Mei
07
2013
66

Resensi Buku : Tetabuhan Bali I, Pande Made Sukerta

Resensi Buku    : Tetabuhan Bali I, Pande Made Sukerta

 

Musik atau karawitan Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Barat, Sumatera Utara (Batak), Kalimantan, Papua, Sulawesi, Bali, vocal menjadi bagian dari karawitan. Di Bali, vocal selalu dihadirkan dalam konteks upacara agama ( upacara panca yadnya ). Kehadiran vocal dalam kontek upacara agama membuat kehidupan vocal (tembang) di Bali sangat subur, hamper setiap banjar memiliki satu kelompok pesantian.

Keberadaan vocal dalam upacara panca yadnya didasari oleh konsep panca gita yaitu lima unsur suara dalam pelengkap jalannya suatu upacara. Bagian-bagiannya adalah Swara atau dentingan bajra, Puja merupakan bacaan pujaan mantra Weda, Gong yaitu suara gamelan, Kidung yaitu lagu-lagu keagamaan, Kentongan yaitu bunyi-bunyian yang dapat menimbulkan suara magis. Maka dari itu vocal dalam pelaksanaan upacara agama bukan hanya sebagai pelengkap tapi merupakan bagian dari upacara tersebut.

 

Jenis-jenis vocal ( tembang ) yang ada di Bali, yaitu

  1. Gegendingan atau tembang rare atau sekar rare

Sekar Rare merupakan vocal atau tembang dimana menyangkut suatu permainan anak-anak.

 

  1. Pupuh atau tembang alit atau sekar alit atau macapat

Dalam buku Wrttasancaya Gutasancaya Kumpulan Wirame dan Pupuh disusun oleh IGB Agastia disebutkan bahwa jenis tembang macepat ada 42 macam yang akan dipaparkan sebagian saja, yaitu :

–          Dandanggula ( 10a, 10i, 8e, 7u, 91, 7a, 6u, 8a, 12i, 7a )

–          Mijil ( 10i, 6o, 10o, 10i, 6i, 6u )

–          Semarandana ( 8i, 8a, 8o, 8a, 8a, 8u, 8a )

–          Ginanti ( 8u, 8i, 8a, 8i, 8a, 8i )

–          Pucung ( 12u, 6a, 8a, 12a ), dll.

 

  1. 3.      Kidung atau tembang madya atau sekar madya

Di Bali ada beberapa jenis kidung diantaranya : Mayura, Jayendra, Manjangan Slawang, Palu Gangsa, Silih Asih, Sih tan pegat, Gebang Lontas, Bremara sang utpati, Singa Indra, Slopag, Basung dan Jagul Anom.

 

  1. Kekawin atau tembang ageng atau sekar ageng

Sekar Ageng meliputi lagu-lagu berbahasa Kawi yang diikat oleh hukum guru lagu, pada umumnya dinyanyikan dalam upacara agama. Kekawin merupakan puisi Bali klasik berdasarkan puisi dari bahasa Jawa Kuno. Penggunaan bahasanya banyak mengambil dasar dari puisi Sansekerta yang kemudian diterjemahkan sehingga mempunyai kekhasan sendiri. Diperkirakan Kekawin diciptakan di Jawa pada abad IX sampai XVI. Dalam Kekawin ada empat bagian yaitu : Pengawit (penyemak), Penampi (pengisep), Pangumbang, Pemalet Kekawin. Contoh beberapa kekawin yang ada di Bali yaitu : Aswalalita, Wasantatilaka, Tanukerti, dll.

 

Vocal dalam Upacara

Penggunaan vocal atau tembang dalam upacara, selain terkait dengan lagu atau melodinya juga terkait dengan cakepan atau syairnya. Dalam pelaksanaan upacara, ada tiga bentuk sajian vocal, yaitu :

  1. Bentuk sajian tunggal

Vocal dalam bentuk sajian tunggal adalah vocal yang disajikan pada saat pelaksanaan upacara oleh seorang diri. Bentuk sajian ini dapat diiringi berupa tetabuhan atau gending. Dalam kesempatan ini penyaji mendapt ruang yang sangat bebas untuk memberikan tafsir garap, karena tidak terkait dengan gending atau tabuhan, dimana penyajiannya akan mewujudkan suasana religius.

 

  1. Bentuk sajian bersama

Vocal dalm bentuk sajian bersama adalah vocal yang disajikan oleh lebih dari seorang penyaji, dengan sajian yang sama. Sajiannya tidak terkait dengan tabuhan atau gending. Sajian vocal ataupun tabuhannya akan membentuk suasana religius.

 

  1. Bentuk sajian Mabebasan

Dalam buku Seni Mabebasan Sebagai Sumber Inspirasi Seni Budaya Bali dan Pemakaian Bahasanya (2002) menyebutkan bahwa, Mabebasan sering disebut dengan Makekawin atau Mapepaosan, Mabebasn yang mempunyai pengertian yang hamper sama. Dalam kontekstualnya Makekawin mempunyai dua pengertian yaitu : melagukan puisi atau sloka Bahasa Kawi beserta terjemahannya, pengertian yang kedua adalah melagukan sloka Bahasa Kawi disertai dengan terjemahannya dan kadang-kadang disertai dengan ulasan tergantung situasi konstektualnya. Sumber-sumber materi mebebasan antaralain dari Ramayana, Bratayudha, Arjunawiwaha, Nitisastra, Sarascamuscaya, Lawe, Tantri, Adiparwa, Bomakawya, Phartayadnya, Sutasoma, dan Gatotkacasraya.

 

Berdasarkan hasil analisis peranan vocal dapat diklarifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu :

  1. Vocal sebagai media ungkap penari

Dalam peranannya ini terdapat pada kesenian Arja dan Pegambuhan. Dimana tidak hanya terkait dengan musical saja, melainkan dapat sebagai sarana ungkap cerita yang disajikan.

 

  1. Vocal sebagai media pokok

Vocal sebagai media ungkap diantaranya terdapat pada Pejangeran dan Gong Kebyar. Dalam peranan penyajiannya, vocal merupakan satu kesatuan dengan gending atau msik yang disajikan.

 

  1. Vocal sebagai “pelengkap”

Vocal sebagai “pelengkap” diantaranya terdapat pada sajian repertoar gending Semar Pegulingan Saih Lima (pada jenis gending Pelegongan) dan Gong Kebyar. Peranan vocal yaitu mempertegas suasana yang diungkapkan, jenis vocal yang disajikan berbentuk sendon atau tandak.

 

Written by in: Tulisan |

Powered by WordPress | Theme: Aeros 2.0 by TheBuckmaker.com