleh sekaan ini seperti :

  1. Iringan arja
  2. Iringan dramatari Topeng
  3. Iringan Perembon
  4. Iringan Calonarang
  5. Iringan Barong
  6. Iringan Fragmen Setiyaki Buriserawa
  7. Iringan Fragmen Subali Sugriwa
  8. Iringan Supraba Duta
  9. Iringan Sendratari Rajapala
  10. Iringan Sendratari Ramayana

Kesimpulan

Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Geladag Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan sejak mulai berdiri di tahun 1925 dengan diawali dari sekaa bebarongan sampai saat ini kurang lebih sudah berumur 86 tahun. Seperti halnya sekaa-sekaa lainnya yang berada di Bali Selatan, sekaa inipun mengawali dengan tabuh-tabuh klasik baik bebarongan, palegongan, ataupun lelambatan kemudian setelah tahun 1940 an barn dijangkiti virus kekebyaran yang sangat meluas sampai saat ini.

Secara umum perkembangan seni kekebyaran hampir merata, bahkan setiap parade yang rutin diadakan di Bulan-bulan September / Oktober pesertanya terus bertambah terutama untuk sekaa anak-anak dan wanita. Mudah-mudahan saja kondisi ini baik untuk Kota Denpasar, khususnya bagi para pembina seni yang berada di Banjar Geladag dan sekitarnya prestasi ini dapat dipertahankan bahkan lebih ditingkatkan lagi di waktu-waktu yang akan datang.

 Daftar Pustaka

  1. Yudha, S.SKar, I Nyoman, Seni Budaya Unggulan Kota Denpasar, Sekaa Gong Jaya Kusuma Banjar Gladag Denpasar . 2012
  2. Yudarta, I Gede, S.SKar, M.Si , Wawancara
  3. Rundu, I Wayan, Wawancara