header image
 

SEJARAH GONG KEBYAR BANJAR PALAK SUKAWATI

foto0491Gong Kebyar adalah sebuah barungan baru. Sesuai dengan nama yang diberikan kepada barungan ini (Kebyar yang bermakna cepat, tiba-tiba dan keras) gamelan ini menghasilkan musik-musik keras dan dinamis. Gamelan ini dipakai untuk mengiringi tari-tarian atau memainkan tabuh-tabuhan instrumental. Secara fisik Gong Kebyar adalah pengembangan kemudian dari Gong Gede dengan pengurangan peranan, atau pengurangan beberapa buah instrumennya. Misalnya saja peranan trompong dalam Gong Gebyar dikurangi, bahkan pada tabuh-tabuh Gong tertentu tidak dipakai sama sekali, gangsa jongkoknya yang berbilah 5 dirubah menjadi gangsa gantung berbilah 10cengceng kopyak yang terdiri dari 4 sampai 6 pasang dirubah menjadi 1 atau 2 set cengceng kecil. Kendang yang semula dimainkan dengan memakai panggul diganti dengan pukulan tangan.Gong Kebyar berlaras pelog lima nada dan kebanyakan instrumennya memiliki 10 sampai 12 nada, karena konstruksi instrumennya yang lebih ringan jika dibandingkandengan Gong Gede. Tabuh-tabuh Gong Kebyar lebih lincah dengan komposisi yang lebih bebas, hanya pada bagian-bagian tertentu saja hukum-hukum tabuh klasik masih dipergunakan, seperti Tabuh Pisan, Tabuh Dua, Tabuh Telu dan sebagainya. Fungsi gong kebyar pada awalnya sebagai pengiring suatu upacaraa agama namun dalam perkembanganya sudah di jadikan sebgai suatu seni pertunjukan, terlihat dari diciptakannya gending-gending kekebyaran baik itu tabuh atau sebagai pengiring tari. Dalam fungsi gong kebyar tersebut sama halnya di pergunakan pada fungsi gong kebyar yang ada di banjar Palak Sukawati. dimana keberadaan gamelan ini di fungsikan sebagai pengiring upacara dan sebagai pertunjukan. Dalam Laporan ini mencoba untuk mengklarifikasi data yang ada baik itu secara sejarah ataupun tokoh yang memprakasai gamelan tersebut.

SEJARAH GONG KEBYAR BR PALAK SUKAWATI

          Dalam sejarah gamelan yang ada di Br Palak, Sukawati, Gianyar. Pada awal berdirinya gamelan di Br palak terlibat 2 tempekan yaitu tempekan munjing dan wangbung. Di tempekan munjing terdapat suatu sekehe yang bernama Sekehe Manyi, Sekehe Manyi ini adalah perkumpulan dari orang-orang yang bekerja di sawah yang terdiri dari 8 orang. Setelah mengalami proses, sekehe manyi ini membeli gamelan sebagai tujuan utama mereka. Awal gamelan yang di beli berupa barungan Baleganjur dan proses pembelian inipun dilakukan secara berangsur-angsur dengan membeli beberapa instrument. setelah melalui proses pembelian barungan tersebut mereka malakukan aktifitas seperti ngayah, dimana ada orang yang bisa megadakan upacara di rumahnya sendiri maka mereka akan dusuruh ngayah disana dan mereka akan di beri upah, dari sekian kegiatan yang mereka lakukan timbulnya suatu rasa iri hati dari orang-orang tempekan wangbung sehingga waktu zaman itu terjadinya perang besar, antara tempekan munjing dan wangbung. Setelah kejadian itu tempek munjing yang beranggotakan sekehe manyi ini trus mengalami penambahan anggota menjadi 17 orang kegiatan manyi yang mereka lakukan juga mengalami peningkatan seiring dengan penambahan anggota tersebut hal itu berdampak dengan hasil yang mereka dapat. Untuk menjaga kesolidaritasan, mereka membuat “patus gae” (perjanjian kerja) pada saat adanya upacara adat di salah satu anggota, mereka harus dating dari pertama awalnya upacara tersebut dan membawa 10 kg beras, minyak 1 botol, kelabang (daun kelapa yang di anyam), bambu  3 buah, ayam 1 ekor. Dari sekian lama kegiatan tersebut berjalan mereka berkeinginan membeli 1 barung gong kebyar, namun proses pembelian ini sama halnya dengan pembelian gamelan balaganjur yang proses pembeliannya di lakukan secara bertahap dengan membeli sedikit demi sedikit instrument gong kebyar.

 TOKOH YANG MEMPRAKASAI

Tokoh-tokoh Yang Memprakasai Gamelan di Br. Palak Sukawati Gianyar dari sumber yang masih ada (I Ketut Sukaidep) menyatakan bahwa gamelan yang ada di Br. Palak Sukawati dibeli oleh Sekehe Manyi dari tempekan Munjing yang awalnya terdiri dari 8 orang diantaranya:

  1. Sukaidep
  2. Budi (Alm)
  3. Neka (Alm)
  4. Lamun (Alm)
  5. Muja (Alm)
  6. Sukaja
  7. Logog (Alm)
  8. Suteja

Setelah terjadinya konflik antar tempek, peningkatan jumlah anggota menjadi 17 orang, anggota baru yang terdaftar masuk menurut sumber yang di dapat yaitu:

  1. Budiasa
  2. Sanglah
  3. Regreg
  4. Sulaya
  5. Adit
  6. Sukanti
  7. Ki Rusa
  8. Kabar
  9. Karmi

Dari sekian tokoh ini terwujudnya sebuah gamelan gong kebyar yang ada di Br. Palak Sukawati. Yang dimana gamelan ini difungsikan oleh generasi penerus Br. Tersebut.

 SISTEM ORGANISASI ATAU SEKEHE

             Terbentuk sebagai sebuah komunitas berkesenian sekitar + tahun 1920-an awalnya adalah sekaa “Manyi” dikondisikan pada zamannya sebagai lingkungan wilayah agraris. Atmosfir gotong royong sebuah peradaban kurun waktu sebagai karakter manusia Bali yang cerdas, lugu, beretika, santun, berbudaya, religius dan spiritual. Aktivitas pertanian menumbuhkan rasa kebersamaan menghibur diri selepas lelah menggarap sawah, menumpahkan kebahagiaan dimasa panen. Akumulasi persamaan dinamika suasana kehidupan menyatukan pikiran menumbuhkan daya kreasi berkesenian di samping tuntutan adat dan budaya. Implementasi dari kesatuan pikiran-pikiran mereka, dibentuklah seka gong “mini”.

Awalnya disepakati membuat beberapa instrument gamelan oleh sekelompok sekaa ‘manyi’ di lingkungan Banjar Palak. Dana untuk mewujudkan kehendak mereka, didapatkan dari ‘upah sekaa manyi’ yang mereka kumpulkan sedikit demi sedikit hasil dari kerja bersama mereka. Akhirnya keinginan mereka terwujud walaupun seperangkat gamelan belum lengkap. Seiring berjalannya waktu, aktivitas seni di lingkungan tersebut berlangsung suntuk hingga dekade 60-an. Kurun waktu tersebut dengan keseriusan berkesenian pihak-pihak Puri Ageng Sukawati yang memang peduli terhadap seni dan budaya banyak memberi tuntunan sehingga di Br. Palak banyak bermunculan seniman besar pada zamannya seperti I Wayan Gelebag seniman topeng yang juga salah seorang penggubah tari baris. Wayan Puden seorang penari arja muani spesialis penari condong kemudian lahir seorang seniman pembuat kendang I Wayan Tugeg, hasil karyanya sudah dikenal di seluruh Bali.

Kemudian pesatnya aktivitas berkesenian di Banjar Palak, seperangkat gamelan yang awalnya milik sekelompok orang sekaa ‘manyi’ dihaturkan ke Banjar Palak sebagai bentuk solidaritas untuk menjaga persatuan dan kesatuan karena tahun-tahun tersebut adanya suasana perpolitikan di Negara kita yang tidak sehat.

Gejolak suhu politik dekade 60-an berimbas terhadap aktivitas berkesenian karena keterampilan seseorang atau kelompok dari seni, terkadang dimanfaatkan sebagai media propaganda partai tertentu untuk kepentingan penggulungan massa.

Eksistensi yang sedemikian kukuh, idealism berkesenian yang murni dan tulus untuk persembahan yadnya, kelompok-kelompok seni di Banjar Palak tetap eksis, regenerasi berjalan bagus.

Di tengah gempuran-gempuran suasana ‘zaman revolusi’ tersebut ketulusan berkesenian tetap mereka lakukan sebagai sebuah ‘swadharma’ seniman yang mesti dilakukan untuk kepentingan peradaban manusia Bali punya kewajiban adat dan budaya sekaligus sebagai media hiburan yang penuh tuntutan kehidupan.

Sebagai bentuk kesabaran dan ketekunan mereka mengawali eksistensi aktivitas bekersenian pada zaman tersebut sepakatlah mereka di Banjar Palak membentuk sebuah sekaa gong untuk lebih mempererat rasa kebersamaan berkesenian dan menjaga persatuan dan kesatuan dengan tema: SEKAA GONG ‘SILA PERTIPA’

                            SILA  = Dasar, Pondamen

                     PERTIPA  = Nama seorang prabu,  ayahnda     Prabu Sentanu Prabu Pertipa terkenal sebagai seorang Pertapa yang tekun dan sabar

Jadi kelahiran sekaa ini diibaratkan sebagai seorang pertapa, menjalankan sebuah swadharma kemanusiaan, kewajiban menyelesaikan pelayanan umat dari kultur budaya melalui seni dan kesenian, di tengah bermacam godaan lahir dan bathin, sehingga perlu kesabaran dan ketekunan

Puncak kejayaan sekaa ini bersinar dan mengalami kejayaan di tahun 1960-an dengan dinakhodai seorang tokoh kemanusiaan ‘I Wayan Mura’ sekaa ini begitu dikenal karena punya cara bermain gong kebyar dengan ‘tetekep’ yang khas dengan kotekan gangsa dengan kecepatan tinggi. Dibina seorang maestro karawitan dari Desa Peliatan I Wayan Gandra sekaan ini banyak mengambil style karawitan Bali Utara dengan menelorkan beberapa tabuh antara lain:

  1. Bima Kroda
  2. Sekar Jepun
  3. Merak Angelo
  4. Subali – Sugriwa, dan sebagainya

Pada tahun keemasan Sekaa Gong Sila Pertipa, sekaa ini secara kualitas disejajarkan dengan Sekaa Gong Peliatan, Sekaa Gong  Pinda, Sekaa Gong Gladag. Karena minimnya keinginan untuk tampil secara popularitas ditambah latar belakang kebanyakan petani yang berkarakter polos, lugu sehingga sekaa ini kurang diekspose dan propaganda ditambah latar belakang filosofi sekaa ini yang bersifat ‘ngayah’.

Keberlangsungan regenerasi kreativitas menabuh kekebyaran sampai sekarang masih tetap terjaga dan pada tahun 2012 dipercaya sebagai duta Gianyar dalam Parade Gong Kebyar Anak-anak Dalam PKB.

Biografi I Ketut Cater, S. Sn

Foto0375Berdasarkan  wawancara yang saya lakukan kepada I Ketut Cater pada tanggal 8 oktober 2013, bahwa I Ketut Cater lahir pada tanggal 13 juli 1966, di Br. Pinda Desa Saba Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar Propinsi Bali. Beliau  anak ke-11 dari pasangan suami istri yaitu I Ketut Bolag dan Ni Wayan Sukin. I Ketut Cater sekarang sudah berusia 47 tahun, sudah memiliki istri 1 dan anak 3, ke 3 anaknya itu perempuan. Beliau sekolah di SD 3 Saba desa Saba

Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar pada tahun 1973 sampai dengan 1979, melanjutkan ke STN (Sekolah Teknik) di desa Guwang Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar pada tahun 1979 sampai dengan 1982, sesudah menyelesaikan sekolah di STN beliau melanjutkan di SMIK di desa Guwang Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar pada tahun 1982 sampai dengan 1984, dan di SMKI (KOKAR) di Jl. Ratna kesiman, Denpasar Timur pada tahun 1984 sampai dengan 1988. Kemudian beliau melanjutkan ke STSI/ASTI Jl. Nusa Indah Denpasar.

Awal mulanya I Ketut Cater terjun ke bidang seni dari kelas 2 SD, mulanya beliau hanya menonton orang-orang latihan di desanya saja, beliau mulai tertarik bagaimana cara memainkan gamelan dan beliau belajar sendiri (OTODIDAK). Seiring berjalannya waktu, I Ketut Cater sudah berada di kelas 4 beliau sudah mulai bisa memainkan gamelan dan waktu itu beliau di pilih untuk ikut dalam komptensi antara kecamatan se Kabupaten  Gianyar sebagai wakil dari kecamatan Blahbatuh pada tahun 1976. Pemilihan ini merupakan gabungan dari seluruh desa-desa yang ada di Blahbatuh seperti desa Saba, Belega, Bona, Bedulu dan lain-lain. Latihan yang di lakukan bertempat di Br. Taruna Desa Blahbatuh Kecamatan Blahbatuh Kabupaten Gianyar, dengan pelatih atau yang membina bernama I Gusti Ngurah Puja. Pada waktu itu materi yang di beri oleh I Gusti Ngurah Puja adalah Tabuh Petegak, Tari Panyembrahma, Tari Margapati, dan Tari Baris, disana I Ketut Cater memainkan instrument yang bernama instrument gangsa. Setelah kompetensi itu selesai barulah di Br. Beliau sendiri mengumpulkan anak-anak untuk membuat sekehe gong anak-anak untuk melestarikan seni budaya yang ada di Bali. Sekehe Gong ini di beri nama Sekehe Gong Anak-anak Dharma Kusuma Br. Pinda desa Saba kecamatan Blahbatuh kabupaten Gianyar. Dari zaman dahulu Sekehe Gong Br. Pinda memang sudah terkenal di seluruh Bali, jika orang-orang mendengar Sekehe Gong Pinda melakukan pentas, pasti semua orang pada zaman dahulu ingin menonton. Seiring berjalannya waktu Sekehe Gong Anak-anak Dharma Kusuma di latih oleh semua Sekehe Gong Br. Pinda yang sudah senior, yaitu:

  1. Nyoman Senen (Alm)
  2. Wayan Kumpul
  3. Nyoman Salit

Dan masih banyak sekehe gong yang lainnya yang membantu, nama-nama yang di atas adalah pokok-pokok dari pelatih semua. Materi yang pertama kali yang di berikan oleh semua pelatih adalah Tabuh 3 lelambatan. Pada saat itu IKetut Cater memainkan instrument kendang wadon. Selesai sudah materi yang diberikan, kemudian ada seseorang asing yang datang menengoki latihan mereka tersebut, ternyata orang asing tersebut dari Belanda, yag bernama Tuan Tia, dia tinggal di sanur tetapi dia sering ke Puri Taman di Br. Saba desa saba kecamatan Blahbatuh kabupaten Gianyar. Setelah dia melihat Sekehe Gong Anak-anak ini latihan, mungkin hati Tuan Tia ini terketuk dan dia memberika suatu hadiah berupa uang sebesar 15.000 pada zaman itu uang ini sangat banyak, dibagikanlah kepada semua anak-anak untuk bekal mereka ke sekolah. Sekehe Gong Anak-anak ini terus aktif ngayah ke semua Pura yang di ketahui. Pada tahun 1978-1979 Sekehe Gong Dewasa Br. Panda ini di tunjuk untuk mewakili Lomba Gong Kebyar Dewasa, sebagai duta Kabupaten Gianyar. Materi yang di pakai saat itu adalah:

  1.  Tabuh kreasi, yang berjudul “Putri Cening Ayu”, yang di garap oleh Nyoman Senen (Alm) dan Ketut Dibia dari Tampak Siring.
  2. Tari Baris Masal
  3. Legong Kraton
  4. Sendratari yang berjudul  “Mentiwas lan Mensugih”, yang di garap oleh: tabuhya Ketut Dibia dan Ida Bagus Brata, dan tarinya Anak Agung Piadnya.

Pada waktu itu pentas dilakukan pada tanggal 1979 bertempat di Gedung Mario Tabanan, Duta Kabupaten Gianyar melawan Duta Kabupaten Badung. Gianyar dan Badung waktu itu sama bagusnya, hingga waktu itu mendapatkan juara 1 kembar, kemudian tampil kembali di panggung terbuka Arda Chandra,di Art Centre.

I Ketut Cater sudah menyelesaikan sekolah di SD, dan kini melanjutkan sekolah di STN (Sekolah Tehnik Negeri) yaitu bertempat di Br. Tegal Desa Guwang Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Saat beliau sekolah disana beliau tidak tinggal di Br. Pinda, beliau tinggal di Br. Denjalan Desa Guwang Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar, di rumah bapak I Wayan Suweca (Alm). I Ketut Cater disana tinggal sambil bekerja beliau hidupnya sangat mandiri tidak bergantungan sama orang tuanya, disana dia beralih profesi, dulunya sering memainkan gamelan saja, sekarang dia belajar memahat/mengukir kayu dan menjarit baju/pakian. Tetapi disana juga ada sekehe menabuh, jadi I Ketut Cater tetap bisa trus latihan menabuh. Selesailah bersekolah di STN dan beliau melanjutkan di SMIK yang bertempat di Br Tegal Desa Guwang Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Beliau disana sekolah hanya 2 tahun, beliau tidak menyelesaikan sekolah disana, karena beliau pindah ke SMKI (KOKAR).

Pada awalnya beliau masih di sekolah di SMIK beliau pergi menjual jangkrik, sampai di depan sekolah SMKI(KOKAR) beliau melihat seseorang yang keluar dari sekolah itu membawa sebuah panggul, semua itu mengingatkan beliau pas masih tinggal di Br. Pinda, dan timbul rasa iri dari beliau, dari itulah beliau pindah ke sekolah SMKI(KOKAR). Di SMKI Ketut Cater bertemu dengan I Wayan Darya, I Made Subandi, I Nyoman Griya, dll. Sekolah di mulai, I Ketut Cater dan teman-temannya mendapat pelajaran praktek lelambatan, saat itu mereka gurunya yang mengajar bernama I Wayan Warsa, disana bapak Warsa bertanya kepada I Ketut Cater “Uling ije gus????” dan I Ketut Cater menjawab “tyang uling Br. Pinda”, bapak Warsa langsung menyuruh I Ketut Cater memegang instrument kendang, karena di Bali Pinda sudah terkenal dimana-mana untuk memainkan Gamelan Bali, yang di pimpim oleh, Nyoman Senen dan Wayan Kumpul. Menjelang ulang tahun SMKI (KOKAR) yang ke 18 tahun, dikumpulkan siswa kelas satu yaitu kelas angkatan  I Ketut Cater untuk latihan mencari tabuh kreasi baru yang di garap oleh I Wayan Warsa. Tabuh kreasi ini di pentaskan pas pada puncak hari ulang tahun sekolah yang ke-18 tahun pada tahun 1984, saat I Ketut Cater bersekolah di SMKI beliau tinggal di MESS bersama guru yang bernama Bapak Mulyana yang menjadi guru Bahasa Indonesia. Pada suatu hari I Ketut Cater mendengar ada orang latihan di studio karawitan dan beliau ingin menonton kesana, sampai disana beliau langsung disuruh ikut latihan, karena latihan itu akan di pakai untuk mendukung ujian tari sarjana muda di STSI yang bernama Suteja dari Tanjung Bungkak, dengan penggarap tabuhnya adalah I Ketut Gede Asnawa, B A. Gamelan yang di pakai adalah gamelan Gong Kebyar, instrument yang di pegang oleh I Ketut Cater adalah instrument Kajar. Seiring berjalannya waktu I Ketut Cater naik ke kelas dua dan angkatan beliau di suruh latihan buat rekaman, gurunya bernama I Gusti Ngurah Padang, materi yang diberikan adalah Tabuh 4 Lelambatan Banda Sura yang di garap oleh Bapak I Gusti Ngurah Padang sendiri pada awal membuat tabuh itu di Karang Asem dan di tuangkan ke angkatan I Ketut Cater, Tabuh Kreasi  yang di garap oleh Bapak Warsa,Tari  Kijang Kencana, Tari Gopala, Tari Jalak Putih, semua materi ini di rekam oleh Maharani Record dan di pentaskan di kantor Gubernur Bali di Jaya Saba. I Ketut Cater sekarang menjadi kelas tiga dan sekolah SMKI pindah ke Jl. Taak Indah Batu Bulan, setiap tahun di Bali ada acara PKB, SMKI pasti mendapat bagian dari pembuka/penutup PKB itu yaitu 2 buah garapan Sendratari Kolosal, beliau selalu ikut dalam garapan tersebut, setelah menyelesaikan sekolah di SMKI selama 4 tahun, beliau melanjutkan sekolah di STSI DI Jl Nusa Indah Denpasar, pada tahun 1988. Selama sekolah di STSI banyak kegiatan yang beliau dapat, acara PKB datang kembali I Ketut Cater dan I Wayan Darya di panggil kembali oleh SMKI untuk ikut dalam garapan Sendratari SMKI yang berjudul “Ari Wangsa”.

Akhirnya impian I Ketut Cater terwujudkan, beliau sangat ingin dari dulu bersekolah di STSI/ASTI. Beliau sekolah disana pada tahun 1988 sampai dengan 1993 dengan teman-temannya yaitu I Made Subandi, I Wayan Darya, dan yang lainnya. Banyak kegiatan yang beliau lakukan, saat beliau menginjak semester 2, beliau mendukung ujian Wayang Arja dengan dalang I Nyoman Sedana. Pada tahun 1990 I Ketut Cater di tunjuk sebagai Pembina Gong Kebyar Dewasa Kabupaten Gianyar, ini adalah pertama kalinya beliau menjadi Pembina Gong Kebyar Dewasa, senang gembira yang beliau rasakan, apa yang menjadi impian beliau sekarang ada di depan matanya sendiri. Pada PKB tahun ini, Kabupaten Gianyar diwakili oleh Desa Batuan Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Jadi di desa Batuan pertama kalinya I Ketut Cater menjadi Pembina, akhirnya setiap tahun beliau terus di tunjuk menjadi Pembina Gong Kebyar Dewasa maupun Anak-anak. Di desa Batuan I Ketut Cater menggarap Sandya Gita dan Fragmen Tari bersama Dewa Brata, selain menggarap, ternyata beliau disana juga ikut memainkan gamelan, beliau disana menjadi tukang kendangnya. Tahun 1991 beliau membina di Batubulan sebagai Duta Gong Kebyar Dewasa Kabupaten Gianyar. Disana beliau membina Tari yang sudah ada yaitu Tari Cendrawasih, dan menuangkan sebuah tabuh yang berjudul “Gora Mardawa” yang diciptakan oleh Bapak I Wayan Winda. Di tahun ini I Ketut Cater di tunjuk oleh kampusnya untuk ikut dalam rombongan ke luar negeri yaitu ke (SWEDIA). Ini adalah pembrangkatan I Ketut Cater yang pertama kalinya untuk ke luar negeri, beliau disana hanya 2 minggu.

Pada tahun 1992 beliau membina di Tampak Siring sebagai Gong Kebyar Dewasa Duta Kabupaten Gianyar, yang bertempat di Br. Kawan desa Tampak Siring Kabupaten Gianyar. Saat itu pula beliau menggarap Sendratari kolosal di Kecamatan Ubud, sebagai wakil dari Kabupaten Gianyar yang berjudul yaitu “Maya Denawa”. Tahun 1993 beliau membina di desanya sendiri yaitu Br. Pinda Desa Saba Kecamatan Blah Batuh, karena desanya lah yang di tunjuk untuk mewakili Kabupaten Gianyar materi yang di garap oleh beliau adalah Sandya Gita dan Fragmen Tari. Hari terus berjalan hingga tahun 1994 I Ketut Cater  membina di desa Kemenuh Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. Disana beliau menggarap Tabuh Kreasi yang berjudul “Merdu Kumala, dan menggarap Sandya Gita. Setiap tahun beliau terus mendapat tugas untuk membina/menggarap sebuah karya seni yang tak ternilai harganya, karya-karya beliau sudah sangat banyak untuk kota Gianyar, ini semua adalah impian beliau, dan sekarang sudah menjadi kenyataan. Dan sampai tahun ini beliau terus menjadi Pembina Kabupaten Gianyar dengan bersama ke-2 temannya yaitu I Wayan Darya yang berasal dari Singa padu, I Made Subandi yang berasal dari Batuyang. Mereka juga punya julukan, yaitu “sipitung” yang berarti SI: Singa Padu, PI: Pinda, TUNG: Batuyang.

TEROMPONG

  • Apa itu terompong?
  • Apa saja nama teknik permainan pada instrument terompong?
  • Apafungsiterompong?

Terompong adalah suatu instrument gambelan bali yang ada pada gambelan: gong gede,gong kebyar,gong luang,samara pegulingan,gong semaran dana.

BAGIAN DARI NAMA-NAMA CARA MEMAINKAN INSTRUMENT TEROMPONG

  • Ngembat         : memukul 2 buah nada yang besar dan nada yang kecil dengan jarak 4 nada.
  • Ngempyung     : memukul 2 bah nada secara bersamaan antara nada ndang dan ndeng.
  • Nyintud            : memukul 2 buah nada secara bersamaan antara nada nding dan ndung.
  •  Nylih asih       : pukulan bergantian antara tangan kanan dan tangan kiri.
  • Ngeluluk          : pengembangan dari nyilih asih.
  • Nyekati                        : pukulan yang banyak melepas pokok dan bertemu pada bagian akhir dalam 1 pada.
  • Ngumad          : memukul dengan memblakangi gending.
  • Nguluin            : mendahului pokok gending.
  • Nerumpuk       : memukul nada secara beruntun
  • Ngoret             : memukul 3 buah nada yang di tarik dari nada besar ke nada kecil.
  • Ngerot             : memukul 3 buah nada yang di tarik dari nada kecil ke nada besar.

Fungsi Instrument Terompong

v         Mengawali sebuah tabuh/gending lelambatan.

v        Memainkan melodi pokok.

v        Memberi fariasi-fariasi.

v        Juga berfungsi untuk tari seperti tari                         palawakya, kebyar terompong, dll.

KESIMPULAN

Terompong adalah suatu instrument gambelan bali untuk mengiringi upacara agama di dalam tabuh-tabuh lelambatan yang biasanya sebagai pengawit tabuh, menjalankan melodi pokok dan memberi variasi-variasi dalam melodi itu sendiri.

 

Pengertian Etika Menurut Para Ahli

• Menurut Maryani & Ludigdo : etika adalah seperangkat aturan atau norma atau pedoman yang mengatur perilaku manusia,baik yang harus dilakukan maupun yang harus ditinggalkan yang di anut oleh sekelompok atau segolongan masyarakat atau prifesi.
• Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia: etika adalah nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
• Menurut Aristoteles: di dalam bukunya yang berjudul Etika Nikomacheia, Pengertian etika dibagi menjadi dua yaitu, Terminius Technicus yang artinya etika dipelajari untuk ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia. dan yang kedua yaitu, Manner dan Custom yang artinya membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (in herent in human nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau perbuatan manusia.
• Menurut Kamus Webster: etika adalah suatu ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara moral.
• Menurut Ahli filosofi: Etika adalah sebagai suatu studi formal tentang moral.
• Menurut Ahli Sosiologi: Etika adalah dipandang sebagai adat istiadat,kebiasaan dan budaya dalam berperilaku.

Suwarsa

Nama saya I Putu Suwarsa saya berasal dari sukawati, Gianyar saya tinggal di Br. Palak Sukawati Gianyar dan saya lahir pada tanggal 7 november 1994.Saya bersaudara ber 3 mempunyai 2 adik dan saya anak yang pertama.Saya memiliki ayah yang bernama I Wayan Suweca dan ibu saya bernama Ni Made Murni. Ayah saya bekerja sebagai wiraswasta dan ibu saya sebagai Ibu Rumah Tangga.

Saya dari kecil memang sangat suka alat musik tradisional bali dan saya mulai mengenal alat musik itu pada umur 6 tahun yang di latihkan di banjar saya sendiri. Saat itu saya masih mengenyam bangku SD, setelah itu saya melanjutkan ke SMP Sila Chandra Batubuln. Setelah lama saya belajar akhirnya saya mendapat kesempatan untuk mengikuti ajang-ajang yang bergengsi seperti ikut dalam lomba Gong Kebyar, Balaganjur, dll. Saat saya masih SMP saya mendapatkan kesempatan yang bagus sekali, yaitu dapat pentas keluar negeri di singapura, nasib saya sangat beruntung waktu itu karena pada saat itu 4 hari sebelum saya brangkat ke singapura saya ujian nasional, pas ujian nasional selesai dan pas juga tanggal kebrangkatan saya bersama sanggar saya. Setelah sampai di Singapura saya dan teman-teman sanggar langsung mengambil gambelan dan langsung di rakit karena sebelum berangkat semua gambelan di lepas biar gampang di bungkus dan di bawa kesana, setelah selesai merakit gambelan saya dan teman-teman langsung di ajak ke hotel untuk istirahat, lingkungan di Singapura sangat bersih, nyaman, dan disiplinnya sangat ketat, seperti: kita tidak boleh sembarangan merokok disana jika kita mau merokok maka cari tempat yang di bolehkan merokok dan jika kita mau berludah juga tidak boleh sembarangan jika kita melanggar itu, kita akan di laporkan dan akan di denda.

Keesokan harinya saatnya dilaksakan pementasannya, gambelan yang di bawa kesana adalah gambelan semara pegulingan, lagu-lagu yang di bawa adalah lagu-lagu klasik seperti: tabuh Ginanti, tabuh Semarandana, tabuh Jirbon, tabuh Unduk dan masih banyak yang lainnya. Saya disana pentas 2 kali, akhirnya selesai semua saya dan teman-teman balik ke bali, senang sekali ketika saya sudah ada di bali, kangen dengan rumah, ortu, dan adik-adik saya semua, dan tidak lupa saya beliin mereka oleh-oleh dari Singapura. Hari berjalan tiada hentinya dan datanglah pengumuman tentang kelulusan di SMP, dan saya lulus, lulus dari smp dan melanjutkan ke SMK, dari kecil saya bercita-cita bersekolah di kokar dan di ISI. Dan saya melanjutkan ke SMK Negeri 3 Sukawati yg dulunya bernama KOKAR (Konser Factory Karawitan), disana sangat banyak ilmu yang saya dapatkan, seperti:

Menulis notasi

Membuat alat musik, seperti membuat: tingklik, suling, dan rindik

Cara-cara untuk berkarya musik.

Pada waktu itu, sekolah ini sangat aktif mengambil pentas-pentas keluar, orang-orang sering bilang menyelam sambil minum air. Dan ada juga pas waktu itu ada Lomba Kreativitas Siswa (LKS), pada suatu hari saya di panggil oleh guru, dan di suruh memilih teman-teman yang potensinya bagus-bagus untuk di ajak ikut dalam LKS, pada waktu itu  saya di suruh memilih 10 orang, saya bingung mau memilih siapa saja, karena semua teman-teman saya itu pintar-pintar, dan akhirnya terpilih semua, latihan di lakukan setelah berjalannya waktu, tenyata saya ada berangkat ke cina, nasib saya tidak beruntung, saya tidak dapat ikut LKS itu, karena saya pentas ke cina di cina saya pentas cuman 2 x tetapi saya disana 7 hari, saya disana dan teman-teman kebanyakan jalan-jalan, saya juga dapat naik kreta bawah tanah tempatnya disna juga bersih sekali. selesai semua saya dan kawan-kawan balik ke bali, sampai saya di bali pada saat itu jam 3 pagi dan saya sampai rumah jam 5 pagi, pada hari itu pementasan LKS pun di mulai dan saya hadir menonton LKS itu.

Ketika PKB akan datang , pasti SMK N 3 akan mndapat tugas mengisi-mengisi acara disana, dan pada saya menginjak kelas 2, SMK N 3 Sukawati mendapatkan tugas yang sangat bergengsi, yaitu mewakili Kabupaten Gianyar  dalam parade Gong Kebyar di PKB(Pesta Kesenian Bali), saya juga ikut dalam gong kebyar tersebut, setiap hari saya ke sekolah tidak pernah belajar di kelas karena latihan untuk persiapan gong kebyar itu latihan setiap hari. Kemudian di ulang tahun kabupaten Gianyar, SMK N 3 dapat kesempatan pentas di Gianyar untuk uji coba dan mengisi acara di ulang tahun Gianyar. Setelah berjalannya waktu akhirnya PKB segera di mulai, dan parade gong kebyar akan di mulai. Pada waktu itu SMK N 3 yang mewakili gianyar bertemu dengan Kodya. Dan penutupan PKB SMK N 3 juga dapat tugas untuk mengisi acara, di pentaskan sebuah sendra tari. Selesai sudah PKB dilaksanaakan. Hari-hari berlanjut cepat hingga acara PKB sudah dekat, dan saya mendapat kejutan, karena seka gong anak-anak Br. saya dapat mewakili Gong Kebyar anak-anak, itu adalah impian saya, anak-anak Br. saya mendapatkan pentas ke Art Centre.

Sekarang saya melanjutkan belajar d ISI Denpasar untuk menuntut ilmu dan mengembangkan bakat saya sendiri. Di ISI juga sangat banyak saya mendapatkan ilmu seperti membuat karya, mendapatkan pelajaran Gong Gede, waktu kemaren semester angkatan saya sudah dapat ngayah ke Pura Batur dan Pura Besakih. Sekarang saya juga dapat kesempatan ikut dalam Gong Kebyar dewasa yang di wakili oleh Tampak Siring, datanglah ulang tahun Kota Gianyar, Gong Kebyar ini akan pentas di Gianyar buat percobaan terlebih dahulu sebelum di pentaskan ke Art Centre Denpasar, pada tanggal 22 saya di ajak latihan di Gianyar buat gladi, karena pementasannya tanggal 23 pada saat gladi di mulai dari jam 12 malam sampai jam 3 pagi dan tanggal pun di ganti menjadi 23, dan pementasan akan segera di mulai, mudah-mudahan semua berjalan lancar tidak ada pementasn yang hancur, karena semua materi baru saja selesai. Sekian yang dapat saya sampaikan tentang pribadi saya, semoga anda lebih mengenal saya,  trima kasih.