REVIEW 5 BUKU
KARAWITAN/IV
LITERRATUR MUSIK NUSANTARA
Judul : Perkembangan Seni Karawitan Bali
Oleh : I Wayan Aryasa, BA
Penerbit : Proyek Sasana Budaya Bali
Tahun : 1976/1977
Untuk melihat perkembangan yang sudah ratusan tahun suatu perkembangan dalam jangka waktu cukup lama, maka sangat dibutuhkan orientasi tentang perkembangan karawitan Bali. Sebenarnya istilah karawitan bukanlah suatu gagasan baru meski ia masih perlu dipopulerkan ditengah-tengah masyarakat. Perkembangan kehidupan karawitan Bali sebagai hal yang tidak disengaja, karena sangat berkaitan erat dengan pelaksanaan upacara adat di Bali.
Karawitan Bali bersistem panca nada dan sapta nada atau sistem 5 nada dan 7 nada, yang yang lebih dikenal dengan istilah ;pentatonis” dan “septatonis”. Laras yang dipakai dalam gamelan Bali adalah pelog dan slendro. Seiring berkembangnya jaman, motif/tekhnik permainannya tidak sesederhana dulu.
Kata Kunci : Perkembangan Karawitan Bali
Judul : Bothekan Karawitan I
Oleh : Rahayu Supanggah
Penerbit : Ford Foudation dan Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia
Tahun : 2002
Di Jawa, salah satu jenis bunyian yang dianggap tua dan masih bertahan hidup dan berkembang sampai sekarang adalah karawitan atau gamelan. Di Jawa Tengah misalnya, alat musik perkusi (sejenis kendang/rebana) mendominasi kehidupan musik di daerah ini.
Berkaitan juga dengan perkembangan jaman, pengembangan fungsi kesenian, selera jaman, baik untuk memenuhi fungsinya yang baru dan dalam kadar tertentu, masih sering digunakan menurut fungsinnya.
Kata Kunci : Gamelan Jawa
Judul : Musik Aantara Kritik dan Apresiasi
Oleh : Suka Hardjana
Penerbit : Buku Kompas
Tahun : 2004
Ketertinggalan langkah, tak jarang membuat kesenjangan jarak antara kritik dan obyek kritik sebagai subjek persoalan. Pada dasarnya, kritik adalah sebuah tanggapan dalam bentuk pendapat pribadi berdasarkan pandangan yang mengacu pada suatu pengalaman tertentu seseorang.
Dalam kondisi keterasingan karya seni dengan publiknya, kritik tidak beroprasi secara ideal. Oleh karena itu pesan-pesan apresiasi dibutuhkan untuk menjembatani jarak kesenjangan antara kritik, seni, dan publikasinya.
Kata Kunci : Musik Antara Kritik dan Apresiasi
Judul : Esensi Bunyi Gamelan Dalam Prosesi Ritual Umat Hindu
Oleh : I Ketut Donder
Penerbit : Paramita Surabaya
Tahun : 2005
Sejarah telah mencatat bahwa gamelan merupakan salah satu warisan budaya dari produk agama Hindu di masa lalu. Gamelan Jawa maupun gamelan Bali merupakan karya monumental yang memiliki nilai setara dengan candi. Gamelan adalah salah satu sarana seni yang dikembangkan kerajaan Hindu di masa lalu.
Umat Hindu di Bali dalam melaksanakan upacara adat/prosesi ritual, tidak pernah terlepas dari yang namanya gamelan. Singkatnya, tidak ada upacara adat yangdilaksanakan tanpa menggunakan gamelan.
Kata Kunci : Keterkaitan Bunyi Gamelan dengan Prosesi Ritual Umat Hindu
Judul : Basita Paribasa
Oleh : I Wayan Simpen, AB
Penerbit : Upada Sastra
Tahun : 1991
Sesungguhnya sangat sukar menggolongkan atau membedakan isi ungkapan-ungkapan itu, yang mempunyai arti kiasan, dan menyimpang dari arti sebenarnya. Mungkin juga ungkapan itu mempunyai dua atau tiga arti. Buku ini juga dapat dipakai pelajaran disekolah, dari tingkat SD,SMP, dan SLTA, untuk menambah perbendaharaan bahasa Bali bagi para siswa.
Basita Paribasa artinya , “bicara atau kata-kata”. Yang termasuk Basita Paribasa
adalah :
1. Sesonggan(pepatah)
2. Sesenggakan(ibarat)
3. Wewangsalan(tamsil)
4. Sloka(bidal)
5. Bladbadan(metafora)
6. Peparikan(perumpamaan)
7. Pepindan(perumpamaan)
8. Sesawangan(perumpamaan)
9. Cecimpedan(teka-teki)
10. Cecangkriman(syair teke-teki)
11. Cecangkitan(olok-olokan)
12. Raos ngempelin(pelawak)
13. Sesimbing(sidiran)
14. Sasemon(sinddiran halus)
15. Sipta(hamat)
16. Sesapaan(do’a)
Kata Kunci : Bicara atau Kata-kata