Category Archives: Tulisan

Tulisan

MENDISKRIPSIKAN ALAT INSTRUMEN KENDANG BEBARONGAN

Kendang Bebarongan

Dalam karawitan bali dapat ditemukan berbagai macamjenis kendang. Keanekaragaman kendang bisa dilihat dari bermacam ukurannya mulai dari yang besar sampai yang kecil. Beberapa contoh jenis kendang bali diantaranya, kendang mebarung, kendang tambur, kendang bedug, kendang cedugan, kendang gupekan, kendang bebarongan kendang krumpungan, kendang batel kendang angklung.

Salah satu jenis kendang bali yang memiliki teknik permainan yang unik dan rumit adalah kendang bebarongan. Hal ini disebabkan karena dalam mempermainkannya mempergunakan sebuah alat yang disebut panggul kendang. Dan teknik permainannya lebih banyak memakai  teknik mekendang tunggal, jenis ini dinamakan kedang bebarongan karena kendang ini khusus digunakan untuk menyajikan kendanggending-gending bebarongan dan dipergunakan untuk mengiringi tari barong. Kendang bebarongan mempunyai panjang sekitar 62-65cm, garis tengah tebokan besar26-28cm dan garis tengah tebokan kecil sekitar 21,5-23cm. ukuran jenis kendang ini ukuran yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil (sedang) sehingga sering juga di sebut kendang penyalah. Sesuai dengan namanya kendang bebarongan adalah salah satu jenis kendangyang dipergunakan untuk mengiringi tari barong baik hanya bapang barongnya saja maupun melampahan.

  1. Kendang bebarongan dalam karawitan bali

Kendang bebarongan adalah kendang yang secara khusus terdapat dalam barungan gamelan bebarongan. Jenis kendang ini mempunyai panjang sekitar 62-65cm, garis tengah tebokan besar26-28cm dan garis tengah tebokan kecil sekitar 21,5-23cm. kendang bebarongan ini termasuk dalam ukuran yang tanggung, karena ukurannya yang tidak terlalu besar maupun tidak terlalu kecil. Ada dua cara untuk memainkan kendang bebarongan, yakni bisa dengan mempergunakan panggul dan bisa juga dimainkan tanpa mempergunakan panggul.

  1. Fungsi kendang bebarongan

Fungsi kendang bebarongan adalah berfungsi sebagai pemurba irama (mengatur jalannya irama gending). Kendang bebarongan merupakan salah satu instrumen penting dalam barungan gamelan bebarongan. Mengingat begitu penting peranan kendang  dalam gamelan bebarongan maka kemampuan juru kendang sangat menentukan keberhasilan dari sebuah pementasan. Dengan kata lain bahwa disamping factor instrumen atau kendangnya sendiri maka, keberhasilah sebuah pementasan akan sangat ditentukan oleh kemampuan juru kendang baik dalam hal bermain secara individu maupun dalam hal memimpin seluruh penabuh yang memainkan instrument lainnya sehingga dapat menghasilkan sebuah pementasan yang baik.

  1. Teknik menabuh kendang bebarongan

Sebelum menabuh, ada satu hal penting yang harus diperhatikan oleh juru kendang, yaitu sikap duduk dalam bermain kendang sebab sikap duduk yang baik dan benar akan sangat menentukan kenyamanan dalam bermain kendang.

Suara kendang bebarongan diatur agar suara cedugannya mendekati nada dung (7) sesuai dengan laras gamelan yang di pergunakan. Untuk mendapatkan suara kendang sesuai dengan yang diinginkan dilakukan dengan cara mengatur posisi sompe (pengaturan suara kendang yang berbentuk cincin yang terbuat dari jangat). Cara mengatur tinggi rendahnya suara kendang adalah dengan jalan mengatur sompe baik kearah muwa kanan maupun muwa kiri kendang. Apabila suara yang diinginkan lebih tinggi maka sompe dieratkan menuju arah muwa kanan kendang. Sebaliknya kalau diinginkan agar suara kendang lebih rendah maka sompe diatur kea rah muwa yang kecil. Pengaturan ini dilakukan dengan sangat hati-hati agar mendapatkan suara kendang yang sesuai dengan yang diinginkan.

Selain dengan jalan mengatur posisi sompe, pengaturan suara kadang dapat dilakukan dengan cara memukul bagian wangkis – salah satu bagian dari kendang terbuat bamboo dan kawat yang berbentuk cincin dan berfungsi untuk memegangpenukub dan tali – dan penukub kendang pada kedua bagian (muwa). Untuk mendapatkan suara yang lebih tinggi carannya adalah dengan jalan memukul kedua wangkis sedangkan untuk mendapatkan suara yang lebih rendah dilakukan dengan jalan memukul bagian tengah dari kulit kendang pada kedua muwa. Dalam hubungan ini harus dilakukan dengan cermat dan penuh perasaan.

  1. Warna suara kendang bebarongan

Adapun yang dimaksud dengan warna suara kendang bebarongan adalah jenis-jenis suara yang dihasilkan. Apa bila menggunakan panggul maka muwa kanan dapat menghasilkan tiga jenis suara yaitu: dug, tek, dan tep. Suara tek diperoleh dengan cara memukul muwa kanan dengan panggul dan muwa kiri ditutup sepenuhnya dengan  tangan kiri. Sedangkan muwa kiri menghasilkan dua warna suara yaitu pak dan kung.

Selanjutnya apabila kendang itu dimainkan tanpa mempergunakan panggul, maka muwa kanan dapat mehasilkan tiga warna suara yaitu: tep, cung, dan dag. Sedangkan muwa kiri dapat mehasilkan dua suara yaitu pak dan kung. Dengan kata lain, bahwa muwa kiri akan menghasilkan dua warn yang sama baik ketika kendang itu dimainkan dengan panggul ataupun tanpa panggul.

Salah satu hal yang harus diingat oleh setiap juru kendang khususnya dalam menabuh gending-gending bebarongan adalah pada saat memukul kendang dengan mempergunakan panggul, pada bagian muwa kiri ditutup sedikit agar mendapatkan suara kendang yang lebih tajam dan tekes. Jika tidak ditutup sebagian maka akan menghasilkan suara kendang yang mecedung atau mempunyai suara yang kurang tajam.

ENSAMBLE SEDANG

GAMBELAN GEGUNTANGAN

 

1.1  Definisi

Gambelan geguntangan  sekarang sudah kurang diminati, anak-anak / remaja sekarang sangat jarang  yang tertarik terhadap jenis gambelan ini. Tapi sekarang di setiap Banjar / Sanggar yang ada diBali sudah mulai mempelajari gambelan geguntangan. Gambelan geguntangan adalah gambelan Pengarjan yang ditransfer ke gambelan geguntangan. Kalau gambelan pengarjan alat-alat gambelannya sama seperti gambelan geguntangan tapi penarinya langsung menarikan sambil  bernyanyi ( Sekar Alit ), kalau geguntangan tidak ada yang menarikan tapi cuma ada yang menyanyikan ( megending ). Menurut sumber yang ada, pementasan gambelan geguntangan pertama kali ada diadakan adalah di RRI. Dalam memainkan gambelan geguntangan, khususnya dalam memainkan kendang krumpungan, harus selalu memperhatikan permainan. Pada gambelan geguntangan yang paling berperan yaitu kendang krumpungan ”Lanang” dan alat instrument yang lain cuma mengikuti saja, selain itu pemain harus memperhatikan pelaku yang menyanyikan ( megending ) supaya pada saat nyanyian itu lebih cepat / berubah maka pemain gambelan sudah mengetahui kapan waktunya akan mengganti Gending / tabuh tersebut. Menurut seniman alam dari Singapadu yang berkecimpung digambelan geguntangan, tabuh yang digunakan pada gambelan geguntangan seperti tabuh batel,tabuh dua dan tabuh empat. Tabuh empat jarang orang yang tahu dan juga jarang yang menggunakannya. Tabuh batel digunakan pada saat cerita itu marah, pepeson penasar manis, mantri buduh, penasar buduh.  Tabuh dua digunakan pada saat pepeson, penyalin gending. Dan tabuh empat digunakan pada saat pertemuan ( pengeraos ). Selain itu, jika pada saat cerita itu sedih tabuh yang digunakan adalah tabuh empat Adri.

 

1.2  Macam-macam alat Gamelan Geguntangan

 

  1. Kendang Krumpungan Lanang
  2. Kendang Krumpungan Wadon
  3. Cenceng
  4. Gajar
  5. Klenang
  6. Guntang
  7. Tawe-tawe
  8. Suling
  9. Gong Pulu

 

1.3  Teknik Permainan Gamelan Geguntangan

 

  1. Kendang Lanang, cara memainkannya yaitu dengan menggunakan tangan kanan dan tangan kiri. Tangan kanan memukul dengan ibu jari, dan tangan kiri memukul dengan memakai 3 jari yaitu jari tengah, jari manis dan jari klingking. Misalnya kalau gamelan itu narik maka jari-jari tangan kiri agak lebih dinaikkan kurang lebih satu ruas jari dan langsung ngangsel jari-jari tangan kiri diturunkan sedikit maka pengambilannya tiga ruas jari.
  2. Kendang Wadon, cara memainkannya yaitu dengan menggunakan tangan kanan, dan ada dua jenis cara memukul dengan menggunakan tangan kanan. Memukul dengan istilah suara ngumbang memakai empat jari kanan dan suara ngisep memakai satu ibu jari kanan. Kalau memukul dengan tangan kiri sama seperti memukul kendang lanang, tetapi kendang wadon cuma ada satu pukulan yaitu memkai tiga jari dengan satu ruas jari dan pada saat kendang itu narik tidak perlu menurunkan jari tangan kiri, setelah pola itu habis angsel menurunkan jari tangan menyuarakan keplak.
  3. cara memegang bunga cenceng yaitu dengan dijapit oleh ibu jari dan telunjuk  memegang bunga cenceng dan pada saat dibunuyikan bunga cenceng yang dipegang sama bunga cenceng yang dibawah dipadukan. Pada saat ngumbang pukulannya cenceng keras dan saat ngisep pukulannya ringan atau tidak menekan bunga cenceng yang dibawah. Jika kendang itu memakai keplak maka pukulan cenceng harus ditekan supaya tidak bergema.
  4. Gajar, cara memainkan yaitu tiap kendang itu narik pukulannya dipinggir, pada saat kendang lanang dan kendang wadon dimainkan gajar juga mengikuti pukulan kendang. Jika muka kanan kendang wadon dimainkan yang dimainkan pada gajar yaitu sebelah pencon gajar, kalau saat kendang lanang dimainkan yang dimainkan pada gajar yaitu pencon gajar.
  5. Klenang, cara memainkan yaitu memukul pencon, kalau pukulannya klenang diantara tawe-tawe dan gong. Jika memainkan klenang yang harus diperhatikan yaitu klenang mempermainkan tempo.
  6. Guntang, kalau satu alat ini disebut guntang, jadi semua alat instrumentnya menjadi geguntangan. Cara memainkannya yaitu memukul bilah bambu, pada saat tangan kanan memukul dan tangan kiri harus menekan bilah guntang supaya suara guntang padat dan tidak bergema. Fungsi guntang yaitu sebagai tempo melodi gamelan geguntangan tersebut.
  7. Tawe-tawe, cara maminkannya dengan dipukul oleh panggul. Pada saat melodi itu berjalan fungsi tawe-tawe sebagai menandakan tabuh dan tawe-tawe juga sebagai penanda pergantian tabuh. Kalau penempatan permainan tawe-tawe yaitu sebelum klenang dan sesudah gong. Dan tawe-tawe juga sebagai penanda pergantian tabuh.
  8. Suling, cara memainkanya yaitu dengan kelemasan jari tangan menutup dan membuka lobang nada yang ada disoling. Peranan suling digamelan geguntangan yaitu mengikuti irama gending / lagu, khususnya digamelan geguntangann pemain suling harus peka dengan tembang / lagu.
  9. Gong pulu, cara memainkannya yaitu dengan memakai dua alat pukul, dan kedua bilah gong pulu harus dipukul secara bersamaan. Penempatan pemukulan Gong pulu yaitu sesudah klenang, dan fungsinya sebagai penempatan akhir melodi / tabuh.

OGOH-OGOH

BAB 1

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang

Hari Raya Nyepi adalah hari raya umat Hinduyang dirayakan setiap tahun Baru Saka. Hari ini jatuh pada hitungan Tilem Kesanga yang dipercayai merupakan hari penyucian dewa-dewa yang berada dipusat samudra yang membawa intisari atau amerta air hidup. Nyepi berasal dari kata sepi ( sunyii ). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit. Hari Raya Nyepi ini dirayakan pada Sasih Kesanga setiap tahun. Biasanya jatuh pada bulan Maret atau awal bulan April. Beberapa hari sebelum Nyepi, diadakan upacara Melasti atau Melis dan ini dilakukan sebelum upacara Tawur Kesanga.

 

1.2    Rumusan Masalah

1        Apa makna perayaan hari raya nyepi?

2        Bagaimana tata cara pelaksanaannya?

 

1.3    Tujuan Penulisan

1        Untuk mengetahui makna perayaan hari raya nyepi.

2        Untuk mengetahui tata cara pelaksanaan hari raya nyepi.

 

1.4    Manfaat Penulisan

1        Dapat mengetahui makna perayaan hari raya nyepi.

2        Dapat mengetahui tata cara pelaksanaan hari raya nyepi.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

2.1        Makna Hari Raya Nyepi

Nyepi berasal dari kata sepi (sunyi, senyap). Hari Raya Nyepi sebenarnya merupakan perayaan Tahun Baru Hindu berdasarkan penanggalan/kalender caka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Tidak seperti perayaan tahun baru Masehi, Tahun Baru Saka di Bali dimulai dengan menyepi. Tidak ada aktivitas seperti biasa. Semua kegiatan ditiadakan, termasuk pelayanan umum, seperti Bandar Udara Internasional pun tutup, namun tidak untuk rumah sakit.

Tujuan utama Hari Raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) danBhuana Agung/macrocosmos (alam semesta). Sebelum Hari Raya Nyepi, terdapat beberapa rangkaian upacara yang dilakukan umat Hindu, khususnya di daerah Bali.

Perayaan Tahun Saka pada bulan Caitra ini dijelaskan dalam Kakawin Negara Kertagama oleh Rakawi Prapanca pada Pupuh VIII, XII, LXXXV, LXXXVI – XCII. Di Bali, perayaan Tahun Saka ini dirayakan dengan Hari Raya Nyepi berdasarkan petunjuk Lontar Sundarigama dan Sanghyang Aji Swamandala.

Jika kita perhatikan tujuan filosofis Hari Raya Nyepi, tetap mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia. Pengertian ini dilontarkan mengingat kata “tawur” berarti mengembalikan atau membayar. Sebagaimana kita ketahui, manusia selalu mengambil sumber-sumber alam untuk mempertahankan hidupnya. Perbuatan mengambil akan mengendap dalam jiwa atau dalam karma wasana. Perbuatan mengambil perlu dimbangi dengan perbuatan memberi, yaitu berupa persembahan dengan tulus ikhlas. Mengambil dan memberi perlu selalu dilakukan agar karma wasana dalam jiwa menjadi seimbang. Ini berarti Tawur Kesanga bermakna memotivasi ke-seimbangan jiwa. Nilai inilah tampaknya yang perlu ditanamkan dalam merayakan pergantian Tahun Saka. Menyimak sejarah lahirnya, dari merayakan Tahun Saka kita memperoleh suatu nilai kesadaran dan toleransi yang selalu dibutuhkan umat manusia di dunia ini, baik sekarang maupun pada masa yang akan datang. Umat Hindu dalam zaman modern seka-rang ini adalah seperti berenang di lautan perbedaan. Persamaan dan perbedaan merupakan kodrat. Persamaan dan perbedaan pada zaman modern ini tampak semakin eksis dan bukan merupakan sesuatu yang negatif. Persamaan dan perbedaan akan selalu positif apabila manusia dapat memberikan proporsi dengan akal dan budi yang sehat. Brata penyepian adalah untuk umat yang telah meng-khususkan diri dalam bidang kerohanian. Hal ini dimaksudkan agar nilai-nilai Nyepi dapat dijangkau oleh seluruh umat Hindu dalam segala tingkatannya. Karena agama diturunkan ke dunia bukan untuk satu lapisan masyarakat tertentu.

 

2.2        Tata Cara Pelaksanaan Hari Raya Nyepi

Sebagaimana telah dikemukakan, brata penyepian telah dirumuskan kembali oleh Parisada menjadi Catur Barata Penyepian yaitu:

  • Amati geni (tidak menyalakan api termasuk memasak). Itu berarti melakukan upawasa (puasa).
  • Amati karya (tidak bekerja), menyepikan indria.
  • Amati lelungan (tidak bepergian).
  • Amati lelanguan (tidak mencari hiburan).

Pada prinsipnya, saat Nyepi, panca indria kita diredakan dengan kekuatan manah dan budhi. Meredakan nafsu indria itu dapat menumbuhkan kebahagiaan yang dinamis sehingga kualitas hidup kita semakin meningkat. Bagi umat yang memiliki kemampuan yang khusus, mereka melakukan tapa yoga brata samadhi pada saat Nyepi itu. Yang terpenting, Nyepi dirayakan dengan kembali melihat diri dengan pandangan yang jernih dan daya nalar yang tiggi. Hal tersebut akan dapat melahirkan sikap untuk mengoreksi diri dengan melepaskan segala sesuatu yang tidak baik dan memulai hidup suci, hening menuju jalan yang benar atau dharma. Untuk melak-sanakan Nyepi yang benar-benar spritual, yaitu dengan melakukan upawasa, mona, dhyana dan arcana. Upawasa artinya dengan niat suci melakukan puasa, tidak makan dan minum selama 24 jam agar menjadi suci. Kata upawasa dalam Bahasa Sanskerta artinya kembali suci. Mona artinya berdiam diri, tidak bicara sama sekali selama 24 jam. Dhyana, yaitu melakukan pemusatan pikiran pada nama Tuhan untuk mencapai keheningan. Arcana, yaitu melakukan persembahyangan seperti biasa di tempat suci atau tempat pemujaan keluarga di rumah. Pelaksanaan Nyepi seperti itu tentunya harus dilaksana-kan dengan niat yang kuat, tulus ikhlas dan tidak didorong oleh ambisi-ambisi tertentu. Jangan sampai dipaksa atau ada perasaan terpaksa. Tujuan mencapai kebebesan rohani itu memang juga suatu ikatan. Namun ikatan itu dilakukan dengan penuh keikh-lasan.

Hari raya Nyepi oleh umat hindu di Bali dirayakan sebagai hari pergantian tahun baru Caka. Hari raya ini menurut penanggalan hindu jatuh pada tanggal satu (penanggal pisan) sasih X (kedasa) atau tepatnya sehari sesudah tilem ke IX (kesanga). Terdapat beberapa rangkaian pelakasanaan hari raya Nyepi ini , yaitu :

1     Melasti, Tawur (Pecaruan), dan Pengrupukan

Tiga atau dua hari sebelum Nyepi, umat Hindu melakukan Penyucian dengan melakukan upacara Melasti atau disebut juga Melis/Mekiyis. Pada hari tersebut, segala sarana persembahyangan yang ada di Pura (tempat suci) diarak ke pantai atau danau, karena laut atau danau adalah sumber air suci (tirta amerta) dan bisa menyucikan segala leteh (kotor) di dalam diri manusia dan alam.

Sehari sebelum Nyepi, yaitu pada “tilem sasih kesanga” (bulan mati yang ke-9), umat Hindu melaksanakan upacara Buta Yadnya di segala tingkatan masyarakat, mulai dari masing-masing keluarga, banjar, desa, kecamatan, dan seterusnya, dengan mengambil salah satu dari jenis-jenis caru (semacam sesajian) menurut kemampuannya. Buta Yadnya itu masing-masing bernama Pañca Sata (kecil), Pañca Sanak (sedang), dan Tawur Agung (besar). Tawur atau pecaruan sendiri merupakan penyucian/pemarisuda Buta Kala, dan segala leteh (kekotoran) diharapkan sirna semuanya. Dalam rangkaian Nyepi di Bali yang bertepatan dengan Sasih Kesange (bulan kesange) atau pada penanggalan masehi bertepatan dibulan Maret atau April, upacara yang dilakukan berdasarkan wilayah adalah sebagai berikut:

  • Di ibu kota provinsi dilakukan upacara Tawur.
  • Di tingkat kabupaten dilakukan upacara Panca Kelud.
  • Di tingkat kecamatan dilakukan upacara Panca Sanak.
  • Di tingkat desa dilakukan upacara Panca Sata.
  • Dan di tingkat banjar dilakukan upacara Ekasata.

Sedangkan di masing-masing rumah tangga, upacara dilakukan di natar merajan (sanggah). Di situ umat menghaturkan segehan Panca Warna 9 tanding, segehan nasi sasah 100 tanding. Sedangkan di pintu masuk halaman rumah, dipajangkanlah sanggah cucuk (terbuat dari bambu) yang di tambahi dengan penjor atau dalam bahasa Indonesia biasa disebut umbul-umbul dan di situ umat menghaturkan banten daksina, ajuman, peras, dandanan, tumpeng ketan sesayut, penyeneng jangan-jangan serta perlengkapannya. Pada sanggah cucuk digantungkan ketipat kelan (ketupat 6 buah), sujang berisi arak tuak. Di bawah sanggah cucuk umat menghaturkan segehan agung asoroh, segehan manca warna 9 tanding dengan olahan ayam burumbun dan tetabuhan arak, berem, tuak dan air tawar. Setelah usai menghaturkan pecaruan, semua anggota keluarga, kecuali yang belum tanggal gigi atau semasih bayi, melakukan upacara byakala prayascita dan natab sesayut pamyakala lara malaradan di halaman rumah. Upacara Bhuta Yajna di tingkat provinsi, kabupaten dan kecamatan, dilaksanakan pada tengah hari sekitar pukul 11.00 – 12.00 (kala tepet). Sedangkan di tingkat desa, banjar dan rumah tangga dilaksanakan pada saat sandhyakala (sore hari). Upacara di tingkat rumah tangga, yaitu melakukan upacara mecaru. Setelah mecaru dilanjutkan dengan ngerupuk pada saat sandhyakala, lalu mengelilingi rumah membawa obor, menaburkan nasi tawur. Sedangkan untuk di tingkat desa dan banjar, umat mengelilingi wilayah desa atau banjar tiga kali dengan membawa obor dan alat bunyi-bunyian. Ogoh-ogoh sebetulnya tidak memiliki hubungan langsung dengan upacara Hari Raya Nyepi. Sejak tahun 80-an, umat hindu mengusung ogoh-ogoh yang dijadikan satu dengan acara mengelilingi desa dengan membawa obor atau yang diebut acara ngerupuk. Sebelum memulai pawai ogoh-ogoh para peserta upacara atau pawai biasanya melakukan minum-minuman keras traditional yang dikenal dengan nama arak Pada umumnya ogoh-ogoh di arak menuju sutau tempat yang diberi nama sema(tempat persemanyaman umat hindu sebelum di bakar dan pada saat pembakaran mayat) kemudian ogoh-ogoh yang sudah diarak mengelilingi desa tersebut dibakar. Karena bukan sarana upacara, ogoh-ogoh itu diarak setelah upacara pokok selesai dengan diiringi irama gamelan khas bali yang diberi nama BleganjurPatung yang dibuat dengan bahan dasar bambu, kertas, kain dan benda-benda yang sederhana itu merupakan kreativitas dan spontanitas masyrakat yang murni sebagai cetusan rasa semarak untuk memeriahkan upacara ngerupuk. Karena tidak ada hubungannya dengan Hari Raya Nyepi, maka jelaslah ogoh-ogoh itu tidak mutlak ada dalam upacara tersebut. Namun benda itu tetap boleh dibuat sebagai pelengkap kemeriahan upacara.

Mecaru diikuti oleh upacara pengerupukan, yaitu menyebar-nyebar nasi tawur, mengobori-obori rumah dan seluruh pekarangan, menyemburi rumah dan pekarangan dengan mesiu, serta memukul benda-benda apa saja (biasanya kentongan) hingga bersuara ramai/gaduh. Tahapan ini dilakukan untuk mengusir Buta Kala dari lingkungan rumah, pekarangan, dan lingkungan sekitar. Khusus diBalipengrupukan biasanya dimeriahkan dengan pawai ogoh-ogoh yang merupakan perwujudan Buta Kala yang diarak keliling lingkungan, dan kemudian dibakar. Tujuannya sama yaitu mengusir Buta Kala dari lingkungan sekitar.

Jika dilihat dari aspek tertentu ogoh-ogoh memiliki beberapa definisi, bagi orang awam ogoh–ogoh adalah boneka raksasa yang diarak keliling desa pada saat menjelang malam sebelum hari raya nyepi (ngerupukan) yang diiringi dengan gamelan bali yang disebut BLEGANJUR , kumudian untuk dibakar. Menurut Wilkipedia bahasa Indonesia,”Ogoh-ogoh adalah seni patung dalam kebudayaan bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Khala,” Bhuta berarti waktu yang tidak terukur,sedangkan Khala berarti kekuatan.dari arti kata diatas maka para cendekiawan hindu dharma mengambil kesimpulan bahwa proses perayaan Ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta, dan waktu yang maha dasyat, kekuatan itu dapat dibagi dua, pertama kekuatan bhuana agung, yang artinya kekuatan alam raya, dan kedua adalah kekuatan Bhuana alit yang bearti kekuatan dalam diri manusia. kedua kekuatan ini dapat digunakan untuk menghancurkan atau membuat dunia bertambah indah.

 

2     Puncak acara Nyepi

Keesokan harinya, yaitu pada pinanggal pisansasih Kedasa (tanggal 1, bulan ke-10), tibalah Hari Raya Nyepi sesungguhnya. Pada hari ini suasana seperti mati. Tidak ada kesibukan aktivitas seperti biasa. Pada hari ini umat Hindu melaksanakan “Catur Brata” Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan). Serta bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga, dan semadhi.

Demikianlah untuk masa baru, benar-benar dimulai dengan suatu halaman baru yang putih bersih. Untuk memulai hidup dalam tahun baru Caka pun, dasar ini dipergunakan, sehingga semua yang kita lakukan berawal dari tidak ada,suci dan bersih. Tiap orang berilmu (sang wruhing tattwa jñana) melaksanakan brata (pengekangan hawa nafsu), yoga (menghubungkan jiwa dengan paramatma (Tuhan)), tapa (latihan ketahanan menderita), dan samadi (manunggal kepada Tuhan, yang tujuan akhirnya adalah kesucian lahir batin).

Semua itu menjadi keharusan bagi umat Hindu agar memiliki kesiapan batin untuk menghadapi setiap tantangan kehidupan di tahun yang baru.

3        Ngembak Geni (Ngembak Api)

Rangkaian terakhir dari perayaan Tahun Baru Saka adalah hari Ngembak Geni yang jatuh pada “pinanggal ping kalih” (tanggal 2) sasih kedasa (bulan X). Pada hari ini Tahun Baru Saka tersebut memasuki hari ke dua. Umat Hindu melakukan Dharma Shanti dengan keluarga besar dan tetangga, mengucap syukur dan saling maaf memaafkan (ksama) satu sama lain, untuk memulai lembaran tahun baru yang bersih. Inti Dharma Santi adalah filsafat Tattwamasi yang memandang bahwa semua manusia di seluruh penjuru bumi sebagai ciptaan Ida Sanghyang Widhi Wasa hendaknya saling menyayangi satu dengan yang lain, memaafkan segala kesalahan dan kekeliruan. Hidup di dalam kerukunan dan damai.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

3.1        Kesimpulan

filosofis Hari Raya Nyepi, tetap mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntutan masa kini dan masa yang akan datang. Melestarikan alam sebagai tujuan utama upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntutan hidup masa kini dan yang akan datang. Bhuta Yajña (Tawur Kesanga) mempunyai arti dan makna. Tawur Kesanga juga berarti melepaskan sifat-sifat serakah yang melekat pada diri manusia

 

3.2        Saran-saran

Sebagai panganut agama hindu yang hidup di bali pada umumnya, sebaiknya kita melaksanakan catur brata penyepian dengan mengetahui makna perayaan hari raya nyepi itu sendiri. Agar yadnya yang kita laksanakan lebih berarti, baik bagi kita sendiri, orang lain maupun alam sekitar.